Beliau adalah putra Syekh Maulana Ishak, seorang Ulama dari Arab yang telah lama bermukim di Pasai Aceh. Ayah Sunan Giri merupakan kakak dari ayah Sunan Ampel.
Sedangkan ibu Sunan Giri adalah Dewi Sekardadu, putri dari Raja Blambangan.
Kira-kira ia lahir pada tahun 1442 M, ia terlahir dengan paras wajah yang bagus, sehingga Menak Sembayu (ayah dari Dewi Sekardadu) sangat mencintainya. Akan tetapi Menak Sembayu ingat kembali terhadap kata-kata yg diucapkan oleh Patih Bajul Sengoro bahwa bayi itu adalah penyebab terjangkit nya di Blambangan waktu itu, sehingga niat Menak Sembayu untuk menyingkirkan bayi itupun timbul kembali.
Oleh Menak Sembayu bayi yg baru lahir itu dimasukkan ke dalam kendogo (peti), dan diperintahkannya kepada Para prajurit untuk membuangnya ke laut. Menerima keputusan ayahnya itu, Dewi Sekardadu tidak mampu berbuat apa-apa, kecuali hanya menangis sedih dan melangkah pergi ke dalam hutan dan meninggal disana tanpa diketahui dimana kuburnya.
Suatu malam, terlihat kapal pedagang sedang melaju melintasi Selat Bali, dan tiba-tiba terhenti. Kapal tersebut hanya berputar-putar saja, sehingga semua awak kapal mengamati keadaan sekitarnya dan melihat ada sebuah peti, setelah peti itu terambil, begitu terkejutnya mereka saat melihat didalam peti itu ternyata seorang bayi yang rupawan. Mereka bermaksud membawa serta yang mereka temukan itu ke Pulau Bali dan baru akan menyerahkannya kepada juragan mereka saat kembali dari Bali, namun Allah berkehendak lain. Kapal mereka tidak mau bergerak kedepan untuk melanjutkan perjalanan, sehingga merekapun memutuskan untuk kembali. Kapal pun diputar untuk kembali ke Pelabuhan Gresik, dan pada saat itu kapal tersebut melaju dengan cepat, sehingga dalam waktu singkat kapal mereka sudah kembali ke Pelabuhan Gresik. Mereka datang menghadap kepada juragan mereka, oleh juragan mereka dimarai, namun kemarahan itu berakhir saat menyampaikan apa yang mereka bawa yaitu bayi yang telah mereka temui di laut.
Kepada juragan mereka yang tidak lain adalah Nyai Gede Pinaringan bayi itu mereka serahkan. Tak dapat dibayangkan betapa gembiranya Nyai Gede Pinatih karena ia telah memperoleh apa yang selama ini ia dambakan. Maka Nyai Gede Pinatih memberi nama bayi itu sesuai dengan tempat menemukan bayi yakni di Samudra, maka anak itu diberi nama Joko Samudro.
☉☉☉☉☉
Hari-hari pun berlalu, dan Joko Samudro tumbuh menjadi anak yang lincah, sesudah cukup umur, Joko Samudro dititipkan kepada Sunan Ampel di Ampel Denta. Ia menetap di pesantren bersama santri lain
Sunan Ampel sangat menyayanginya, sebagaimana menyayangi putranya sendiri. Lebih-lebih karena nampaknya Joko Samudro mempunyai keistimewaan dibanding dengan teman-temannya. Pada suatu malam, ketika Sunan Ampel hendak melakukan sholat malam tiba-tiba beliau melihat ada cahaya memancar dari salah seorang muridnya. Beliau dekati murid tersebut dan mengikat ujung sarung untuk mengetahui siapa sesungguhnya murid yang mengeluarkan cahaya itu. Keesokan harinya, beliau tanyakan siapa diantara murid beliau yang terikat ujung sarungnya. Ternyata yang ujung sarungnya terikat adalah Joko Samudro. Dari kejadian itu, Sunan Ampel semakin memberikan perhatian khusus kepada Joko Samudro. Dan ketika Nyai Gede Pinatih berkunjung ke Ampel, beliau banyak menanyakan perihal Joko Samudro kepada ibu angkatnya. Dan ternyata Joko Samudro adalah anak dari Syekh Maulana Ishak. Dan pada saat itu Joko Samudro dirubah nama menjadi Raden Paku. Pada saat Raden Paku bersama Sunan Bonang diperintahkan untuk belajar ke Mekkah. Walau akhirnya hanya sampai di Pasai karena di Pasai Raden Paku bertemu dengan Syekh Maulana Ishak ayahnya. Mereka kemudian belajar kepada Syekh Maulana Ishak sampai merasa cukup memperoleh bekal ilmu pengetahuan, Sunan Bonang singgah di Tuban dan Raden Paku melanjutkan perjalanan sampai ke Gresik. Sesampainya di Gresik beliau kembali membantu ibu angkatnya berdagang, dan kemudian ia bermaksud mendirikan pesantren. Dalam menentukan tempat, Raden Paku melakukan tafakur selama 40 hari, dan baru kemudian ia teringat pesan dari ayahnya agar mendirikan Pesantren di satu tempat yang sama dengan tanah yang ia bawa dari Pasai. Ia pun mencari tempat yang dimaksud sampai ke atas bukit yang sekarang terkenal dengan sebutan Giri Kedaton.Di bukit inilah Raden Paku mendirikan pesantren, dan iapun kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Giri. Murid beliau banyak berdatangan dari daerah lain bahkan akhirnya pesantren yang beliau dirikan menjadi Kesunanan Giri sampai jauh ke barat kota Gresik.
Konon ceritanya Lamongan yang sekarang merupakan sebutan yang disandarkan kepada mbah Lamong sebuah sebutan yang diberikan kepada Rangga Hadi, seorang utusan Sunan Giri 2.
Setelah Sunan Giri wafat pada tahun 1506,yang berkuasa di Kesunanan Giri adalah putranya yang bergelar Sunan Dalem atau Sunan Giri 2. Sunan Giri 2 memerintahkan kepada seorang muridnya yang bernama Hadi untuk menyiarkan Islam kedaerah barat.
Betapa pesatnya pesantren yang didirikan oleh Sunan Giri, sampai-sampai berubah menjadi Kesunanan Giri dan baru runtuh pada tahun 1692 karena diserbu oleh prajurit Sunan Mangkurat dari Mataram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Walisongo✔
Historical Fictionالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ💚 Walisongo dikenal sebagai penyebar Agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-14. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, peran mereka sangat penting dalam mendirikan kerajaan Islam di J...