Sebuah Sajak Yang Berjarak

2 0 0
                                    

Inilah puisi yang lahir dari setiap cemas yang aku kumpulkan.
Kau entah di mana mengubah diri menjadi pohon yang tak kenal kemarau atau memang waktu dan musim tak lagi menang melawan air mata kita yang berceceran.

Sebuah kafe dan pelancong yang menitipkan tidur di secangkir kopi. kita pernah menggelamkan percakapan disana, jauh sebelum aku memyukai kopi dan kau.
lalu kemacetan adalah ujian yang terlalu mudah kita temui.
bahkan Tuhan  menjaga kita dijalan raya.

Setiap sore kau adalah pesan yang menyambut aku pulang dengan pelukan yang lapang dan aku selalu tahu bahwa kata-kata adalah hal yang berbahaya. selalu ada perubahan setelah membaca percakapan itu berulang-ulang.

Jarak yang panjang dan napas yang memendek menghadapkan kita pada kejauhan yang nyata. aku tahu kau telah ada dalam aku.
tapi rindu selalu berbicara dengan bahasa yang berbeda.
kita tak akan pernah cukup menampungnya lebih lama.

Jakarta

Kalimat tanya,hati, dan memori.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang