"Pertemuan yang Tak Ku Duga"

168 2 0
                                    

Aku siswi SMA Negeri Binaraja, orang-orang biasa mengenalku dengan gadis yang ramah sekaligus cuek. Selain itu, guru dan temanku tahu kalau Akulah siswi teladan di angkatanku yang selain aktif dalam organisasi juga pandai dalam hal akademik. Aku juga lumayan cantik (kata Ibuku), sebagai seorang penari aku cukup percaya diri dengan proporsi ideal tubuhku hahaha. Begitulah kira-kira gambaran dari tokoh utama dalam cerita. Tapi tidak mungkin ada manusia yang sempurna didunia ini bukan? Begitupun Aku, aku berasal dari keluarga yang sederhana, Aku bahkan bisa masuk sekolah disini karena beasiswa yang aku dapatkan atas prestasiku.

Hari ini adalah hari pertamaku masuk ke kelas 11, ruang kelas baru dan yahh teman-teman baru. Aku masuk jurusan IPS, bukan karena Aku tidak mampu di IPA, tapi karena memang aku sangat suka dengan IPS dan cita-citaku sama sekali tidak berhubungan dengan pelajaran IPA. Sayangnya IPS dikenal dengan jurusan yang semrawut, selain dari segi prestasi juga dari segi pergaulan yang biasanya tidak jelas dan sekolah hanya untuk hiburan saja bagi siswa-siswanya.

Aku lebih suka bergaul dengan anak IPA yang cenderung lebih diam dan santai. Selain teman sekelasku tidak pernah sama sekali Aku bergaul dengan siswa jurusan IPS lainnya. Setiap pagi sebelum bel masuk aku harus berangkat lebih pagi, teman-temanku pasti sudah menunggu buku tugasku yang dakam sekejap akan mereka salin semua jawaban didalamnya. Pada jam istirahat aku tidak pernah berada di kelas, kalau tidak di kelas IPA 4 tempat shabatku pasti Aku ada di Perpustakaan sekolah. Teman-teman sekelasku dalam hal persekolahan sangat tidak bisa diandalkan, tapi diluar itu mereka kadang-kadang juga bisa di mintai tolong atau bahkan hanya sekedar memberi hiburan tak masuk akal.

Ketua kelas kami sangat menjengkelkan. Dia selalu mengkoordinir hal-hal yang sangat tidak dibutuhkan dikelas, seperti membolos berjamaah, mencontek tugasku sesuai urutan absen atau bahkan mengumpulkan anak-anak hanya untuk mendengarkan joke murahannya. Seperti namanya, teman-teman sangat memujaya bak Dewa Krisna. Untungnya Aku sama sekal tidak pernah terlibat dalam satu hal konyolnya sekalipun. Nilai plusnya dia memiliki wajah yang lumayan yyaa emmm bisa di bilang tampan dan juga berasal dari keluarga yang tidak sembarangan alias Kaya awokawokawok..

Pagi ini, Dewa dihukum guru geografi karena tidak membawa buku pelajaran. Sialnya, Aku jadi kena imbasnya, dia harus bertukar duduk dengan teman semeja ku yang artinya dia akan duduk satu meja dengan Ku. "Dewa akan duduk satu meja dengan Rara setiap pelajaran saya. Tidak ada alasan." Oh Ya Tuhaannnn!! Bencana besar buatku.

"Ra, asik kan satu meja denganku? Hahaha! Selamanya saja kita duduk berdua, sampai ke Pelaminan bagaimana?" sontak teman sekelas langsung bersorak mengaimini kata-katanya. Dengan wajah yang malu dan marah aku berlari keluar membawa buku jurnal kesayanganku menuju ke taman. Aku hanya duduk di taman sambil membolak-balik buku jurnalku. Tak kusangka Dewa menghampiriku bersama gennya yang super duper ganggu, walaupun mereka terkenal dengan geng yang diisi oleh cowo-cowo tampan dan kaya diangkatan kami. "Ra, dipanggil sama wali kelas. Kayaknya si mau ngomongin masa depan kita." Kepergian mereka diiringi tawa yang menjengkelkan dari teman-temannya.

Ada firasat buruk dalam perjalanku menemui Bu Susan wali kelas ku.

"Kamu sudah datang Ra. Begini ra, ada yang mau Ibu bicarakan." Aku sudah bersiap mendengarkannya. "Tadi saya dengar dari Bu Tuti, katanya Dewa dipindahkan tempat duduknya bersamamu?" Haha, pasti Bu Susan tidak setuju dengan keputusan ini. Selamaaattt!! Pikirku.

"Iya, Bu. Mungkin itu kurang tepat, karenaa...." suaraku terputus. "Ra, saya sudah mendiskusikannya dengan Bu Tuti dan Dewa saat jam istirahat tadi. Kami pikir Dewa akan belajar dengan baik kalau dia duduk bersamamu di meja depan. Kami sangat berharap agar kamu bisa membantunya. Dewa sudah setuju dengan ini juga. Bagaimana?" Duar!! Pikiranku meledak dan entah aku menjadi ingin menangis. Tapi apakah aku bisa menolak? "Tapi bu.."

Ways of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang