"Jawablah teka teki itu dengan alat tulis yang kami sediakan di dalam loker. Tulislah
jawaban kalian di kertas lalu tunjukkan jawabannya ke CCTV yang ada di ruangan ini. Dan kami tidak menyediakan penghapus jadi jawablah dengan benar. Selamat MENJAWAB!".
.
.
.
.
.
.
.Setelah diberi instruksi seperti itu timer yang ada di atas pintu mulai berhitung mundur. Para murid mulai panik mencoba mengingat kembali teka teki yang tadi sudah diceritakan panjang lebar. Mereka menerka nerka jawaban apa yang harus mereka tuliskan.
"Apa apaan ini apa mereka sudah gila?!" Seorang lelaki membuka suara dan memecahkan keheningan ini. Para murid tersentak dan refleks menengok ke arah anak laki laki itu. Lalu terdengar suara lagi "Aku tidak ingin terbunuh di tempat yang aneh ini"
"Aku juga"
"Bantulah menjawab"
"Apa jawabannya"
"Aku tidak tahu"
"......."
"...Seketika seluruh murid di ruangan mulai membuka suara, membuat kericuhan yang memekakkan telinga. Suara suara itu terdengar putus asa dan penuh ketakutan. Setiap detiknya mereka mulai ketakutan dan tanpa disadari waktu tersisa 4 menit lagi, lantai di bawah yang sedari tadi berguncang guncang saja mulai membuka sedikit demi sedikit memperlihatkan celah yang sangat gelap dan dalam. Aku semakin pusing dengan semua ini dan berteriak
"DIAMLAH!!" Semua orang terdiam. Mereka menatapku ngeri, tapi mereka mencoba memahami situasi dan mulai mengalihkan perhatian nya untukku. "Tidak ada yang dapat kita lakukan selain memecahkan teka-teki ini, jadi DIAMLAH dan kita pecahkan bersama sama." Mereka terdiam sejenak dan berkumpul membentuk dua kelompok di dua sisi lantai. Mereka mulai berfikir, menelaah clue yg ada di teka teki tadi.
"Jadi pertanyaannya siapa yang membunuhnya" gumam laki laki di sebrang sana, namun suaranya terlalu keras untuk disebut bergumam. "Di cerita ini bibinya mati di bunuh kakaknya yang memiliki gangguan jiwa, dan kakaknya tertusuk di bagian leher. Kemungkinan besar kakaknya tewas" Ucapku dengan lantang, agar semua orang mendengar dan berfikir bersama. "Jadi dia hanya berada sendiri disana, dan siapa yang membunuhnya?" Ujar Lelaki di sebelah ku, Anton. "Apa mungkin dia bunuh diri" Sahut seseorang di belakang. Kami semua kehabisan akal, karena ini teka teki yang belum pernah kami temukan sebelumnya, kami kebingungan dan tak bisa berbuat apa apa.
Lantai terbuka semakin lebar, membuat tempat yang tersisa semakin sempit, murid yang berada di pinggiran tak kebagian tempat sehingga membuatnya terjatuh ke dalam lubang yang sangat gelap. Suasana ruangan menjadi gaduh kembali para murid mulai mendorong satu sama lain demi menyelamatkan dirinya sendiri. Aku yang sedari tadi terdiam memikirkan jawaban, akhirnya mengeluarkan pendapat "Baiklah jadi dia mati bunuh diri dan bukan di bunuh. Akan ku tulis sekarang juga" Semua orang yang mendengar ucapanku mulai mengangguk angguk paham. Aku pun segera menghampiri loker itu, berdesakan desakan melewati kerumunan orang yang masih linglung dengan semua ini aku pun membuka loker mengambil kertas dan pena. Saat aku sudah menggenggam pena dan siap untuk menuliskan jawaban ku tiba tiba saja seseorang menarik bajuku ke belakang dan bertetiak "TUNGGU!!!" suara yang terdengar seperti perempuan, aku pun berbalik dan mendapati Viana yang sedang menatapku. Wajahnya kini tak pucat lagi, dan terlihat alis nya mengkerut dan ekspresi nya sangat serius.
Waktu tersisa 2 menit lagi, orang orang mulai geram dengan Viana karena mencoba untuk menghalangi ku yang ingin menuliskan jawaban di kertas, sudah banyak nyawa yang mati sia sia hanya karena waktu yang berputar. Mereka pun protes dan mulai mengeluarkan kan kata kata yang tak pantas
"Sial, tunggu apa lagi"
"Hei apa mau mu?"
"Kau ingin mati hah?!"
".........
....
.."Mereka seharusnya tak berkata seperti itu, aku pun mencoba membuat Viana mengerti situasi ini, kita harus menuliskan jawabannya sekarang juga.
"Ada apa? Kita tak memiliki waktu lagi"
"Ridwan, pembunuhnya adalah orang tua nya"
Orang orang terkejut setelah mendengar ucapan Viana mereka yang awalnya menghujat satu persatu mulai terdiam, memberikan gadis itu kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya.
"Dengar, orang tuanya adalah polisi dan akan pulang pada pukul 12.00 kejadian terjadi pada pukul 11.55 Dia di bunuh 5 menit setelahnya, tepat disaat kejadian ini selesai. Jadi dia terbunuh pada pukul 12.00 saat itu adalah saat dimana orang tuanya tiba di rumah"
Orang orang tadi tambah terkejut mendengar penjabaran Viana dan mulai berfikir bahwa itu adalah kemungkinan terbesar anak tersebut mati.
"Lalu kenapa orang tua nya membunuh anaknya sendiri?"
"Karena orang tuanya mengira dia lah yang membunuh bibi dan kakaknya. Itu bisa dibuktikan karena dia lah yang memegang pisau dengan posisi seolah dia yang telah membunuh keduanya"
"Baiklah aku mengerti"
Yang lain pun mengerti, dan menganggap itu benar, mereka tidak menyalahkan Viana lagi. Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi aku mulai menulis jawabannya dengan hati hati. Kutuliskan dengan sangat besar agar terlihat di CCTV. Aku langsung menunjukkan jawabannya ke CCTV.
Titt...
Waktu berhenti.
Dan lantai kembali ke posisi semula.Kini kami semua bisa bernapas dengan lega, ini adalah ujian dengan nyawa sebagai taruhannya. Kami semua menenangkan diri, dan aku melihat Viana menghembuskan nafasnya lega. Mungkin kalau dia tak berpendapat seperti itu nyawa kami semua akan terbuang sia sia. Kami berhutang nyawa padanya.
Tanpa pikir panjang aku menuju pintu Coklat itu, sambil menahan nafas aku membuka pintunya. Yang lain pun ikut berkumpul di dekat pintu bersamaku. Dan setelah pintu terbuka kami melihat ada sekelompok orang, awalnya kami tak bisa mengenali orang orang tersebut tapi setelah lampu dinyalakan nampak para OSIS berkumpul di depan kami, mereka lah dalang dari semua ini. Mereka mulai bertepuk tangan dan tersenyum aneh. Lalu bibir mereka mengucapkan satu kalimat dengan lantang.
"SELAMAT ATAS KEBERHASILANNYA"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Kurasa mereka tak benar benar bahagia jika kami selamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Web School
Mistério / SuspenseSeorang remaja laki laki bernama Ridwan sedang menjelajahi Internet yang kemudian membawanya menuju Web yang menawarkannya sekolah tanpa aturan. Ia pun mendaftarkan diri sebagai murid di sekolah tersebut. Namun, Tanpa ia ketahui bahaya mengintai dib...