Grace memeluk perutnya kesakitan. Dirinya tidak makan sedari kemarin, hanya minum air putih. Beberapa hari belakangan ini tak ada satupun yang datang ke apartemen kecilnya. Stok makanan dan minuman nya sudah habis. Ia tak berani keluar dari apartemen, apalagi membeli kebutuhan. Uang saja tidak punya.
Ia terus menunggu kakaknya dan sang buna. Tetapi tetap saja mereka tidak datang walau dirinya sudah menunggu sampai larut malam. Sampai dirinya tidak sadar ketiduran.
"Ugh, perut Grace sakit sekali." tubuhnya meringkuk disofa sambil sesekali meringis.
Ketika telinganya mendengar pintu apartemen dibuka dirinya langsung terduduk.
"Kakak!" serunya senang.
Alvin segera mendekat dan memeluk adiknya yang ada disofa.
"Kakak perut Grace sakit." rengeknya.
"Kenapa? Grace lapar? Kemarin udah makan belom?" tanya laki-laki itu dengan panik.
Sang gadis menggeleng, "Grace dari kemarin belum makan, sekarang lapar."
"Maaf ya, Kakak sibuk ngerjain skripsi kemarin dan bimbingan sama dosen jadi gak sempat kesini."
Grace menggeleng cepat, "Gak apa-apa! Yang penting sekarang Kakak udah disini. " serunya senang.
"Sekarang mau makan diluar?" tawar Alvin.
"Boleh?"
"Ya boleh dong. Ayo!" pria itu menarik tangan sang adik, membuat Grace memekik senang.
[MELODY]
"Kakak Grace mau ini boleh?" tanya Grace sambil menunjuk salah satu menu disana.
Alvin mengangguk, "Beli apa aja yang Grace mau."
"Mau ini! Mau ini!" serunya senang sekali. Alvin kemudian memesan makanan yang mereka inginkan.
Tak lama hidangan yang dipesan pun datang. Grace berseru senang sekali. Membuat beberapa pelanggan yang ada disana pun menoleh kepadanya.
"Ada dino!" tangannya menunjuk nugget yang ada diatas nasi goreng.
"Iya dino, sekarang dimakan ya? Nanti kalau mau tambah bilang Kakak."
Kepalanya mengangguk senang kemudian dirinya melahap nasi goreng itu dengan lahap. Sampai beberapa orang melihatnya sambil berbisik-bisik. Namun dirinya tetap mengabaikan, tak makan seharian membuatnya amat lapar.
"Kak Alvin!" Grace dan Alvin spontan menoleh bebarengan.
Seorang gadis berdiri di sebelah mereka dengan raut wajah marah dan kesal.
"Jadi, Kakak gak mau temenin Rara keluar karena diem-diem ketemu dia?!" bentak gadis itu, membuat Grace tersentak dan berhenti makan.
"Gak gitu Ra."
"Gak gitu apanya! Rara bakal bilang ke Mama." saat Rara berbalik, Alvin segera mencengkram tangannya.
"Kamu kan udah sering jalan-jalan sama Kakak, apa salahnya sih sekali-sekali Kakak pergi sama Grace?" laki-laki itu menghela nafas.
Rara mendengus kesal, "Kalau Kakak gak mau Rara bilang ke Mama, cepet anter Rara pulang sekarang."
"Tapi Grace nanti sendirian."
"Gak peduli! Rara gak peduli, kalau nanti dia bakal disiksa Mama lagi jangan salahin Rara!"
"Pokonya Rara sama Kak Alvin!" ujarnya mutlak.
Alvin memandang Grace, "Grace, Kakak anter pulang Rara dulu gak apa-apa kan?"
Grace mengangguk sebagai jawaban.
"Habis ini makanannya Kakak bayar dulu, Grace jangan kemana-mana kalau Kakak belum balik. Ya?" ujar Alvin.
"J- jangan, Grace takut sendirian."
"Gak apa-apa, jangan takut. Nanti Kakak kesini lagi ya? Grace percaya kan sama Kakak?" Alvin berjongkok sambil menggenggam tangan adiknya. Gadis yang duduk dengan ragu mengangguk patah-patah.
Setelahnya Grace hanya bisa memandang punggung Kakaknya yang tertelan pintu mobil dengan adik tirinya.
[MELODY]
Grace menggigil kedinginan, tangannya ia gosok-gosokkan sedari tadi untuk mencari kehangatan. Ini sudah hampir pukul setengah sepuluh malam dan kakaknya belum kembali. Restoran tadi sudah tutup dan gadis itu dipersilakan untuk keluar.
Dua jam duduk disana cukup membuatnya amat kedinginan karena dirinya hanya memakai kaus lengan panjang yang dipakainya tadi sore. Bila dijumlah dirinya bahkan sudah menunggu empat setengah jam disana. Dan Alvin belum kembali juga.
Grace berjongkok, merasa pegal. Dirinya menenggelamkan wajah diantara lipatan lutut. Helai rambutnya, kaus, dan celananya juga di beberapa bagian basah karena hujan sangat lebat.
Sampai 30 menit kemudian hujan sedikit reda, dirinya nekat menerobos hujan yang belum reda sepenuhnya.
Beruntung restoran itu tak jauh sekali dengan apartemennya, walau bila ditempuh dengan jalan kaki memakan waktu yang cukup lama. Tetapi gadis itu kan berlari. Dirinya tadi saat berangkat sudah mengingat-ingat apa yang dilewatinya, jadi dirinya tak akan tersesat.
Sampai di apartemen mungilnya, gadis itu segera mengganti baju dan bergelung dalam selimutnya, ia benar-benar kedinginan. Wajahnya pucat.
Brak!
Grace sedikit terlonjak ketika mendengar pintu dibuka kasar. Ia berusaha untuk duduk. Badannya lemas sekali.
"Kakak..." lirihnya saat melihat Alvin berdiri di ambang pintu kamar.
Alvin segera berlari dan memeluk sang adik.
"Maaf, maaf, maaf."
Grace menggeleng, "Gak apa-apa Kak, Grace cuma kedinginan."
Mata Alvin memanas, bahkan disaat seperti ini pun Grace masih bisa mengatakan tidak apa-apa. Ia tahu sekali, ia meninggalkan adiknya berjam-jam, ini semua karena Rara yang menahannya.
"Grace kedinginan?"
Kepala gadis itu mengangguk.
Alvin membungkus tubuh adiknya dengan selimut dan memeluknya erat sekali.
"Maaf... Maaf..."
"Jangan pergi." lirih gadis itu sebelum memejamkan matanya erat.
[MELODY]
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody
Teen FictionIni semua tentang Grace. Tentang dia yang berbeda. Tentang dia yang selalu sendiri. Tentang dia yang selalu disisihkan. Tentang dia yang berusaha sebaik mungkin agar bisa membahagiakan orang lain. Gadis itu tak pernah berkata mereka menyakiti n...