BAB LIMAPULUH

160 41 0
                                    

TAEHYUNG POV

Seekor serigala menerjang taehyung. Taehyung melangkah mundur dan mengayunkan papan kayunya ke moncong hewan itu. Terdengarlah bunyi derak yang nyaring. Mungkin hanya perak yang dapat membunuh serigala tersebut, tapi papan bekas masih bisa membuatnya pusing tujuh keliling. Taehyung berbalik ke arah datangnya bunyi kaki kuda dan melihat kuda roh badai menerjangnya. Taehyung berkonsentrasi dan memanggil angin. Tepat sebelum roh tersebut sempat menginjak-injaknya, Taehyung melompat ke udara, mencengkeram leher kuda yang sehalus asap, dan meloncat ke punggungnya. Roh badai itu mendompak. Ia berusaha menjatuhkan Taehyung, lalu berusaha mengabur menjadi kabut supaya Taehyung lepas; tapi entah bagaimana Taehyung terus bertahan. Dengan kekuatan tekad, Taehyung memerintahkan kuda itu agar tetap memadat, dan kuda tersebut sepertinya tak kuasa menolak. Taehyung bisa merasakan roh badai itu berjuang melawannya. Dia bisa merasakan pemikiran kuda roh badai yang murka- makhluk kekacauan yang mencoba untuk membebaskan diri. Taehyung harus mencurahkan segenap tekadnya untuk mewujudkan keinginannya dan mengendalikan kuda tersebut. Taehyung memikirkan Aeolus, mengawasi beribu-ribu roh seperti ini, sebagian malah jauh lebih liar. Tidak heran sang Penguasa Angin jadi agak gila setelah berada di bawah tekanan itu selama berabad-abad. Tapi Taehyung hanya perlu menguasai roh ini saja, dan dia harus menang.

"Kau milikku sekarang," kata Taehyung. Kuda itu meronta, tapi Taehyung berpegangan erat-erat. Surainya berkilat-kilat saat ia mengelilingi kolam kosong, kakinya meng-hasilkan badai guntur mini-topan-di mana saja ia menjejak. "Topan?" tanya Taehyung. "Itukah namamu?" Roh kuda menggoyang-goyangkan surainya, jelas-jelas senang karena dikenali. "Baiklah," kata Taehyung. "Sekarang mari kita bertarung." Taehyung menerjang ke tengah-tengah pertempuran, mengayun-ayunkan papan esnya, menjatuhkan serigala dan menyerang ventus lain. Topan adalah roh yang kuat, dan setiap kali dia menubruk salah satu saudaranya, dia melepaskan listrik yang sedemikian dahsyat sampai-sampai roh lain menguap menjadi kepulan kabut tak berbahaya. Di antara kekacauan itu, Taehyung melihat teman-temannya sekilas. Irene dikepung oleh Anak Bumi, tapi tampaknya dia bisa bertahan sendiri. Irene terlihat begitu mengesankan selagi dia bertarung, memancarkan kecantikan tak terkira sehingga para Anak Bumi menatapnya kagum, lupa bahwa mereka semestinya membunuh gadis itu. Mereka menurunkan pentungan dan menonton sambil bengong saat Irene tersenyum dan menyerang mereka. Mereka balas tersenyum-sampai Irene mencincang-cincang mereka dengan belatinya, dan mereka meleleh menjadi gundukan lumpur.

Hoesok melawan Khione sendirian. Meskipun bertarung melawan dewi semestinya sama saja dengan bunuh diri, Hoesok adalah orang yang tepat untuk tugas tersebut. Khione terus-menerus mendatangkan belati es untuk dilemparkan kepada Hoesok, semburan angin musim dingin, badai es. Hoesok membakar semuanya. Sekujur tubuhnya menyala-nyala, dipenuhi lidah api seolah dia telah mengguyur dirinya dengan bensin. Hoesok menyerang sang dewi, dan menggunakan dua palu berkepala perak untuk menghajar monster mana saja yang menghalanginya. Taehyung menyadari bahwa berkat Hoesok-lah mereka masih hidup. Auranya yang membara memanaskan seluruh pekarangan, menangkal sihir musim dingin Khione. Tanpa Hoesok, mereka pasti sudah dari tadi membeku seperti para Pemburu. Ke mana pun Hoesok pergi, es meleleh dari batu. Jeongyeon sekalipun mulai mencair sedikit ketika Hoesok menapakkan kaki di dekatnya. Khione pelan-pelan mundur. Ekspresinya berubah dari murka menjadi terkejut sampai agak panik sementara Hoesok semakin dekat. Taehyung mulai kehabisan musuh. Serigala-serigala terkulai tak berdaya. Sebagian menyingkir, masuk ke reruntuhan bangunan sambil mendengking karena terluka. Irene menikam Anak Bumi terakhir, yang terguling ke tanah dan menjadi gundukan lumpur. Taehyung menunggangi Topan untuk menerjang ventus terakhir, membuyarkannya hingga jadi uap. Lalu Taehyung berputar dan melihat Hoesok membidik sang dewi salju.

"Kalian terlambat," geram Khione. "Dia sudah terbangun! Dan jangan kira kalian sudah menang di sini, Demigod. Rencana Hera takkan pernah berhasil. Kalian akan saling bantai sebelum kalian sempat menghentikan kami." Hoesok menyulut palunya lalu melemparkan kedua palu itu kepada sang dewi, namun dia berubah menjadi salju-citra putih dirinya yang sehalus bubuk. Palu Hoesok mengenai sang wanita salju, membuyarkannya menjadi tumpukan butiran salju halus yang berasap.

Adventures of The Demigods Season 2 #1(Bangvelt)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang