⤷05

17 1 0
                                    

Mungkin Echa harus banyak-banyak mengucapkan terima kasih kepada guru Geografi di sekolahnya itu. Karena, berkat beliau Echa mempunyai kesempatan untuk satu kelompok dengan lelaki pujaannya.

Siapa lagi kalau bukan Raden Arjuna Dinata.

Tak henti-henti nya Echa tersenyum, sambil menggumamkan ucapan terima kasih. Padahal sudah 10 menit yang lalu gurunya keluar dari kelas.

"Cha, udah. Gue tau lu seneng tapi please jangan gila." ucap Lia frustasi.

Echa yang sedari tadi mengeratkan kedua tangannya sambil merapatkan kedua matanya langsung tergelak. Setelah itu ia mendorong pelan kepala sahabatnya itu.

Memang terlihat seperti persahabatan yang sangat harmonis bukan?

"Yeu, gk bisa banget lo ngeliat orang seneng." balas Echa.

Lia tersenyum tipis, seperti enggan untuk menanggapinya. Seketika terlintas di pikiran Lia cara untuk menyelesaikan tugasnya itu.

"Cha, kerkel yu!"

Mata Echa langsung terbuka lebar. "Gue sama Juna?"

Sekarang gantian Lia yang mendorong pelan kepala Echa. "Anjir, mau lu itumah. Berempat lah sesuai kelompok tadi. Gue, lu, Juna, sama Dhika."

Hening sejenak, dengan mengejutkan Lia tiba-tiba teriak memanggil Dhika dan Juna untuk datang menghampirinya. Mata sayup Echa otomatis langsung membulat.

Tanpa menunggu lama, Juna dan Dhika langsung datang ke arahnya. Dan menanyakan apa maksudnya Lia memanggil mereka.

"Jadi gini," Lia menggantungkan kata-katanya. Membuat ketiga temannya menunggu.

"Soal tugas tadi, gue mau ngomongin kerja kelompoknya." ketiga temannya itu masih setia menyimak. Beda dengan Echa yang sudah kelabakan.

"Kan tadi tugasnya dibagi 2, ada yang di dalam power point sama makalah. Nah dari pada berat mending tugasnya kita bagi 2."

Kini Dhika yang buka suara "dibagi 2 gimana tuh?"

Lia kembali menarik nafas nya lagi. "Kan kita berempat, nah kita bagi berdua-berdua. Di antara itu ada yang ngerjain makalah dan ada yang ngerjain power point." jelas Lia panjang lebar.

"Berarti kayak kelompok power point gue sama Lia, terus makalah Dhika sama Juna?" Tanya Echa meminta penjelasan.

"Iya, tapi menurut gue anggota yang lu sebutin itu baru contoh."

Echa mengernyit tak paham. "Gue mau kita campur. Cewe-cowo, paham?"

"Kenap-" baru saja Echa ingin mengelak,tapi sudah dipotong duluan oleh oknum yang sedari tadi banyak bicara ini.

"Lu tau kan, kalo cowo semua yang ngerjain selesainya bakal ber abad-abad dan belum tentu bakal bener semua." Kata Lia dengan wajah tangguhnya itu sambil melirik ke arah Dhika dan Juna.

"Cuih" balas Juna.

"Nah untuk anggotanya..." kembali dengan wajah liciknya, Lia lagi-lagi menggantungkan kata-katanya sambil melirik ke arah Echa.

"Please, perasaan gue gk enak." ucap Echa.

"Gue sama Dhika ngerjain makalah, dan lu berdua," kata Lia sambil menunjuk Juna dan Echa secara bergantian. "Kalian berdua ngerjain power point.  Selamat mengerjakan guys!"

Kalau tidak ada Juna di depan Echa, mungkin sumpah serapah dan kawan-kawannya sudah lolos dari bibir Echa.

"Gue setuju!" saut Dhika semangat.

Echa semakin pusing, apa lagi ini.

"Hm, gue juga setuju." tambah Juna dan lagi-lagi membuat Echa tambah pening.

Sebenarnya Echa merasa senang bahkan sangat senang. Tapi jangan berdua juga, Echa juga masih mempunyai rasa malu dan gengsi.

Masalahnya, apa yang akan dilakukan nanti saat berdua dengan Juna. Echa yakin suasana itu pasti sangat canggung dan Echa sangat benci itu.

Dan Echa takut kelakuan buruknya reflek keluar saat bersama Juna. Dan mungkin akan membuat Juna merasa risih atau il feel?

Tidak, itu tidak boleh terjadi.

"Oh, kalo gitu kerkel nya bareng-bareng aja." kata Echa yang diangguki oleh Juna.

"Ah, gk ah," keluh Dhika. "Lu tau kan kalo cewe di gabungin pasti banyak ngobrolnya, pasti gk selesai-selesai." sindir Dhika.

"Ish, yaudah deh." kata Echa. Lalu pandangannya langsung mengarah ke depan lebih tepatnya ke arah Juna.

Yang ditatap merasa salting.

"Juna."

Juna hanya mengangkat alis untuk menanggapi panggilan Echa. "Besok atau lusa kita kerja kelompok, terserah mau dimana deh." kata Echa.

Juna tersenyum lalu membentuk tangganya seperti tanda 'ok'. Pipi Echa sudah memanas melihat Juna tersenyum ke Echa.

"Besok gue jemput ya, kirim aja alamat rumah lu."



To be continued⬇️

Next?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Indescribable Feelings ~ Koo JungmoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang