3" Bandung"

560 81 4
                                    

"O iya.  Entar lagi ayah gue pulang. Kalau gitu gue duluan." ucap Ezra sambil memberikan tongkat billiard ke salah satu temannya. 

Ezra juga memberikan beberapa lembar uang 100 ribu kepada temannya untuk membayar billiard mereka malam ini.

Ezra tidak pernah mempermasalahkan tentang berapa banyak uang yang  ia habiskan untuk teman-temannya. Yang terpenting baginya, adalah temannya senang. Walau ia hanya dimanfaatkan semata.

Ezra sudah pergi beberapa menit lalu.  Salah seorang pemuda tinggi dengan tindik di telinga kanannya.  Ia celetuk pada mereka, "Ezra tau nggak ya. Kalau kita gak tulus temanan sama dia?" tanyanya.

"Nggak usah lo pikirin.  Lagian,  Ezra terlalu mudah percaya sama kita"

"Yang penting, uang. Hahahaha" celetuk salah satu dari mereka. Lalu mereka tertawa bersama-sama.

-
-
-

Di salah satu ruangan,  kini telah duduk Alam yang baru saja tiba di rumah dan segera menemui anak-anaknya yang telah menunggunya di ruang makan.

Di ruangan itu juga Zura duduk di antara Evan dan Ray. Sedangkan Ezra yang baru tiba di rumah.  Ia berlari menuju ruang makan,  dan masih mengenakan seragam sekolah, ia duduk di antara Edzard dan Dika. 

"Kenapa kamu baru pulang?" tanya sang ayah padanya.

"Maaf, yah.  Tadi Ezra ada pelajaran tambahan di sekolah" bohongnya.

Alam tersenyum bangga,  ia pun kemudian membandingkan anak yang menurutnya bodoh dengan Ezra yang selalu mendapat peringkat.

"Contoh itu Ezra.  Selalu banggain ayah"pujinya.

Zura hanya diam dan meremas sendok di tangannya.  Evan, Ray dan Dika merasa kasihan padanya.  Namun mereka hanya bisa diam.

"Ayah tidak mau tau!  Semester ini. Kamu harus bisa naik peringkat.  Jangan buat ayah malu" itu perintah Alam padanya. 

"Iya" jawab Zura pasrah. 

Ezra tersenyum miring. Kemudian ia memasang wajah datar di depan Zura.

Suasana makan malam menjadi hening.  Hanya terdengar suara dentingan yang berasal dari alat makan yang mereka gunakan.

"Ayah --- aku mau ikut nenek di Bandung" Azura memberanikan diri untuk mengungkapkan keinginannya kepada sang ayah.

"Kenapa?!" tanyanya.

"Aku --- ingin menemani nenek di Bandung. Aku...tidak betah di sekolahku" ucapnya lagi.

"Ck!  Lemah!" sindir Ezra tanpa menatapnya.

Zura menundukan pandangannya saat Ezra menyindirnya.  Ia yakin jika sang ayah akan marah padanya.

"Terserah kamu!  Ayah udah cape ngurusin kamu!" itu jawaban dari Alam.

"Bukannya belajar dengan benar!  Malah ingin pindah sekolah!!" itu celetukan yang berasal dari Edzard. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Azura Dan Ezra" (JINKOOK Brothership)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang