Kenangan, bukan salah hujan

242 10 5
                                    


Akibat jalanan yang begitu macet, hampir satu jam setengah Nara menghabiskan waktu petangnya di dalam taksi online, dari Sudirman menuju ke Pondok Indah Mall. Beberapa saat sebelum sampai, Nara menyempatkan diri melihat lagi riasan wajahnya, lalu membalas pesan singkat di ponselnya. Tidak berselang lama, taksi berhenti di depan lobi utama, bersamaan dengan jatuhnya rintik demi rintik gerimis. Nara turun dari taksi, lantas bergegas ke dalam mal. Meski pikirannya masih sedikit terganggu, sebab panggilan telpon yang beberapa saat lalu ia terima ketika masih di dalam taksi, Nara sebisa mungkin tidak melibatkan pikirannya pada keperluannya saat ini. Nara yang tergesa - gesa, setengah berlari dan tidak memperhatikan sekelilingnya, tiba - tiba tertegun menyadari sesuatu. Ia menghentikan langkahnya, percaya tidak percaya dengan apa yang baru saja melintas di depan matanya. Ia ingat betul sosok itu, wajahnya masih begitu melekat pada ingatan Nara.

" Faldi " Ujar Nara, ketika sosok yang dilihatnya sudah berjalan entah kemana, tidak lagi tertangkap mata Nara.

Nara lantas berlari mengejar seseorang yang ia sangka Faldi di antara kerumunan orang di dalam mal. Matanya terus mencari, namun tidak menemukan sosok yang ia cari. Meski begitu, ia sangat yakin, orang yang barusan dilihatnya benar-benar Faldi. Nara berhenti dengan napasnya yang agak terengah. Ia putuskan untuk kembali ke tujuan utamanya dan tidak mau membuang waktu lagi, ia sudah ditunggu - tunggu sejak tadi.

" Haiii !" Seru Nara, sembari berlari kecil dari jarak dua meter mendekati tempat duduk di depannya.

"Lama banget sih lo Ra, ya ampun, gue udah habis dua piring nih!"

" sorry yaaa, macet parah Ci " Katanya lagi, sambil mengecup pipi Cici, sahabatnya.

Nara menarik kursi, lalu duduk di antara Cici dan seorang laki - laki.

" are you ok ? kayaknya kamu capek banget ya?" Tanya laki-laki di sebelah kiri Nara yang kemudian mengelap kening Nara yang tampak berkeringat.

" aku baik-baik aja kok. Barusan ke sini lari-lari kecil, jadi gerah"

" hemmm, iya, terus aja yang mesra, terusin, im ok.." Cici menimpali, menggoda keduanya.

Hari ini, tepatnya sore ini adalah jadwal meeting mereka bertiga, untuk membahas keperluan pernikahan. Kebetulan, Cici sudah menekuni bidang usaha wedding organizer selama kurang lebih tiga tahun, bersama suaminya yang sudah dua tahun lebih dulu menekuni usaha tersebut. Betapa beruntungnya Nara, pernikahannya akan diurus oleh sahabatnya sendiri, yang tentunya sangat ia percayai.

" Ra, sorry nih ya, Adi gak bisa dateng, pesawatnya delay dari Singapur " Jelas Cici.

" santai aja sih, gapapa kok. By the way, tumben lo enggak ngikut suami?"

" males gue, lagi kesel sama dia, hahaha"

" ribut lagi? Haha. Lo bentar-bentar ribut, bentar-bentar lengket, kayak anak abg tau gak sih, hahaha”

"iya deh yang paling jarang ribut sama KangMasnya, boleh sombong, boleh"

"iya dong! Yaa Mas.." seru Nara, di sambut genggaman tangan dari laki-laki disampingnya.

Teringat dengan kejadian sebelum ia sampai di kafe tempat mereka bertiga bertemu. Nara buru-buru ingin menceritakannya pada Cici.

"Ci, temenin ke toilet yuk"

"manja lo, kebiasaan"

"hehe.., Mas kita tinggal sebentar ya, enggak apa-apa kan?"

Mereka berdua lantas pergi menuju toilet.

" lo gak beneran minta temenin ke toilet kan? Mau cerita apa sih?"

" tau aja lo Ci, hehe. Lo gak akan percaya Ci!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nara LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang