IRENE POV
Irene terbangun di balik sebuah meja di kafe pinggir jalan. Selama sedetik, Irene mengira dia masih bermimpi. Saat itu sudah pagi, matahari bersinar cerah. Udaranya sejuk tapi duduk di luar terasa nyaman. Di meja-meja lain, para pesepeda, orang-orang kantoran, dan anak-anak kuliahan, sedang duduk sambil mengobrol dan minum kopi. Irene bisa mencium bau pohon eukaliptus. Banyak pejalan kaki yang lalu lalang di depan toko-toko mungil unik. Jalanan diapit oleh pohon-pohon bottlebrush dan azalea yang bermekaran, seolah musim dingin merupakan sesuatu yang aneh. Dengan kata lain: Irene sedang berada di California. Teman-temannya menduduki kursi di sekitarnya-mereka semua bersedekap dengan kalem, tertidur pulas. Dan mereka semua mengenakan pakaian baru. Irene memandangi busananya sendiri dan terkesiap. Irene berteriak lebih kencang daripada yang diinginkannya. Taehyung berjengit, lututnya menabrak meja, dan terbangunlah mereka semua.
"Apa?" tuntut Hedge. "Tarung lawan siapa? Di mana?"
"Jatuh!" Hoesok mencengkeram meja.
"Tidak-tidak jatuh. Kita di mana?" Taehyung berkedip, berusaha menyesuaikan diri. Dia memfokuskan perhatian pada Irene dan mengeluarkan suara tersedak kecil. "Apa yang kaukenakan?" Irene tersipu. Dia mengenakan rok terusan biru pirus yang dia lihat dalam mimpinya, dilengkapi legging hitam dan sepatu bot kulit hitam. Irene memakai gelang perak kesukaannya, meskipun dia meninggalkan gelang itu di rumahnya di L.A., dan jaket snowboarding lama dari ayahnya, yang hebatnya cocok dengan busana tersebut. Irene mencabut Katoptris, dan berdasarkan pantulan di bilah belati itu, rambut Irene sepertinya baru ditata juga.
"Bukan apa-apa," ujar Irene. "Ini dari-" Irene teringat peringatan Aphrodite yang melarangnya menyinggung-nyinggung bahwa mereka telah mengobrol.
"Ini bukan apa-apa." Hoesok menyeringai. "Kerjaan Aphrodite lagi, ya? Kau bakalan jadi pendekar berbusana terbaik di kota ini, Ratu Kecantikan."
"Hei, Hoesok." Taehyung menyikutnya. "Kau sudah melihat dirimu sendiri Baru-baru ini?"
"Apa ... oh." Mereka semua telah didandani. Hoesok mengenakan celana garis-garis, sepatu kulit hitam, baju putih tak berkerah yang dilengkapi bretel, serta sabuk perkakas, kacamata hitam merk Ray-Ban, dan topi berpinggiran sempit.
"Ya ampun, Hoesok." Irene berusaha tak tertawa. "Kalau tidak salah, ayahku memakai baju seperti itu kali terakhir dia datang ke pemutaran perdana filmnya, tapi tanpa sabuk perkakasnya."
"Hei, tutup mulut!"
"Menurutku dia terlihat keren," kata Pak Pelatih Hedge. "Tapi tentu saja, aku lebih keren." Sang satir mengenakan busana berwarna serba pastel. Aphrodite memberinya setelan longgar berwarna kuning kenari-terdiri dari jas yang mencapai lutut serta celana yang pinggangnya terlalu ke atas-dilengkapi sepatu dua warna yang pas di kakinya yang berkuku belah. Dia mengenakan topi kuning bertepi lebar yang serasi, kemeja sewarna mawar, dasi biru muda, dan bunga anyelir biru di kelepak jasnya, yang diendus-endus dan langsung dimakannya.
"Yah," kata Taehyung, "paling tidak ibumu mengabaikanku." Irene tahu itu tidaklah benar. Saat memandang Taehyung, jantung Irene berdebar kencang. Taehyung berpakaian sederhana, hanya mengenakan jinn dan kaus ungu bersih seperti yang dia pakai di Grand Canyon. Dia mengenakan sepatu olahraga baru, sedangkan rambutnya terpangkas rapi. Matanya sewarna langit. Pesan Aphrodite sudah jelas: Yang ini tidak perlu dipermak. Irene sepakat.
"Ngomong-ngomong," kata Irene gelisah, "kok kita bisa sampai di sini?"
"Oh, itu berkat Mellie," kata Hedge sambil mengunyah anyelirnya dengan gembira. "Angin itu menerbangkan kita menyeberangi negeri ini, kurasa. Kita pasti sudah gepeng ditumbuk angin jika bukan berkat hadiah terakhir Mellie-angin semilir nyaman-yang meredam kita saat jatuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adventures of The Demigods Season 2 #1(Bangvelt)
AventuraTujuh Demigod akan menjawab panggilan. Karena badai atau api dunia akan terjungkal. ... Tiga Demigod baru bergabung di perkemahan Blasteran. Taehyung yang tidak bisa mengingat jati dirinya, Irene yang penuh misteri, dan Hoseok dengan kemampuan meka...