Bab 6. Bagaimanapun, diaa..

2 0 0
                                    

Surat persetujuan pindah kerja Nana sudah ditanda tangani. Dia akhirnya bisa mengemas barangnya ke dalam kardus berukuran sedang yang kini ia isi dengan barang-barang kerjanya. Dia mengingat usahanya selama setahun terakhir dalam bidangnya, dia sudah berusaha keras untuk pindah kerja, mungkin dia sudah bisa melepas tempat duduknya di kantor ini, tapi mungkin tidak untuk teman sekantornya.

Nana dikenal sebagai gadis sopan dan ramah, ia pengertian dan mudah diajak bercerita berbagai masalah, Gina sadar punya teman kantor seperti Nana membuat paginya tenang, Hatah lelaki sok asik di kantor itupun sadar punya teman seperti Nana bisa membuatnya tak dipenuhi suara jangkrik saat ia bercanda, Ardi juga sadar sosok Nana adalah tempat curhat terbaik yang pernah ada. Begitupun teman sekantor lainnya, kepala bidang Pak Karnopun merasa bahwa Nana adalah karyawannya yang paling mengerti dirinya ketimbang karyawan lain. Sosok Nana berjasa di setiap hari teman-teman di kantornya.

Senyuman Nana mengisi hari terakhirnya di kantor itu, besok dia harus menuju ke kantor pusat perusahaan itu, untuk memegang tanggung jawab yang lebih besar, dan menemui lelaki yang ia rindukan. Akhirnya Nana bisa memberitahu Jhoe, bahwa dirinya akan pindah kerja.

"Bagus Naa, syukurlah.." respons Jhoe melalui pesan singkat, Nana tersenyum senang membacanya. "Besok aku menuju ke apartemenmu. Berikan aku nomer unit apartemenmu ya, Jhoe.." pesan itu segera tiba diponsel Jhoe, lelaki itu tengah membuat pekerjaannya di layar laptopnya. Dia menghela nafas pendek, "Akhirnya dia pindah, gadis ini benar-benar tak pernah mendengarkanku.." gumam Jhoe, "A071, pass 1228" dia mengetik nomer unit apartemennya, Nana menerimanya dengan senyum bahagia.

"Nana.. sudah beritahu Jhoe tentang kepindahanmu?" tanya sang Ayah disela makan malam mereka, Nana mengangguk, "Sudah Ayah.."

"Bagaimana responsnya?" tanya Ayahnya pelan, "Dia merespons baik Ayah, dia mengirimkan nomer unit apartemennya." Jawab Nana.

"Pesan Ayah, selalu sama.. jaga diri."

Nana mengangguk, keduanya menikmati makan malam untuk terakhir kalinya sebelum Nana pergi merantau kembali. Esok tiba, sang Ayah mengantar putri kesayangannya itu menuju bandara, dan memberikan pelukan hangatnya pada anak gadisnya. Nana menuju kota, dan tiba disana dia menuju apartemen perusahaan, dan menemukan nomer unit apartemen tempat Jhoe tinggal.

Setelah berangkat dari kantor tadi pagi, hingga jam istirahat, Jhoe belum mendapat kabar dari Nana. Dia sedikit khawatir kenapa gadis itu tak menghubunginya, dia bertanya-tanya dalam hati, apakah dia sudah sampai, atau dia ada dimana sekarang, dia gelisah setelah selesai menyantap makan siangnya.

"Gelisah amat Jhoe, ada apa?" tanya Bima, teman sekantornya yang kini tengah menikmati makan siangnya yang belum selesai. "Dia sepertinya sudah disini.." kata Jhoe pelan, pandangannya melayang keluar jendela kantin kantor.

"Siapa? gadis yang namanya Nana itu?" tanya Bima, lalu kembali mengunyah suapan terakhirnya. Jhoe mengangguk.

"Teman yang menganggumu.." singgung Bima, lelaki itu sedikit mengetahui siapa Nana bagi Jhoe. Jhoe hanya tertawa kecil, dia kembali memasang wajah biasanya, yang tak bisa dipahami.

Nana yang sudah berada di dalam apartemen Jhoe, segera tur singkat, ia membuka tirai lebar yang menghalangi cahaya matahari, dan menghidupkan pendingin ruangan, ia menuju ke dapur minimalis itu, membuka peralatan memasak milik Jhoe, melihat isi lemari pendingin yang terisi buah dan sayuran, dan satu lagi, pintu yang tertutup, kamar Jhoe. Nana memegang ganggang pintu itu, dan menekannya, mendorongnya, ternyata terkunci. Nana memilih beranjak dari situ dan segera membersihkan dirinya, dia harus menyiapkan makan malam untuk Jhoe sebelum dia pulang.

1/4 Chapters : Jhoe & NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang