"Sabyra...nih!!". Astri meletakkan jajanan yang ia beli untukku. Itung itung aku irit uang jajan. Ia irit otak.
Aku mengambilnya, membuka roti lalu memasukan sosis di dalamnya. Aku suka makan seperti ini tapi lebih bagus sosis di panasin make margarin. "Kenapa lu ga beli buat lu juga?" Tanyaku di sela mengunyah roti
"Gue udah tadi sama Lin di kantin atas". Aku hanya ber-oh ia sebagai jawaban
"Btw lu tau gak?"
'Ia gue tau lu mau jahanamin anak orang'
"Itu adik kelas ipa 1 rok nya ketat banget. Udah gitu tali Bh dia warnanya pink. Kontras banget sama baju putih seragam. Gila tu orang gue gak nyangka. Baru juga anak baru songongnya minta ampun".
"Itu urusan mereka resiko mereka. Nanti gue buat peraturan. Besok sabtu kan kita rapat OSIS pastinya". Kataku To the point. Dia mengangguk dengan semangat. Status OSIS Astri hanya Seksi kebersihan, sudah pasti ia tidak ada hak mengatur panjang pendek ketatnya rok abu abu.
"Ah bisa aja lu, warna rambut juga ya tegurin satu kali". Katanya lagi
Aku berhenti mengunyah, "kenapa?" Tanya nya
"Lu liat ga bego rambut gue warna apa setan???!!! Lu liat nih!!!" Sambil menunjuk-nunjuk warna rambutku di depan matanya.
"Ohh heheheh. Biasa aja dongg. Hehe".
"Hehe hehe". Kataku kesal
"Bagus tapi ya rambut lu, perawatan yah di salon?". Aku mengangguk lagi
"Sebulan sekali doang tapi, kalau sehari-hari gue catok".
Ia sontak terkejut, "catok? Serius lu catok?".
"Iya lah anjir".
"Enggak kelihatan catok soalnya, emang lu pake catok merek apa sih?". Lagi dan lagi. QnA aku rupanya dengan dia.
"Masih mau bacot gak??". Tanyaku datar. Ia terdiam terus memandang rambutku. Merasa di lihat, aku menjedai rambutku. Setelah itu matanya beralih ke hp ku.
Maklum aku, ia bertanya tapi aku tidak suka di tanya terlalu banyak, ia tertua di kelas 12IPA 1. Sekolahnya enggak jelas. Harusnya tahun ini ia kuliah malah ia kembali lagi duduk di bangku kelas 12. Dandananya benar benar super wow kayak emak emak mau ke pasaran jadi pakek cream, pensil alis sama lipstik.
"Kurang 6 bulan lagi tamat ya kita". Ia mengangguk senang. Yaa, aku tau ia benci sekolah dan begitupun aku yang sama enggak suka sekolah. Aku datang dan bolos jika di sesuaikan dengan jadwal sahabatku Samantha.
"Tapi gue senang kita gak bakalan X,y kuadrat, yes no, reaksi kimia lah apa segla macam, heheh". Kekehnya di akhir kalimat
"Hehe, sial lu". Timpal ku juga terkekeh kecil.
"Saa". Panggilnya saat aku memandang ke luar jendela kelas.
"Tuh". Tunjuknya ke arah hpku
"Ooh". Ada panggilan masuk rupanya dari William, Laki laki sampah yang aku bilang
"Enggak penting". Ucapku dengan judes
"Udah dari tadi dia telfon lu terus".
Aku menghembuskan nafas pelan, "ia dia mau jemput gue ke rumah dia ketemu orang tuanya. Tapi gue ngeh. Udah pernah juga. Untuk apa coba gue di bawa ke rumah orang tuanya, mau pamer apa gimana cinta aja engga".
"Lah?" Cengonya. "Terus ngapain pacaran?"
"Dari smp gue sama dia, udah putus dia buat gue sakit hati, dan pacaran lagi gue terima tapi gue gak berdiri di perasaan yang sama. Hambat semuanya dan cuman berasa biasa, dia ajak gue ke rumah orang tuanya gue pergi, waktu pulang sekolah abis UTS. Dia kenalin gue ke orang tuanya tapi gue biasa aja. Gue gak tersanjung atau apapun". Astri mengangguk angguk mengerti.
