Teruntuk Tuan,
Yang tak lagi kelabu.Memang benar semesta mendukung segala waktu dan kesempatan. Namun semesta tak memihak segala rasa.
Tuan,
Kini telah nyata terpampang di hadapan, kau menyajikan gulita, bukan pelita.Tak sedikit rasa sesal ataupun kesal, hadir menyelimuti diri. Setelah tahu segala hal tentang warna kelam yang kau hadirkan dirotasi kehidupan diriku.
Namun, tuan.
Perlu kau sadari, pekat yang kau hadirkan kini terganti oleh cahaya temaram yang dikirim semesta untuk menemaniku.Terimakasih.
Untuk segala rasa suram namun berkenan di sanubari.
Kuucapkan selamat bertualang dihati berikutnya.Semoga kelabu yang kau samarkan mampu menghadirkan pelita di lain hati. Namun sekiranya jangan bermain-main perihal hati.
Dariku,
Yang kini mampu memaknai perihal rasa abu-abu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Kata
PoetryBila lidahku tak mampu lagi berkeluh tentang dunia ini, dan sandiwaranya. Tak ada pilihan lain selain mengabadikan segala rasa dengan goresan tinta di atas kertas, menuangkan segala pemikiran dalam seuntai kata, maksudku sebatas kata. Sebatas kata...