"Echaaaa"
"Chaaa"
"Chachaaa marica hey hey"
"Echaaa where are you baby?"
Echa masih diam tak bergeming saat sahabatnya itu terus berteriak di dalam kelas dan membuat beberapa orang merasa risih.
"Cha, itu temenlu manggilin teriak-teriak gitu sautin napa." protes salah satu teman kelasnya.
"Males gue nanggepin orang gila, udah diemin aja."
Tak cukup sampai disitu, Lia malah lanjut berjalan. Kali ini bukan ke sembarang arah, melainkan Lia berjalan ke arah Juna duduk.
"Haii Juna ganteng, apakah dirimu melihat Echa?"
Melihat Juna yang cukup terkejut, Dhika malah tertawa sampai terbahak-bahak melihat ekspresi terkejut temannya itu.
"Ha-hah? itu Echa di pojok," kata Juna gagap dengan ekspresi tak berdosa itu sambil menunjuk ke belakang, tepatnya ke arah dimana Echa duduk.
"HAHAHAHA muka lu anjer kek orang naber,"
"Sialan."
"Omo omo, cie tau aja Juna," Kata Lia sambil mencolek dagu Juna, mirip sekali seperti tante-tante girang.
"Ya Allah, ampuni dosa-dosa hamba." lirih Echa pelan dan langsung menenggelamkan mukanya di lipatan tangannya. Tidak ingin melihat aksi gila dari sahabatnya itu.
Sementara itu kondisi Dhika semakin tidak karuan, dia terus tertawa sampai tersedak minumannya. Dan berakhir dengan mukanya yang sangat merah seperti ingin meledak.
Akhirnya Lia sampai ditujuannya. Yaitu di hadapan Echa yang masih menenggelamkan mukanya itu. "Samlekom"
"Bacot."
"Astaghfirullah ukhti, salam tuh dijawab bukan dibacotin."
Akhirnya Echa mengangkat kepala nya, namun masih dengan tatapan yang sangat datar. Terlihat seperti mengantuk.
"Lu salam aja gk bener, gimana mau gue sautin."
Lia hanya menyengir seolah dirinya tidak mempunyai salah. Namun di detik berikutnya, ekspresi Lia kembali serius. Seperti ingin mengatakan sesuatu.
"Cha, lu mau tau gk?" Katanya sambil mencondongkan badannya ke arah Echa.
"Gk, lu gila."
Merasa lelah, Lia akhirnya menyandarkan punggung nya ke kursi sambil membenarkan rambutnya yang sedikit acak-acakan itu.
"Kan lu disuruh jadi petugas upacara." kata Lia.
"Buset dah, mendadak banget kayak tempe kotak."
Lia malah mendorong sahabat nya itu sampai Echa hampir terhuyung ke bawah.
"Belajar silat dimana lu?"
"Ish Echaaaa gue seriussssss" kata Lia sambil memasang ekspresi yang terlihat seperti sudah tidak tahan lagi dengan sahabatnya ini.
"Kenapa harus gue sih?"
"Yaa, emang adanya lu." jawab Lia seadanya.
Echa hanya bisa pasrah sekarang, "kenapa gk lu aja fliss."
"Lah kan gue emang jadi petugas juga."
Echa membulatkan mulutnya, tanda dia sudah paham dengan perkataan Lia. Namun ada satu ucapan Lia lagi yang membuat Echa langsung menutup mulutnya.
"Tapi ntar pas pengen latihan, lu ke bawah ya ke ruangan samping uks buat ngambil peralatan dan lainnya." titah Lia.
"Gue? sendiri?" Kata Echa sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Berdua kok."
"Yaudah sekarang aja yu, sama lu kan?"
Lia memasang wajah licik nya "oh tentu tidak."
"Terus?"
Dengan wajah angkuhnya Lia menyilangkan kedua tangannya dan menyilangkan kakinya. Kemudian menjawab pertanyaan Echa dengan senyuman nya.
"Tuh, sama Juna lah."
Echa mengacak rambutnya frustasi, "kenapa gitu harus sama dia siiii!!"
Lia nenggaruk kepalanya yang tidak gatal itu, "hm, kenapa ya...."
Hanya bisa pasrah, mau tak mau Echa harus melakukan itu. Ingin menolak juga sudah tidak akan bisa. Membantah seorang Lianne itu cukup sulit. Yang ada dia akan meminta hal-hal yang tidak-tidak.
Echa sedang berada dalam mode MAGER.
Setelah itu Echa bangkit dari duduknya "yaudah lah."
Lia tersenyum dengan penuh kemenangan. Sebenarnya yang disuruh itu bukan Echa, melainkan dirinya sendiri. Tapi, Lia ingin melihat sahabatnya itu mempunyai moment bersama lelaki pujaan hatinya.
Menghela nafas kasar, akhirnya Echa bangun dari duduk nya. "Cia elah, semangat amat bu kayaknya," goda Lia saat Echa sudah melewati dirinya yang sedang duduk.
Lalu Echa menghentikan langkahnya. Berbalik, dan berbisik ke Lia.
"Semangat lah, kesempatan emas tidak boleh di sia-siakan." Kata Echa dan langsung pergi meninggalkan Lia.
"Halah tadi ada sok-sok an nolak dasar muna!"
To be continued⬇️
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
Indescribable Feelings ~ Koo Jungmo
RomanceBagaimana ingin bersama jika gengsi selalu menguasai hati?