~Kembali Ke Awal~

71 9 2
                                    

Selalu dukung Penulis dengan cara vote dan komentar. Dan kalau bisa, berikanlah saran dan kritik membangun agar cerita ini menjadi lebih baik lagi.

Selamat membaca!

POV: DANNY RHAMDAN

Aku lepaskan sisa bagian senjata serta tangki amunisi yang tersemat di lengan dan punggungku. Tak percaya bahwa senjataku yang canggih ini hancur berkeping-keping dengan mudahnya.

Kutatap pecahan pedang yang berserakan itu.

Phyton Neutron.

Senjata multifungsi yang dibuat oleh Shanty untukku.

Senjata yang kupikir sudah sempurna. Tapi nyatanya masih memiliki kelemahan. Senjata itu dibuat untuk mengalahkan Sandekala. Harusnya aku menyadari bahwa di Keikai, aku tak hanya akan berhadapan dengan Sandekala. Tapi juga yang lainnya. Yang bahkan mungkin lebih kuat dari sang Raja sendiri.

Aku menatap mereka berdua silih berganti sembari bertanya-tanya apakah mereka berdua manusia atau bukan.

Umur mereka mungkin sekitar lima belas. Kembar. Bermata sipit. Jelas bukan berasal dari negaraku. Mungkin Cina. Si pemuda berambut batok kelapa dengan potongan modern. Sedangkan si perempuan dikepang satu mirip tokoh perempuan dalam film laga asia jadul. Aku tak bisa menebak dari tahun berapa mereka berasal.

Pemuda berbaju biru mengulurkan tangan. Membantuku berdiri. Ternyata mereka lebih pendek dari yang kukira. Ujung kepala mereka hanya sebatas dadaku. Tapi kekuatan mereka jelas tak bisa diremehkan sama sekali. Mereka berdua memusnahkan monster itu hanya dengan beberapa kali pukulan. Dengan senjata yang hanya berupa sarung tangan berselimut duri logam yang kurasa perpaduan antara emas dan platinum. Serta cahaya Kie Light yang baru pertama kali kulihat. Aku sudah melihat cahaya yang yang memiliki efek realistis sebelumnya dari senjata keramat yang pernah kugunakan bersama saudara-saudaraku. Tapi semua itu hanya berupa variasi warna dan bentuk semata, tidak berefek senyata itu terhadap apa yang kami lawan. Bagiku cahaya mereka berdua adalah elemen nyata. Api si perempuan benar-benar membakar makhluk itu, dan es si pemuda benar-benar membekukannya.

Sedangkan cahaya dari senjataku yang hancur itu hanya bisa memusnahkan Sandekala. Tak bisa membakar. Tak bisa membekukan. Bahkan tak berefek sama sekali terhadap makhluk yang bukan Sandekala selain menciptakan silau.

"Kenapa diam saja? Setidaknya ucapkan terima kasih pada kami yang telah menyelamatkanmu," celetuk pemuda itu.

"Terima kasih," kataku singkat.

"Namaku Renhin Yukosuo dan ini saudaraku Renhan Yukosuo. Siapa namamu ?" ucap si perempuan berbaju merah.

"Danny. Danny Rhamdan," jawabku sedikit lelet.

Kini pikiranku tak bisa terfokus pada mereka. Bahkan tak peduli lagi dengan pedangku yang hancur itu. Aku harus kembali ke dunia. Sudah terlalu lama aku di sini dan yang kudapat hanya sia-sia belaka.

Tapi portal itu tak muncul.

Hilang.

Lenyap.

Ke mana perginya?

"Kau berasal dari mana?" tanya Renhin yang tampaknya ingin memulai percakapan.

Aku mundur sedikit agar mereka tak perlu menengadah saat menatapku. Bersandar pada dinding kayu rumah terapung itu. Menghadap mereka berdua. Tak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. "Java Island, Indo," jawabku terdengar sedikit ketus. "Apa kalian sudah mati?"

Rupanya pertanyaan spontanku membuat mereka tersinggung.

"Kurang ajar benar menganggap kami mati! Kami masih hidup sama sepertimu, tahu!" sergah si pemuda bernama Renhan itu sembari menunjuk-nunjuk.

Kie Light #3: Jagad ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang