Masa kecil pada si gadis kecil

76 2 0
                                    

Ada begitu banyak kisah antara anak perempuan dengan laki-laki yang disayangi nya. Ada yang diperjuangkan mati-matian oleh kerja keras ayah nya. Ada juga yang ditelantarkan oleh seseorang yang mereka anggap cinta pertama nya. Ada yang menahan rindu, karena ternyata Tuhan sudah memanggilnya lebih dulu. Ada yang membenci, karena ternyata sosok laki-laki yang seharusnya menjadi pegangan hidupnya malah menjadi kehancuran dalam batinnya.

Ada begitu banyak kisah antara si gadis kecil dengan ayah nya yang tidak tau kemana. Si gadis kecil yang menginginkan sebuah jumpa, namun tak sanggup mencari karena wawasannya tidak mampu mencari kemana.

Si gadis kecil yang tidak menginginkan apa-apa, hanya menginginkan keharmonisan keluarga. Namun tak tercapai karena orang tua mereka mementingkan ego masing-masing saja.

Si gadis kecil yang seharusnya tumbuh dalam lingkup tawa. Ia harus tumbuh dalam luka tumpang tindih kehidupannya.

Ia ingin mengekang, namun tenaga kecil nya tak mampu menyamai nya. Ia ingin berlari, namun kaki mungil nya tak kuat berdiri sendiri. Ia ingin hidup bebas, namun pikirannya tak seluas dunia. 

Si gadis kecil yang selalu terlihat sendu pada kakek-kakek yang menimang cucu nya. Pada seorang ayah yang kerja keras untuk anak nya. Pada seorang teman yang menceritakan kebaikan pahlawannya.

Bibir mungil nya selalu tersenyum, karena ia tak mampu merusak kebahagiaan sahabatnya. Raut muka nya selalu bahagia, karena ia ikut merasakan bahagianya.
Tak pedulikan kondisi hati nya, tak pedulikan kondisi batinnya.

Takdir selalu mempermainkannya. Semesta terlalu tega memberikannya ujian yang nyata.

Tangan mungil yang seharusnya ia gunakan untuk menulis PR, malah ia gunakan untuk mengerjakan tugas rumah dan berdoa pada sang pencipta setiap malam dengan air mata yang tertahan dalam isak tangis.

Ia tumbuh tak mengenal cinta, ia tumbuh tak mau mengenal sosok laki-laki nya. Ia rindu, tapi kini rindu itu sudah menjadi rasa yang terbelenggu. Ada dalam jeratan kebencian, kemarahan, dan sebuah waktu yang sudah terbuang.

Ingin batinnya berkata meneriaki satu kalimat "Ayah, Kemana? Tidak rindu kah pada putri kecil mu?" namun tak sanggup. Sebuah kalimat itu hanya menjadi tameng yang akan melemahkan nya.

Kini ia tumbuh besar, dengan rasa trauma yang menggeluti hatinya. Dengan rasa takut, akan dilukai nya kembali oleh seorang laki-laki.

Kisah kecil nya yang begitu melara, yang begitu menyiksa, yang begitu menguji kekuatannya. Menjadikan sosok yang tidak ingin bergantung pada siapa pun. Menjadikannya sebagai sosok yang mampu berdiri sendiri, ditengah keramaian kota. Di tengah kebisingan masyarakat yang tidak percaya atas mimpi nya. Di tengah luka yang terus menghampirinya. Semua berkat takdir yang terus mempermainkan nya, karena sesak yang terselubung dalam batin nya, karena nafas yang tak bisa berhembus secara lega.

Ia kini kuat berdiri,  ia kini mampu mencapai mimpi. Tentu nya dengan air mata yang berulang-ulang jatuh di pipi.

-Rimm

Syair PiluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang