Dua Puluh Tiga

352 45 11
                                    

Merasa harga dirinya direndahkan, Soomin keluar kafe dengan segunung dendam di hatinya. Sepertinya dia sudah salah sangka dengan siapa dia bertarung. Heera bukan gadis yang bisa dengan mudah ia intimidasi. Kenyataan itu membuatnya makin membenci kekasih tunangannya itu.

"KAU! LAKUKAN BAGIANMU DENGAN BENAR!!"

"Kenapa kau berteriak?"

"Lakukan sekarang atau aku yang akan bertindak!"

"Sudah kukatakan berulang kali, jangan sentuh Heera!!"

"Kalau begitu cepat selesaikan tugasmu!"

"Bersabarlah! Segala hal yang dilakukan tergesa itu tidak akan bagus hasilnya!"

"Persetan dengan sabar! Aku ingin dia segera mendapat balasannya karena sudah berani menantangku!"

"Ya ya ya!"

Tut

"Sialan!! Berani sekali dia menutup teleponku!!"

Soomin melempar ponselnya ke kursi samping kemudi, lalu menyalakan mobil dan berlalu meninggalkan pelataran kafe.

.
--
.

"Kau pulang sendiri lagi malam ini?" Mark menoleh sebentar pada Heera yang sedang membersihkan meja.

"Ya, kenapa?"

"Hanya penasaran, sudah lumayan lama lelaki kaya itu tidak menjemputmu. Kalian bertengkar?"

"Dia sibuk,"

"Setiap hari?"

"Tolong kau sapu bagian depan! Kulihat kotor sekali akibat ulah anak-anak SMA tadi".

Mark menghela nafas kasar. Ketara sekali bahwa Heera tengah menyembunyikan sesuatu. Pun begitu, dia tak lagi memaksa untuk terus mendapat jawaban. Dengan patuh, ia berjalan ke bagian teras kafe sambil membawa sapu dan pengki.

"Ayo kuantar sampai di halte!" ajak Mark yang sudah siap berada di atas motornya.

"Tidak usah, aku sedang ingin berjalan kaki".

"Setiap hari kau sudah berjalan kaki, tidak bosan?"

"Apa yang membuat jalan kaki jadi membosankan? Sehat tahu!"

"Tapi kali ini aku sedang ingin mengantarmu, ayolah! Kakiku pegal lama menyangga seperti ini!"

"Aku mau kalau sampai rumah hahahaha!" canda Heera.

"Call!!"

"Eh, aku hanya bercanda!!"

"Terlanjur kuiyakan! Ayo naik!"

Terjebak candaannya sendiri, Heera pun naik ke boncengan motor Mark. Dasar Mark mencari kesempatan, belum sampai Heera duduk dengan nyaman dia menarik gas sedikit, membuat mesin motor menyentak. Heera terkejut dan memekik, sealur dengan tangannya yang memeluk pinggang Mark erat.

"Yaaakkk!! Aku belum siap duduk!!!"

"Hahaha maaf maaf maaf, aku hanya bercanda sedikit!"

"Kalau aku jatuh, kubakar motormu!"

"Ampun ampun, Nona! Ayo pegangan, kita berangkat!"

Mereka terus berceloteh sepanjang perjalanan. Mark selalu bisa membuat Heera tertawa tanpa batas. Heera merasa menjadi dirinya sendiri saat bersama lelaki ini. Bercerita tentang hal-hal sederhana dan serunya lagi mereka berada pada level hidup yang sama.

Kenapa aku tidak bisa merasa senyaman ini saat berbicara denganmu, Dae? Harusnya aku memang tahu, kita ada di taraf hidup yang berbeda - Choi Heera.

GRAVITY ❌ KJD ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang