Tujuh Belas

387 49 21
                                    

Jongdae tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya saat melihat Heera tertawa selepas itu. Memberi hari libur untuk kekasihnya menjadi hal baru yang harus sering dia lakukan. Heera tak pernah tertawa seperti itu saat berada di Seoul.

"Kau sudah ceritakan pada Heera tentang Jung Soomin?"

Jongdae tak perlu repot-repot menoleh untuk mencari tahu siapa yang bertanya dari belakangnya. Di villa ini hanya ada empat orang. Jika Heera dan Jenny sedang bermain pasir di tepi pantai sana, maka yang ada di dalam villa tinggal Jongin.

"Tidak akan pernah!"

"Hyung, kau tidak bisa selamanya menyembunyikan kenyataan. Kenapa kau tidak belajar dari pengalaman?"

"Pertunangan kontrakku dengan Soomin hanya berlaku dua tahun. Aku akan tetap merahasiakannya sampai waktu itu."

"Kau pikir meski Heera mengetahui saat kontrak kalian sudah habis, dia tidak akan sakit hati? Justru akan lebih menyakitinya!"

"Kalau begitu kupastikan dia tidak akan pernah tahu."

Jongin mendesah, berjalan cepat lalu ikut duduk bersama Jongdae di teras Villa. Selama percakapan tadi, pandangan Jongdae tak pernah lepas dari keseruan Heera dan Jenny yang bermain dengan ombak di sana.

"Lihatlah tawanya, kau tega menggantinya dengan tangisan?"

"Heera tidak akan pernah lagi menangis."

"Hyung, sekali ini saja. Jangan jadi egois dan berlaku sesukamu! Pikirkan perasaan Heera, atau kalau menurutmu juga penting, pikirkan perasaan Soomin juga."

"Apa maksudmu?"

"Hanya ingin memastikan. Apa Soomin tidak memiliki perasaan padamu? Bagaimana jika gadis itu mencintaimu? Bagaimana jika dia berharap pertunangan kalian bukan dilandasi kontrak kerja?"

Jongdae menegang. Kemungkinan itu tidak pernah terlintas di benaknya. Selama ini dia terlalu fokus pada sudut pandangnya. Dia terlalu yakin bahwa Soomin juga pasti tidak suka dengan pertunangan ini, sama dengannya. Tapi pertanyaan Jongin mulai mengganggunya.

"Kau tahu? Saat Soomin datang ke dorm waktu itu. Dia terlihat khawatir karena tidak bisa menghubungimu berhari-hari. Sorot matanya kalut. Status tunangan pura-pura harusnya bukan seperti itu. Dia mencintaimu, Hyung!"

--

Cuaca di Pulau Cocoa, Maldives sangat berbeda dengan Seoul. Perubahannya bisa sangat ekstrim. Siang hari terik dan luar biasa menyengat, tapi akan langsung turun drastis menjadi menggigil di malam hari. Syukurlah malam ini suhunya tidak terlalu dingin, Heera menikmati angin pantai dengan santainya. Sesuatu yang tidak akan pernah ditemukan duanya.

Jongin dan Jenny pergi entah kemana. Samar Heera dengar sepertinya mereka berencana untuk ke bar di pusat kota. Dasar memang mereka berdua penggila party. Apa bedanya dengan berada di Seoul kalau di tempat seperti ini pun mereka tetap mencari lantai dansa?

"Aku mencarimu! Kenapa duduk sendirian disini?"

Heera menoleh singkat, tersenyum pada kekasihnya. Sedetik kemudian pandangannya kembali tertuju pada debur ombak di depannya. Jongdae turun dari teras villa dan mendekati kekasihnya.

"Mau jalan-jalan?" tanyanya sambil mengulurkan tangan. Heera segera meraihnya dan menautkan jemari lelaki itu dengan kepunyaannya.

Mereka berjalan di tepi pantai, sesekali ujung air laut mengenai kaki mereka yang telanjang. Meninggalkan jejak langkah yang segera hilang tersapu ombak. Suasana disini sungguh bertolak belakang dengan kota-kota besar. Kesunyian yang hanya diisi dengan suara gemerisik angin dan debur ombak, bukankah temoat terbaik untuk memulihkan kewarasan?

GRAVITY ❌ KJD ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang