"Grace sini dulu sayang." wanita yang terlihat awet muda itu mendekati putri dari kakaknya itu.
Ditangannya membawa sebuah sisir dengan kucir rambut berwarna biru muda. Sedangkan gadis enam belas tahun yang dipanggil itu tidak bergeming, tetap diam memandang kearah jendela sambil memainkan jari-jarinya.
Bahu Grace ditepuk lalu tubuhnya diputar oleh sang bibi.
"Mau main sama Zian dan Reyna kan?" tanya sang bibu.
Grace tampak berpikir, "Main?"
"Iya Grace mau main." lanjut gadis itu.
"Sini Buna kuncir dulu rambutnya."
Grace mengangguk patuh kemudian sang bibi menguncir rambutnya.
"GRACE!"
"Zian panggil Bun." ujar Grace saat mendengar sang teman memanggil.
"Iya Zian panggil, sebentar ini mau selesai."
Setelah sang bibi melepas tangannya dari kepala, Grace segera berlari keluar, saat berpapasan dengan piano dibawah tangga dengan tutup terbuka jarinya otomatis memencet tuts berurutan sambil berlari.
Zian yang diluar tersenyum, kalau piano berdenting artinya Grace sedang berlari keluar kearahnya-
"Zian!" benar kan.
Remaja laki-laki itu segera berjongkok memposisikan dirinya. Sedangkan Grace segera melompat ke punggung sang sahabat.
"GRACE NANTI JANGAN NANGIS CARI BUNA! BUNA KERJA! AYAH MASIH DI LUAR KOTA LOH!" teriakan menggema dari dalam rumah.
Grace tidak mendengarkannya, terkadang dia berpikir sedikit lamban daripada remaja seusianya.
"IYA TAN!"
Zian segera berlari dari depan rumah Grace ke halaman rumah sebelahnya.
"REYNA."
"Iya sebentar!"
Tak lama kemudian gadis sebaya Grace keluar.
"Ayo!"
Kemudian ketiga remaja itu berjalan bersamaan menuju taman kota yang berada didekat perumahan mereka. Oh, kecuali Grace yang digendong oleh Zian.
"Grace jalan aja, kasihan Zian capek gendong kamu." ujar Reyna saat melihat baju Zian basah oleh keringat.
"Gak apa-apa kok." Zian tersenyum.
Sesampainya di taman yang ramai oleh semua kalangan usia ketiga sahabat itu duduk disebuah bangku yang dicat warna putih.
"Beli minum dulu ya." ujar Reyna kemudian berdiri dari duduknya dan ke stand yang menjual minuman.
Zian yang duduk disebelah Grace memandang sahabatnya itu sejenak kemudian bertanya.
"Grace, gimana permainan piano kamu?"
"Bagus bagus, kata Buna tambah bagus."
Zian terkekeh, "Dari dulu juga bagus Grace."
"Pasti sekarang mainnya tambah keren."
Grace hanya mengangguk, kemudian memandangi Reyna yang kembali dengan tiga cup milkshake berukuran sedang.
"Grace mau matcha."
Reyna menunduk memandangi tiga cup minuman yang dibawanya kemudian kembali mendongak, "Gak ada Grace, disana cuma ada milkshake coklat, stroberi, sama vanilla."
"Ini aja gak apa ya?"
Grace menengadahkan tangannya, "Eung, iya."
Reyna memberikan milkshake berperisa stroberi itu kepada kedua sahabatnya. Kemudian mereka bertiga meminum bersama milkshake itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody
Novela JuvenilIni semua tentang Grace. Tentang dia yang berbeda. Tentang dia yang selalu sendiri. Tentang dia yang selalu disisihkan. Tentang dia yang berusaha sebaik mungkin agar bisa membahagiakan orang lain. Gadis itu tak pernah berkata mereka menyakiti n...