Bukan orangnya, tapi kenangannya.
🍒🍒
"FANNN, OPERRR BOLANYAAAA!!!" teriak seseorang di bawah teriknya matahari.
Brukk...
"Fan, kok lo ngga bilang, sih kalau sakit? Kan nggak perlu ikut olahraga juga, lo tau tadi siapa yang nolongin lo?"
Rafanda, lebih tepatnya Rafanda Adara Atmaja, gadis muda yang masih berusia 17 tahun yang menyandang marga Atmaja, biasa disapa Fanda oleh teman-temannya.
Gadis itu berusaha duduk bersandar di ranjang UKS sambil menahan sakit di kepalanya, "gue juga nggak tau, Ren. Tiba-tiba pusing gitu aja, karena panas kali, ya, hahahaha," tawa Fanda.
"Ihhh Fandaaa!! Lo tau nggak siapa yang nolongin lo tadi? Ganteng, Fan! Dia anak baruuu."
"Apasi ah, udah lah gue mau ke kelas, mau ganteng atau enggak, lo tau, lah gue gimana Irenaaa," tukas Fanda sambil turun dari ranjang UKS dan berjalan perlahan ke arah kelas.
"Dih, jadi cewek kok mau aja kejebak sama masa lalu sendiri," ceplos Irena.
Anjirr emang si Iren, tapi emang bener, sih, ah tauah.
Mata Fanda menyipit kala melihat sosok cowok yang ia rasa kenal, namun lagi-lagi ia tepis, dia? Nggak! Nggak mungkin dia ada di sini, kayaknya mata gue udah gabener deh. Ucap Fanda dalam hati sambil mengucek matanya untuk membenarkan penglihatannya.
"Lah ilang? Tuh kan emang mata gue lagi nggak bener, apa karena gue kangen dia ya?"
Seseorang pun memukul pundak Fanda pelan dari belakang, "ngomong sama siapasih, Fan? Kangen sama siapa? Sama gue? Tenang aja gue udah di sini kok sama lo."
"Geer banget lo kulit!"
"Kapan Fan lo buka hati buat gue?" tanya orang itu pelan namun Fanda masih mendengar ucapannya,
"Eumm, Dhit gue duluan ya, baru inget ada tugas yang belom dikerjain."
"Lah, kan lo sekelas sama gue, Fan. Yaudah, Ntar pulang sama gue ya Fan."
Fanda terus melangkah menjauhi Radhit, Radhitya Dimas, kapten futsal terbaik SMA Adipati Jakarta Selatan, selain ganteng, ia juga menjadi pegangan para guru karena kepintarannya di bidang sains. Radhit menyukai Fanda sejak pertama mereka berjabat tangan saat perkenalan di MPLS, namun, Fanda yang keras kepala terus-terusan menolak orang yang sudah mengejarnya. Katanya, cinta gabisa dipaksain dan gue ga cinta sama dia.
Selama perjalanan Fanda ke kelas, banyak bisik-bisik dari siswa-siswi sekolah di sepanjang lorong, hal itu ngebuat Fanda semakin malas berada di luar kelas lama-lama
Ganteng banget ya si anak baru.
Gilaa mau banget gue jadi pacarnya.
Tadi dia gendong Fanda anak 11 itu ke UKS.
Beruntung banget si Fanda.
Nggak lah, punya gue itu.
Dia udah punya pacar belum ya.
Denger denger namanya Ar, Ar siapa ya lupa gue.
Eh katanya Arsen si anak baru itu kapten basket terbaik loh.
Langkah Fanda terhenti saat mendengar nama seseorang yang ia kenal disebut, Anak baru? Arsen?
Tokk...tok....
"Maaf, Bu saya telat, saya dari UKS tadi."
"Silakan duduk, Fanda, kamu punya teman duduk baru di sana," ucap sang guru sambil mengarahkan matanya ke tempat duduk Fanda.
Fanda berjalan ke arah bangkunya, matanya melotot ketika melihat siapa yang duduk disamping bangkunya, "Arsen?"
"gue seneng bisa ketemu lo lagi, Adara," sapa cowok yang dipanggil Arsen sambil tersenyum manis.
Omaygattt!! Gue masih ngga percayaa kalo disamping gue ini Arsennn? Dia masih inget gue, bahkan dia masih manggil gue pake panggilan ituuuu!! Batin Fanda kegirangan.
Kelas 11 MIPA 1 sangat hening ketika belajar, ya beberapa memperhatikan guru mengajar karena sebatas menghargai, sisanya asik sendiri.
"Baik anak-anak, karena sudah jam istirahat, materi ini akan ibu lanjut di pertemuan berikutnya. Permisi," ucap sang guru sambil berjalan keluar kelas.
"Woii, Fan, ayo kantin, si Iren udah nunggu di sono," panggil Radhit, jangan salah, Fanda dan Radhit berada di kelas yang sama.
"Sorry deh Dhit, gue harus ngerjain sesuatu di perpus, lo bilang iren aja gue skip dulu, suru dia ke perpus kalo bisa hahaha, duluan ya," Fanda berjalan dengan membawa buku bersampul hitam yang terdapat pita putih di pinggirnya.
Arsen hanya memandangi Fanda hingga punggung itu tidak terlihat lagi.
Fanda hanya duduk terdiam di kursi perpustakaan, sebenarnya ia lapar, tapi ia tahan karena bengong dan bernostalgia itu bisa mengalahkan rasa laparnya. Arsen? Akash, kan? Kok bisa dia masuk sekolah ini, ketemu gue, nyapa tanpa rasa bersalah? Jujur, gue masih sayang banget sama dia, kalo kayak gini gimana gue bisa lupain dia?
Drttt...drtttt....
Notif yang masuk membuat lamunan Fanda buyar, segera ia mengecek hp nya,
Fanda yang malas dengan basa-basinya Iren hanya diam saja tanpa niat membalas pesan temannya itu. Enak aja andai lo tau dia punya gue hahaha
Flashback on
"Aku suka manggil kamu Adara."
"kenapa?"
"Adara itu artinya bintang, kan? Kamu tau nggak arti nama Akash di nama tengah aku?"
"Mama suka bintang, mangkanya nama aku ada bintangnya, Akash? Apa?"
"Akash itu artinya l--,"
Flashback off
"Hei, bengong aja lo, ntar kesambet setan perpus baru tau rasa," ucap seseorang yang baru datang ke perpustakaan dan langsung duduk di kursi kosong sebelah Fanda.
"E--ehh elo, bukannya lo di kantin bareng temen-temen gue?"
"Makan gue udah selesai, gapapa dong gue ke sini nemuin lo."
"Kenapa?"
"Gue kangen lo, Dar."
🍒🍒
Vote, comment jangan lupa, ya. Tugas bahasa indonesia butuh 100viewers😢 please, bantu. Hehehehe😅😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Nostalgia ✔
Teen Fiction[COMPLETED] Bernostalgia itu indah walau harus mengundang air mata tanpa diminta