"Lama banget gue sama dia tapi gue gak nikmatin lamanya hubungan. Dia sama gue putus sekali dan habis itu balikan lagi sampai sekarang. Gue gak pernah ketemu sama dia waktu kenaikan kelas 8, dia di keluarin dari sekolah, bandel sama bangsat. Jadi dia di kirim ke mana gue gak tau. Gue cuman biasa liat beranda dia sama cewek baru dia. Tapi dia masih chhatn sama gue. Gue abaiiin. Bulan kemarin, dia pindah lagi dari tempat lamanya ke kupang. Dia mau lanjut katanya disini. Heran sih gue, ntar lagi tamat ngapain dia pindah. Dan setelah dia datang dia bilang gue tempat dia pulang,tempat dia kembali. Emang gue pelabuhan dia apa".
"Gila gilaa setelah dia pacaran sana sini sama cewek lain di luar sana??" Tanya Astri menyakinkan. Ia masih tak percaya dengan perkataanku.
"Kan udah gue bilang dia laki laki sampah".
"Bener banget. Bener"
"Iya bener banget lu mau salin tugas gue gak? Lu foto aja". Tukasku ia mengangguk cepat
✨✨✨✨
"Sabyraaaa, maju ke papan kerjain tugas ini". Pintah Guru fisika di kelas. Warna kulitnya sawomatang, brewoknya banyak, sok ganteng dan yang pastinya tinggi.
"Hah??"
"Eh gila lu!! Sopan dong guru di depan". Senggol teman sebelahku Even
"Gue kan gak tau bangsat". Cecar ku kepadanya
"Hey kamu dengar tidak?!" Teriak guru dari depan sana
"Gak denger". Jawabku ketus
"Saya guru anda, anda murid saya. Bersikaplah selayaknya guru dan murid. Murah senyum itu indah". Senyuman juga senyuman gue. Bacot banget!!!
"Oh, hehe". Akhirnya Aku senyum sekilas dan kembali datar. Ia menggelengkan kepalanya. Pak Rivon namanya, ia guru Fisika baru disini, tapi aku yakin dia gak bertahan disini. Ia akan mengajukan surat pengunduran diri.
"Maju ke depan kerjakan ini". Pintahnya menarok spidol di pinggiran mejanya.
Aku terdiam masih memandang dirinya. Dari tatapan dan tuturnya aku faham bener. Laki laki tuaaa,akkkkhhh. "Saya gak tau. Kemarin pun enggak datang kok saya. Materi itu saya belom dapet. Saya taunya materi hari ini". Ini benar, bukan mencari cari alasan. Aku tidak sempat datang sekolah kemarin di waktu jam pelajaran dia. Dan hari ini dia lagi. Perasaan aku senin selasa rabu ada jam dia terus.
"Oh, yasudah. Perhatikan pak kerjain di depan". Tutur Pak Rivon. Aku melihat ia sekilas lalu memainkan ponsel lagi membalas chat Dari Kak Agatha kuu. Akhir-akhir ini aku sering chattan sama Kak Agatha. Sekedar dia curhat, menanyakan kabarku dan saling bertukar kabar masing-masing.
Ia baik, ia perhatian dan juga penyayang. Ia menganggapku adiknya. Ia sering memanggil ku calahh yang kalau C nya di ganti S jadinya Salah. Aku suka apapun ia lontarkan menjadi nama panggilan khusus untuknya. Aku pun memanggilnya Kak Agatahhhhhh. Dia sering mengechatku kalau dia kesepian. Kalau dia lagi sibuk aku chat dia dri jam 9 malam balesnya jam 9 pagi padahal aku liat Last seenya lagi online. Parah kan? Bisa aku katakan dia itu susah atau sepi doang baru cari. Senang mah mana dia cariin aku. Dia enggak bakalan cari. Tapi aku enggak terlalu ngarep sih dia bisa bales chat aku.
Pertemuan aku dengan di enggak sengaja, waktu itu aku membagi kontak WhatsApp ku dan dia save. Selanjut itu kita chat biasa aja, kayak orang yang enggak terlalu dekat. Dia cakep, imut, senyuman dia aku suka banget apalagi tatapan datar dia. Bukan menakutkan tapi kayak menantang buat kissing.
Mengingat dia kembali aku membuka galeri hp ku, aku menyimpan ava WhatsApp yang aku Screenshot terus di save. Dia tersenyum dikit ke arah kamera. Dengan backgroundnya pantai, di kawasan Seminyak Bali. Bagus pemandanganya tapi aku tidak suka laut. Aku suka pusing liat air laut. Sayangnya lebih suka ke orangnya dari pada pemandanganya.
Bersambung.....
V O T E !!!
♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Devil
Non-FictionYang namanya cinta, kita tidak tau kapan datang. Kita tidak tau kapan akan hadir di hidup kita. Mengisi segala kekosongan dalam hati. Mungkin bukan sekarang. Mungkin juga bukan hari besok. "Tapi Suatu saat nanti kamu akan mendapati Cinta sejati...