Beliau adalah putra Sunan Ampel dari seorang ibu bernama Dewi Candrawati atau lebih dikenal dengan sebutan Nyai Ageng Manila,bernama Syarifuddin atau Raden Qosim. Beliau adalah adik dari Sunan Bonang yang dilahirkan ± 3 tahun setelah kelahiran Sunan Bonang.
Sebagaimana kakaknya, sejak kecil Raden Qosim banyak belajar dengan ayahnya, pada masa muda Raden Qosim juga banyak membantu ayahnya berdakwah, sehingga ia sudah banyak mengenal lingkungan sekitarnya dan memahami kebudayaan masyarakat yang turun temurun. Ketika bekal untuk berdakwah sudah cukup di miliki maka Raden Qosim diperintahkan oleh Sunan Ampel untuk berdakwah ke pantai utara Jawa Timur.
Dengan menumpang perahu banjang iapun berlayar ke laut Jawa melalui selat Madura, kebetulan kelima awak kapal itu orang Hindu, sehingga sebelum mereka berlayar terlebih dahulu mereka membuat sesajen untuk dewa penjaga laut. Melihat hal ini, Raden Qosim memberikan penjelasan kepada mereka tentang pembuatan sesajen yang baru saja mereka lakukan. Terhadap penjelasan Raden Qosim mereka tidak memperdulikannya dan bahkan mengolok-olok dan terus mentertawakan Raden Qosim, sampai akhirnya badai pun datang. Perahu yang ditumpangi Raden Qosim tenggelam dan kelima awak kapal itu tenggelam tanpa memperoleh pertolongan, lain halnya dengan Raden Qosim begitu kapal itu tenggelam datanglah seekor ikan hiu dengan beberapa ekor ikan Talang yg mengawalnya.
Raden Qosim naik punggung ikan hiu itu dan mendarat di perkampungan penduduk. Perkampungan inilah yg kemudian dikenal dengan sebutan Jelak, terletak di wilayah Desa Banjarwati kecamatan Paciran yg sekarang.🌊🌊🌊🌊🌊🌊🌊🌊🌊🌊🌊🌊🌊🌊
Beberapa hari setelahnya, di pantai dusun Jelak ini ada 5 orang yg terdampar dalam keadaan menyedihkan. Kemudian para penduduk dusun tersebut menolong sampai tersadar dari pingsannya. Penduduk inipun menceritakan kepada kelima orang yg ditemukannya, bahwa beberapa hari sebelumnya ditempat itu ada seorang pemuda mendarat dengan naik ikan hiu. Mendengar cerita itu kelima orang itu bermaksud menemuinya dan memohon ampun kepada Raden Qosim yg telah mereka hina selama dalam pelayaran. Sampailah mereka di rumah kepala kampung untuk menemui Raden Qosim, kelima orang itupun bersujud memohon ampun kepada Raden Qosim. Kelima orang itu akhirnya menyatakan diri untuk mengikuti Raden Qosim.
Di dusun Jelak inilah Raden Qosim mulai mengajarkan ajaran Islam. Tidak lama kemudian, disebelah selatan dusun jelak, Raden Qosim mendirikan langgar tempat mengaji dan sholat, yang kemudian berkembang menjadi Masjid dan Pesantren. Penduduk baru pun mulai berdatangan sehingga yang awalnya sepi menjadi perkampungan yang ramai. Kampung inilah yang sekarang disebut Banjaranyar yang berarti kampung baru.
Beliau menyampaikan ajaran yang berbunyi:
Menehono mangan marang wong kang kaluwen,
Manehono ngeyup marang wong kang kaudanan,
Manehono busono marang wong kang wudo.Artinya:
Berikan makan kepada orang yang kelaparan,
Berikan tempat berteduh kepada orang yang kehujanan,
Berikan pakaian kepada orang yang telanjang.✿✿✿✿✿✿
Setelah kurang lebih 3 tahun berada di Banjaranyar, Raden Qosim memutuskan untuk pindah ke daerah lain yang ada di sebelah selatan Banjaranyar, yang berada diatas perbukitan yang banyak ditumbuhi tanaman liar. Dengan dibantu oleh para santrinya., perbukitan itu menjadi bersih. Ditempat yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Dalem Duwur inilah Raden Qosim mendirikan langgar dan pondok pesantren serta padepokan sebagai tempat tinggal tetap bagi keluarga beliau.
Oleh Sunan Ampel, Sunan Bonang dan Sunan Giri sebagai Waliyullah yang mempunyai wilayah tersebut, Raden Qosim di tetapkan sebagai anggota wali dengan sebutan Sunan Drajat, sesuai dengan sebutan yang diberikan oleh masyarakat kepada tempat Raden Qosim mendirikan padepokan.
Selama berdakwah Sunan Drajat banyak mempergunakan sarana kesenian yang ada pada saat itu, diantaranya adalah gamelan. Beliau mempergunakan gamelan sebagai alat untuk mengumpulkan masyarakat, dan setelah masyarakat berkumpul beliau memperkenalkan ajaran Islam dan menyampaikan pesan-pesan Al-Qur'an lewat gending Pangkur.
Sampai pada akhir hayatnya, Sunan Drajat terkenal sebagai orang yang dermawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Walisongo✔
Historical Fictionالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ💚 Walisongo dikenal sebagai penyebar Agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-14. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, peran mereka sangat penting dalam mendirikan kerajaan Islam di J...