3

305 42 7
                                    

Daniel membuka pintu rumahnya, sepi!!.
Bukankah itu pemandangan setiap hari dirumahnya?.
"Aden mau makan? " tanya seorang wanita paruh baya yang datang dari arah belakang rumah.
"Ngak , bi" jawab daniel merebahkan dirinya disofa. Wanita tadi menganggukkan kepalanya lalu pergi kedapur.
Segelas susu terletak diatas meja yang terletak didepan sofa ruang tamu itu.
"Makasih, bi" ujar daniel mengambil segelas susu itu dan menenggaknya sampai habis.

Setelah menghabiskan susu itu daniel langsung melesat kearah kamarnya. Dia merebahkan tubuhnya dikasurnya. Daniel menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih tanpa ada ikut campur warna lain.
"Mending jadi anak kecil aja kali ya, kesepian gue" ujarnya tersenyum miris.
Senyum itu berakhir dengan airmata yang menetes tanpa diminta. Tanpa suara, tanpa isakan air mata itu menetes dalam diam.
"Gue rindu" gumamnya terakhir sebelum dunia mimpi menghadangnya.




"Kenapa hmm?? " tanya jihoon yang sedang menyetir mobil disebelah woojin.
"Gak tau~" ujar woojin menatap males kearah jihoon. Jihoon menganggukkan kepalanya mendengar jawaban woojin.
"Mampir ke restoran atau langsung pulang? " tanya jihoon lagi.
"Pulang, mau istirahat aja dirumah" jawab woojin.
"Tapi kalau jihoon traktir gak papa deh" tambahnya sambil nyengir.
"Bilang aja minta traktir " ujar jihoon menatap malas kearah woojin. Jihoon memutar arah mobilnya ke restoran biasa mereka nongkrong.

"Mau pesan apa? " tanya jihoon ketika mereka sampai dimeja yang kosong.
"Apa aja, kan ditraktir" jawab woojin senyum manis.
"Kalau ditraktir langsung sembuh ya?? " jihoon langsung mamanggil pelayan untuk memesan makanan.
Woojin mengambil ponsel jihoon ketika jihoon sedang sibuk dengan pelayan. Woojin membuka semua aplikasi yang ada di ponsel jihoon tanpa terlewat sedikitpun bahkan dia memeriksa pesan yang sudah-sudah lewat dari semua orang yang mengirim pesan ke jihoon.
"Itu cuma teman" ujar jihoon ketika melihat ekspresi woojin manyun. Woojin mendongak melihat jihoon yang menatapnya datar. Jihoon sudah selesai memesan makanan dan menemukan woojin yang sedang mengacak-acak ponselnya.
Dan jihoon sudah biasa akan hal itu dan hapal kalau woojin akan memasang wajah manyunnya ketika melihat pesan dari wanita lain, kecuali ibunya.
"Teman?? " jihoon menganggukkan kepalanya yakin.
"Pakai sayang-sayangan?? " jihoon kembali menganggukkan kepalanya.
"Oh" jawab woojin melemparkan ponsel jihoon asal. Dan untung jihoon sigap menangkapnya jika tidak kemungkinan ponsel itu akan menabrak lantai yang luar biasa keras bagi badan perponselan.
"Aku jujur, jin" ujar jihoon mengecek ponselnya yang di lempar woojin tadi.
"Gak peduli gue" ketus woojin.
"Kok pake 'gue' sih?? Aku gak bohong, jin" ungkap jihoon yang sekarang mengalihkan pandangannya kearah woojin setelah mendengar woojin mengatakan kata 'gue'.
Woojin mengalihkan pandangannya kearah lain,enggan menatap kearah jihoon yang gak mau jujur. Woojin ingin pergi sebenarnya tapi makanan sudah dipesan dan itu gak mungkin untuk ditinggalkan mumbazir kalau kata orang tua.

Woojin mengalihkan pandangannya kearah pelayan yang datang membawa makanan. Hatinya bersorak karena makanan yang dipesan jihoon banyak tapi woojin masih ngambek. Dan alhasil woojin menahan diri untuk gak teriak dan meluk jihoon.
"Semuanya untuk kamu" ujar jihoon menyodorkan semua makanan yang datang kedepan woojin.
"Halah, penyogokkan" ketus woojin menarik salah satu makanan yang sudah terhidang untuk masuk keperutnya.
Jihoon tersenyum melihat betapa anehnya manusia yang ada didepannya sekarang. Jihoon tak makan sedikitpun dia hanya memperhatikan woojin yang sedang makan dengan lahap dihadapannya.
"Jangan... "Perkataan jihoon terhenti ketika woojin menatap tajam kearahnya. Jihoon menutup mulutnya dan diam saja melihat woojin makan seperti orang yang sudah tak makan selama berhari-hari.





Tring..... Tring....

"Halo" jawabnya dengan suara parau dengan mata yang masih tertutup.
"......"
"Dimana? "
"......"
"Ok" jawabnya dan langsung memutuskan sambungan telponnya dengan orang sebrang sana.
Dia mendudukkan dirinya, matanya masih berat untuk dibuka.
18.23
Jam 18.23 tertera jelas diponselnya.
"Belum lama ternyata, pantas aja mata gue berat amat" ujarnya turun dari kasurnya dan beranjak kekamar mandi.

MY LOVE STORY (NielCham)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang