Enam Belas

369 45 20
                                    

"Ini apartmu?"

Jongdae masuk sebuah apart dengan tangan kanannya menarik jemari Heera, sedangkan tangan kirinya membawa satu kantong penuh belanjaan.

"Ya,"

"Dimana anggota EXO yang lain?"

"Ini apartku bukan dorm!"

Heera memandang Jongdae dengan heran. Yang dipandang malah asyik mengeluarkan belanjaan dan menaruhnya di meja dapur.

"Jadi, kau akan memasak apa hari ini? Aku sudah membeli semua bahan yang kau minta."

"Bukankah selama ini kau tinggal di dorm?"

Jongdae menghentikan aktivitasnya, berbalik dan mendekati kekasihnya.

"Aku membeli apart ini seminggu lalu, tapi aku baru mulai tinggal disini tiga hari lalu. Itu gara-gara Baekhyun yang hanya membual akan memban..."

"Kenapa tiba-tiba membeli apart sendiri? Bukankah selama ini kau nyaman tinggal di dorm?" potong Heera, tidak sanggup lagi menahan rasa penasarannya.

Bukannya menjawab, Jongdae malah meraih pinggang Heera dengan kedua tangan. Menarik tubuhnya menjadi sangat dekat, bahkan Heera sampai harus menarik ke belakang tubuh bagian atasnya. Ekspresi Jongdae menyiratkan berjuta makna, matanya terlalu nyalang untuk dikatakan memandang dengan normal.

"Menurutmu kenapa?"

"A —apa yang kau lakukan?"

"Menunjukkan alasanku ingin memiliki apart sendiri."

"Mundur!" Heera mendorong dada Jongdae. Jangankan mundur, dada sekeras batu itu tak bergeming sedikit pun. Dari dorongan itu Heera bisa merasakan dada Jongdae yang bidang. Entah kenapa tiba-tiba pipinya merona.

CHUP

Gemas melihat apel ranum di depannya, Jongdae melayangkan kecupan singkat disana. Membuat empunya membulatkan matanya dan semakin berusaha berontak dari kungkungan lelaki tampan ini.

"Aku selalu suka saat pipimu merona seperti ini."

"Kim Jongdae!!!"

"Ya?"

"Munduuurrr!!"

"Tidak mau!" Jongdae menjawab sambil menggeleng-gelengkan kepalanya manja.

"Berhenti bersikap menjijikkan seperti itu!"

"Aku hanya bersikap begini di depanmu. Kau pakai guna-guna apa?"

"Apa maksudmu?! Ayo mundur, aku mau memulai masak!" Sekali lagi Heera mendorong Jongdae. Kali ini Jongdae menuruti perintah gadisnya sebelum dia mulai marah.

"Baiklah, Nona! Aku mandi dulu kalau begitu. Mau ikut?" kedipan nakal diberikan Jongdae.

"Aku sedang menggenggam pisau, Tuan Muda. Mau coba?" Heera mengangkat pisau yang digenggamnya, menghadapkan mata pisaunya pada Jongdae.

Niat menggoda berbalik ancaman membuat Jongdae bergegas naik. Sebelum dia benar-benar dikuliti dan dicincang oleh gadisnya. Terkadang Jongdae tak bisa membedakan Heera sedang bercanda atau serius. Gadisnya yang menggemaskan bisa berubah jadi garang hanya dalam hitungan sekon.

Selepas menghilangnya Jongdae, Heera mulai sibuk dengan aksinya. Ketukan pisau di talenan, denting hasil tubrukan dari sendok dan mangkuk, dan aneka suara lainnya mulai menggema di dapur. Kemandirian karena yatim piatu sejak usia belasan membuat Heera sangat terampil dengan kegiatan macam ini. Meski selama ini dia hanya memasak untuk Taejun, bisa dipastikan masakannya tak pernah mengecewakan.

GRAVITY ❌ KJD ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang