16. m e m o r i a

16 5 0
                                    

2 Oktober 2024

Sejujurnya Davin khawatir karena Iona malah memblokir seluruh akunnya di semua sosmed. Bahkan pesan terakhir yang dia kirim saja tidak dibaca olehnya. Justru notif chatnya jadi penuh karena Ava. 

Tapi bukan ini yang dia inginkan

Davin menjalankan motornya dan pergi ke asal jalan. Yang penting jalan. 

Tapi tidak lama dia malah menemukan bayang Iona dibalik kaca kafe. Cowok tersebut langsung menepikan motornya dan menatap teliti. Dan ia benar. Itu Iona dan Ares

Masuk, tidak? Masuk, tidak?

Tidak. ia memilih tidak masuk dan mencoba menebak apa yang mereka sedang bincangkan

Bisa dilihat di meja mereka yang penuh dengan tumpukan kertas. Ares yang bingung dengan semua kertas itu dan Iona yang tidak berhenti berbicara. Sepertinya tentang naskah itu. 

Beberapa kali Davin mendapati Ares tersenyum. Pasti dia merasa menang

Tidak. Tidak. Tidak.

Cowok tersebut memutuskan untuk masuk ke kafe itu

"Jadi menurutku bagian-bagian tadi mending dihilangkan sih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi menurutku bagian-bagian tadi mending dihilangkan sih. Gimana?" tanya Iona. Sambil menunjuk salah satu bagian yang menurutnya harus dihapus

Ares menimbang-nimbang sebentar, kemudian menggeleng. "Bagian yang lain boleh dihapus. Tapi," dia membalik halaman-halaman itu dan berhenti di halaman ke 19. "yang ini jangan dihapus."

Iona membaca sekilas bagian yang dimaksud Ares.

Aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Kejadian tersebut dan perempuan tersebut....

"Kenapa?" tanyanya

Itu isi hatiku, sahut Ares dalam hati. "Itu penting buat aku."

"Tapi nggak seberapa penting untuk ceritanya. Kamu bisa ganti satu paragraf tentang perasaan tokohnya jadi satu kalimat aja. Terlalu berbelit-belit."

"Ya sudahlah.." serah Ares. Hapus saja, yang penting kamu senang.

Sepertinya pembahasan tentang naskah itu sudah selesai dan jelas. Perempuan itu mulai  "Kurasa ini sudah jelas. Eh—" Iona baru teringat ada satu hal yang ingin dia tanyakan daritadi.

"Kenapa?"

"Kenapa nama tokohnya pakai nama kita?" tanya Iona langsung. Ia berusaha memasang ekspresi sedatar mungkin padahal sebenarnya dia penasaran setengah mati

Karena ini kisah kita, batin Ares lagi. "Gapapa. Terinspirasi."

Iona menghela nafas. "Serius?"

Ares menganggak.

"Kalau gitu bisa diganti aja—" Belum juga Iona menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba lengannya ditarik paksa oleh Davin. "Heh—KAMU NGAPAIN?!"

m e m o r i a (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang