Pelangi Kembali Disukai

25 0 0
                                    

Hari ini gerimis menyapa Sarah yang terdiam di pojokan dengan seseorang. Ia menghela nafas kasar mengingat semua kenangan setelah gerimis datang dan digantikan dengan sesuatu yang menurutnya menyebalkan.

Pelangi, baginya pelemah atmanya. Warna-warni yang menghiasi membuatnya teringat kepada seseorang yang amat ia benci dan masih saja rasa mencintai tak pernah pergi dari hati.

"Aku duluan Ted,"

Tedy nampak bingung padahal di luar gerimis belum berhenti.

"Sar, mau ke mana?" tanya Tedy.

Sarah meninggalkan kekasih yang baru dijalaninya selama dua bulan ini, meski hatinya masih berada jauh entah di mana tapi ia tetap menerima Tedy.

Sarah menerobos gerimis itu ia tak peduli dengan teriakan Tedy di belakangnya, sampai suara klakson mobil hitam menghentikan langkahnya.

Tii ... ttt

"Sarah ...!!" teriakan itu terdengar samar di telinganya hingga dentuman keras menghilangkan kesadarannya.

***

Aura canggung kini menyelimuti, di dalam sebuah mobil hitam yang dikendarai seseorang kini ditemani dua sepasang kekasih yang saling terdiam membisu.

"Maaf, saya akan bertanggung jawab." ucap pria itu.

"Ini salahku. Aku tak menjaganya dengan baik." jelas Tedy.

Sarah melirik kekasihnya, "Aku bukan anak kecil Ted," bisiknya masih malas.

Tedy tersenyum geli melihat ekspresi pujaan hatinya. Tanpa pikir panjang ia mencium pipi tirus Sarah lembut di hadapan Windi.

Hanya lewat kaca spion rasa sesak dan muak melihat dengan jelas adegan itu, Windi membuang muka menahan emosi.

Sarah terkejut dan juga malu, namun di antara rasa itu ada rasa kemenangan baginya. Karena memperlihatkan kemesraan pacar barunya di depan mantannya.

"Heem." Windi berdehem.

Kecanggungan di dalam mobil kembali mencekam.

***

Selama di perjalanan Tedy tertidur pulas di pundak kekasihnya bukannya Sarah yang tertidur karena badannya masih lemas, tapi ini sebaliknya.

"Apa kabar," suara bas itu mengejutkan Sarah.

Sarah dilanda ketegangan, andai Tedy tidak tidur mungkin ia akan menanyakan kondisinya dengan dramatis khawatir.

"E-em, baik." gugup Sarah.

"Dia perhatian, pertahankan."

Sarah mendongak menatap kaca spion di depannya yang memantulkan wajah yang dulu selalu ia rindukan. Mata mereka bertemu rindu. Dengan gugup Sarah kembali menunduk.

***

Tedy tidak tahu bahwa Windi yang menabrak Sarah adalah mantannya. Karena Tedy orang baru di kehidupan Sarah, hanya Nur Hayati sahabatnya yang tahu.

"Dia gak bilang apa-apa lagi?"

"Nggak."

Nur mengelus pelan bahu Sarah. "Gue tahu, lo masih suka sama dia. Buktinya lo suka ngehindar kalo ada pelangi."

"Itu cara gue ngelupain dia Nur,"

"Lo salah Sar, semua itu bikin lo teringat sama dia. Harusnya lo biasain, sampai lo lupa bahwa pelangi kesukaanya." jelas Nur.

Sarah bangkit meninggalkan Nur sendirian di taman.

***

"Kalo rindu, tungguin aja hujan reda Sar,"

"Kenapa harus nungguin hujan reda?"

"Karena gue suka pelangi. Kita sedih karena hujan datang begitu saja, namun kita nikmat melihat pantulan wara-warni karenanya."

Sarah tersenyum mendengar sesuatu yang dikagumi prianya. Ia memeluknya dan tersenyum kecil dalam pelukan hangat balasan kekasihnya.

***

"Masih sakit?"

Sarah mendongak mencari suara seseorang yang ia hindari.

Windi berdiri di hadapannya. "Gak usah gugup gitu kali Sar, pelangi juga gak gugup kalo mau muncul, dia dengan percaya diri memamerkan keindahannya meski sekejap ia hadir dikagumi semua makhluk yang menyukainya."

Kalimat itu membuat semua kenangan yang Sarah pendam dalam-dalam kembali terbongkar. Rasa rindu meruntuhkan semua egonya, ia memeluk erat pujaan hatinya.

Windi tersenyum lembut dan membalas pelukan mantannya dengan tulus.

Kumpulan Cerita MiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang