HOESOK POV
Menerbangkan helikopter? Tentu, kenapa tidak. Hoesok sudah melakukan banyak hal yang lebih gila minggu itu. Matahari sudah turun saat mereka terbang ke utara, melintasi Jembatan Richmond, dan Hoesok tak percaya bahwa hari itu telah berlalu sedemikian cepat. Sekali lagi, tak ada yang bisa menandingi GPPH dan pertarungan sengit dalam hal membunuh waktu. Saat mengemudikan helikopter tersebut, Hoesok silih berganti merasa percaya diri dan panik. Jika dia tidak berpikir, Hoesok mendapati dirinya secara otomatis menekan kenop yang benar, mengecek altimeter, menarik stik dengan santai, dan terbang lurus. Jika Hoesok mulai memikirkan tindakannya, dia mulai panik. Hoesok membayangkan Bibi Rosa membentak-bentaknya dalam bahasa Spanyol, memberitahunya bahwa dia adalah berandalan sinting yang bakal celaka. Sebagian diri Hoesok curiga bibinya benar.
"Baik-baik saja?" Irene bertanya dari kursi kopilot. Gadis itu kedengarannya lebih gugup daripada dia, jadi Hoesok memasang tampang berani.
"Enteng," kata Hoesok. "Jadi, Rumah Serigala itu apa?"
Taehyung berlutut di antara kursi mereka. "Rumah mewah telantar di Lembah Sonoma. Seorang demigod lah yang membangunnya-Jack London."
Hoesok tidak ingat itu nama siapa. "Dia aktor?"
"Penulis," ujar Irene. "Kisah-kisah petualangan, kan? Call of the Wild? White Fang?"
"Iya," kata Taehyung. "Dia putra Merkurius- maksudku, Hermes. Dia seorang petualang, berkelana ke seluruh dunia. Dia bahkan pernah jadi gelandangan sebentar. Kemudian dia mendapat uang banyak dengan cara menulis. Dia membeli peternakan di pedesaan dan memutuskan untuk membangun griya besar-Rumah Serigala."
"Dinamai begitu karena dia menulis tentang serigala?" tebak Hoesok.
"Sebagian," kata Taehyung. "Tapi lokasi tersebut, dan alasannya menulis tentang serigala-dia menyiratkan petunjuk mengenai pengalaman pribadinya. Ada banyak lubang dalam riwayat hidupnya-bagaimana dia dilahirkan, siapa ayahnya, kenapa dia sering sekali keluyuran-hal-hal yang hanya bisa kita jelaskan jika kita tahu dia seorang demigod." Teluk meluncur di belakang mereka, dan helikopter pun terus terbang ke utara. Di depan mereka, perbukitan kuning terbentang sejauh mata Hoesok memandang. "Jadi, Jack London masuk Perkemahan Blasteran," terka Hoesok.
"Tidak," kata Taehyung. "Tidak, dia tidak masuk sana.
"Bung, kau membuatku takut gara-gara cara bicaramu yang misterius. Kau teringat masa lalumu atau tidak?"
"Sepotong-sepotong," kata Taehyung. "Hanya sepotong-sepotong. Tidak ada yang bagus. Rumah Serigala terletak di lahan keramat. Di sanalah London memulai perjalanannya semasa kanak-kanak-di sanalah dia mengetahui bahwa dia adalah demigod. Itulah sebabnya dia kembali ke sana. Dia kira dia bisa tinggal di sana, mengklaim tanah itu, tapi bukan begitu takdirnya. Rumah Serigala itu dikutuk. Rumah itu kebakaran sebelum dia dan istrinya di-jadwalkan pindah ke sana. Beberapa tahun kemudian, London meninggal, dan abunya dikubur di lokasi tersebut."
"Jadi," ujar Irene, "bagaimana kau bisa tahu semua ini?" Bayangan gelap melintasi wajah Taehyung. Barangkali cuma awan, tapi Hoesok bersumpah bentuknya seperti elang.
"Aku memulai perjalananku di sana juga," kata Taehyung. "Rumah Serigala adalah tempat yang kuat bagi demigod, tempat yang berbahaya. Jika Gaea bisa mengklaimnya, menggunakan kekuatan tempat itu untuk mengubur Hera pada titik balik matahari musim dingin dan membangkitkan Porphyrion-itu mungkin cukup untuk membangunkan sang Dewi Bumi sepenuhnya." Hoesok terus memegangi tongkat kendali, mengarahkan helikopter dengan kecepatan penuh-berpacu ke utara. Dia bisa melihat cuaca di depan-petak gelap seperti gumpalan awan atau badai, tepat di arah yang mereka tuju. Tadi ayah Irene memanggilnya pahlawan. Dan Hoesok tak bisa memercayai sejumlah hal yang telah dia perbuat-menghajar Cyclops, menonaktifkan bel pintu yang bisa meledak, bertarung melawan ogre bertangan enam dengan alat konstruksi. Semua itu seolah dialami orang lain. Dia cuma Jung Hoesok, anak yatim piatu dari Houston. Dia menghabiskan seumur hidupnya untuk kabur, dan sebagian dari dirinya masih ingin lari. Apa pula yang dia pikirkan, terbang ke griya terkutuk untuk bertarung melawan monster jahat lagi? Suara ibunya bergema dalam kepalanya: Tiada yang tak bisa diperbaiki. Selain fakta bahwa Ibu sudah pergi selamanya, pikir Hoesok.
Melihat Irene dan ayahnya bersama kembali benar-benar menyadarkan Hoesok akan hal itu. Meskipun Hoesok masih hidup se-sudah misi ini dan menyelamatkan Hera, Hoesok takkan pernah merasakan reuni yang bahagia. Dia takkan pernah berkumpul lagi dengan keluarganya. Dia takkan pernah bertemu ibunya lagi. Helikopter bergetar. Logam berderit, dan Hoesok hampir bisa membayangkan bahwa deritan itu berupa kode Morse: Belum usai. Belum usai. Hoesok menyeimbangkan helikopter, dan deritan itu pun berhenti. Dia cuma berkhayal. Dia tidak bisa memikirkan ibunya terus, atau ide yang terus saja merongrongnya- bahwa Gaea mengeluarkan jiwa-jiwa dari Dunia Bawah-jadi kenapa Hoesok tidak memanfaatkannya saja? Berpikir seperti itu bakal membuatnya gila. Hoesok punya pekerjaan yang harus dituntaskan. Hoesok membiarkan instingnya mengambil alih-sama seperti menerbangkan helikopter. Jika dia terlalu memikirkan misi tersebut, atau apa yang mungkin terjadi sesudahnya, dia bakal panik. Triknya adalah tidak berpikir-dijalani saja.
"Tiga puluh menit lagi," kata Hoesok kepada teman-temannya, meskipun dia tak yakin bagaimana dia bisa tahu. "Kalau kalian ingin istirahat, sekaranglah saat yang bagus."
* * *
Taehyung mengeratkan sabuk pengaman di kursi belakang helikopter dan tertidur hampir seketika. Irene dan Hoesok tetap terjaga. Setelah keheningan yang canggung selama beberapa menit, Hoesok berkata, "Ayahmu pasti baik-baik saja, kautahu. Tak seorang pun bakal mengganggu ayahmu selama kambing gila itu ada di dekatnya."
Irene melirik ke samping, dan Hoesok terperanjat menyaksikan bagaimana Irene telah berubah. Bukan hanya secara fisik. Kehadirannya lebih terasa. Dia sepertinya lebih eksis. Di Sekolah Alam Liar, Irene menghabiskan semester itu dengan cara berusaha tak terlihat, bersembunyi di baris belakang kelas, bagian belakang bus, pojok kantin, sejauh mungkin dari anak-anak yang berisik. Kini, mustahil melewatkan Irene. Tak peduli apa pun yang dikenakannya-kita pasti akan melihatnya. "Ayahku," kata Irene serius. "Iya, aku tahu. Aku sedang me-mikirkan Taehyung. Aku mengkhawatirkannya." Hoesok mengangguk. Semakin dekat mereka dengan kumpulan awan gelap itu,
Hoesok semakin khawatir juga. "Dia mulai ingat. Itu pasti membuatnya agak tegang."
"Tapi, bagaimana seandainya dia adalah orang yang berbeda?" Hoesok berpikiran sama. Jika Kabut dapat memengaruhi memori mereka, mungkinkah kepribadian Taehyung hanya ilusi juga? Jika teman mereka bukan teman mereka, dan mereka tengah menuju griya terkutuk-tempat berbahaya bagi demigod-apa yang bakal terjadi seandainya seluruh ingatan Taehyung pulih kembali di tengah-tengah pertempuran? "Tidak lah," Hoesok memutuskan. "Sesudah semua yang telah kita lewati? Aku tidak bisa membayangkannya. Kita ini tim. Taehyung pasti bisa mengatasi dilemanya."
Irene merapikan rok birunya, yang robek-robek dan terbakar gara-gara pertempuran mereka di Gunung Diablo. "Kuharap kau benar. Aku membutuhkannya ..." Irene berdeham. "Maksudku aku harus memercayainya ..."
"Aku tahu," kata Hoesok. Setelah menyaksikan ayahnya luluh lantak seperti tadi, Hoesok mengerti Irene tidak boleh kehilangan Taehyung juga. Irene baru saja menyaksikan Bae Eun Sik, ayahnya, sang bintang film yang keren dan memesona, nyaris jadi gila. Hoesok saja hampir tak sanggup menyaksikan itu, tapi bagi Irene-Wah, Hoesok bahkan tak bisa membayangkannya. Hoesok menduga kejadian tadi bakal membuat Irene tak yakin dengan dirinya sendiri. Jika kelemahan adalah sifat turunan, Irene pasti bertanya-tanya, mungkinkah dia bisa hilang kendali seperti ayahnya?
"Hei, jangan cemas," kata Hoesok. "Irene, kau Ratu Kecantikan yang paling kuat dan paling perkasa yang pernah kutemui. Kau bisa memercayai dirimu sendiri. Paling tidak, kau bisa memercayaiku juga." Helikopter menukik karena diempaskan angin, dan Hoesok nyaris saja terlompat kaget. Dia menyumpah-nyumpah dan kembali memperbaiki posisi helikopter. Irene tertawa gugup.
"Memercayaimu, ya?"
"Ah, tutup mulut sajalah." Tapi Hoesok menyeringai kepada Irene, dan selama sedetik, rasanya Hoesok cuma sedang bersantai dengan nyaman bersama seorang teman. Kemudian mereka berpapasan dengan awan badai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adventures of The Demigods Season 2 #1(Bangvelt)
AventuraTujuh Demigod akan menjawab panggilan. Karena badai atau api dunia akan terjungkal. ... Tiga Demigod baru bergabung di perkemahan Blasteran. Taehyung yang tidak bisa mengingat jati dirinya, Irene yang penuh misteri, dan Hoseok dengan kemampuan meka...