tepatnya pukul sepuluh pagi, felix memulai kegiatannya. bekerja paruh waktu di sebuah kedai kopi bersama sunwoo. dua adam itu, tak henti-hentinya menjadi pusat perhatian.
bahkan sejak awal menginjakkan kaki di pintu masuk, seluruh pasang mata memperhatikan mereka berdua. berasa artiz kitu kalo kata sunwoo.
masuk lebih dalam, keduanya sampai di depan loker, mengambil baju ganti untuk dikenakan saat bekerja. sunwoo mendapat posisi sebagai kasir, setelah ini gilirannya berjaga.
sedangkan felix, karena cowok itu memiliki keterampilan dalam melakukan suatu hal, ia ditempatkan posisi lebih terjamin sebagai barista.
"muka kalian kenapa?" waktu mau ke depan, dari arah berlawanan sunwoo sama felix ketemu pak dan. manajer tempat mereka kerja.
"oh...anu i-itu pak."
pak dan menaikkan sebelah alisnya, "luka separah itu nggak kamu obatin? minimal ditutup perban kek. kalo kamu kerja dengan tampilan begitu, bisa-bisa pelanggan keburu kabur saking takutnya liat lukamu itu." omelnya, sukses membuat sunwoo terdiam.
felix menggaruk kepalanya bingung. ingin menjelaskan tapi takutnya malah dikatain gila. sampai akhirnya pak dan mengambil kotak p3k dari lemari.
"nih obatin dulu! baru kalian boleh kerja."
pria bersetelan coklat itu sudah akan melangkah pergi sebelum felix berhasil mencegatnya, "pak dan,"
"ada apa lagi?"
"maaf pak, tapi luka kita kalo diobatin tambah parah. apalagi sampe ditutup perban, tadi pagi kita udah nyoba tapi yang ada malah perbannya penuh darah."
"kalian ini, aneh ya? mana bisa seperti itu!" pak dan bersungut marah, sampai-sampai karyawan lain memperhatikan eksistensi mereka bertiga.
felix yakin semua orang akan menganggap hal ini aneh, bahkan dia sendiri juga tak percaya, apalagi seluruh penghuni rumah yang hanya bisa menganga menyaksikan luka masing-masing.
diobatin salah, dibiarin salah. sekarang luka juga bisa serba salah. nyusahin aja datang tak diundang bikin resah warga missqueen.
"hari ini kalian nggak boleh kerja! sebelum luka itu ditutup." keputusan pak dan sukses membuat sunwoo dan felix terdiam.
mereka berdua saling melirik. hingga akhirnya sesuai perintah balik ke belakang lagi. ganti baju gak jadi kerja lur. ayo rebahan aja.
perjalanan balik ke rumah, cahaya matahari semakin naik. fyi mereka kemana-mana jalan kaki. di rumah yang punya motor cuma empat anak.
salah satunya hwall, motornya dipake boncengan sama jisung. kerjanya bareng di perusahaan. mereka jadi office boy. kata jisung nggak apa dipandang rendah, gajinya lumayan bisa buat makan sebulan.
terus ada soobin, hyunjin sama haechan. kalo soobin satu tempat kerja sama jinyoung. jadi kasir indojuni, mereka ngeshift sore. harusnya motor soobin bisa felix pake.
tapi jarak kedai sama rumah itu deket, ngapain harus pake motor segala? ngabisin bensin. jadi felix mikir mending hemat aja biar nggak keluar duit mulu. patut dicontoh gaes.
sedangkan hyunjin, udah tau kan cowok itu mainnya malem, kalo pagi motornya suka nangkring, soalnya yang punya jarang keluar. dirumah hobinya nyampah. rebahan, makan, nonton, repeat. hadeh.
anak-anak juga suka males minjem motornya hyunjin. kenapa? kalo pagi bensinnya suka udah melorot. males ngisiin ntar nggak diganti. padahal lumayan buat ngecengin cewek, motor mahal gituloh.
masalahnya mereka ini mikir cewek masih kejauhan, ngebutuhin diri sendiri aja masih kurang. apalagi cewek yang demen minta traktir beli skinker. astaghfirullah.
tapi kadang motornya hyunjin ini suka dipinjem seungmin siang-siang buat ngelesin anak smp. lalu terakhir ada haechan dan motor supranya. haechan kerjanya bareng sama jaemin. dan jaemin as tukang ngeluh kalo kadang si supra ini udah mogok.
dorong dari sabang sampai merauke bikin gempor. mana kerjaan mereka juga sama-sama bikin capek. serabutan ya, kadang bantuin ngangkat sembako di toko-toko, atau nguli. bisa bayangin abis kerja gitu pulangnya masih suruh dorong motor.
namanya juga motor butut. hadiah dari bapaknya haechan waktu ulang tahun kelas satu es em a. bersyukur aja masih ada motor daripada jalan kaki jauh bingitsss.
"aduh gue laper..." keluh sunwoo ditengah jalan. kebetulan abis lewat warteg yang kayaknya lagi goreng sesuatu. baunya ituloh.
"ayo mampir dulu." felix menarik sunwoo buat muter balik ke warteg. kebetulan nggak begitu rame, tapi lagi-lagi mereka jadi pusat perhatian.
refleks sunwoo menutupi bagian wajahnya yang terdapat luka. "yaallah lama-lama jadi artis gue." keluhnya sembari memilih tempat duduk di pojok.
sambil nunggu felix pesen, sunwoo iseng-iseng buka kamera terus ngambil tisu buat ngelap keringat di sekitar dahinya. sambil lihat wajahnya di layar hape, karena nggak sadar tisu yang dipake malah mengenai lukanya sendiri.
tiba-tiba ada darah netes di atas meja. buru-buru sunwoo mengelapnya biar nggak ngotorin. padahal cuma setetes dan nggak bakal membuat tisunya kotor banget, tapi
"darah lagi woo? banyak banget sampe tisunya merah gitu." kedatangan felix otomatis membuat sunwoo mendongak.
"k-kaga tau gue." balik ngaca lagi, sunwoo makin merasa aneh waktu luka di dahinya nggak mengeluarkan darah sedikitpun.
"makan dulu, itu tisunya singkirin anjir jijik."
akhirnya mereka makan sampai nggak sadar hari udah makin siang, felix meminum es tehnya terus ngambil tisu buat ngelap mulutnya.
"jam berapa sekarang?" tanya sunwoo masih asik dengan makanannya. felix yang udah selesai makan melihat jam di pergelangan tangannya.
"kurang 3 menit udah jam 12 siang,"
"kita beneran nggak jadi kerja nih?"
felix mengedikkan bahunya. "ga kerja yaudah, kata pak dan kita boleh kerja kalo lukanya dah ilang. lah kita obatin aja makin parah, gimana mau ilang coba?"
sunwoo yang udah selesai makan, cuma ngangguk-ngangguk, "ayok, yang bayar siapa?"
"gue aja." felix jalan ke kasir diikutin sunwoo, masih seperti saat keduanya datang, semua mata ragu-ragu melirik kearahnya.
"berapa bu?"
"tigapul—loh? luka masnya kok udah bersih?"
[.]
udah ilang ayo kerja, AWOKWK.
jangan lupa voment—! yang banyak.kemaren yang jawab nomor tiga,
tuh di kasih jempol sama sunwoo.
kegampangan sih, mau lagi gak?
KAMU SEDANG MEMBACA
double knot ✓
Fanfictionsetiap jam dua belas malam, mereka mendapati luka di sekitar wajahnya, lalu menghilang secara misterius di jam dua belas siang.