Langit yang Menumpahkan Tangis nya

14 2 0
                                    

Kini langit pun ikut bersedih,
Seolah mengerti, dan ingin menemani si gadis kecil yang selalu merasa sendiri.
Kini langit pun menumpahkan tangisnya,
Seolah mengerti, bahwa ini akan melegakan nafasnya.

Isak tangis yang tertahan, sebentar lagi akan memanjang. Pertanda, ia tak kuat untuk menahan sesak nya dalam dada.
Bagaimanapun, ia hanyalah seorang yang mampu merasakan lelahnya dalam hidup. Berapa kuat ia menanamkan sabar nya dalam dada, hati kecilnya masih tidak bisa bernafas dengan lega.

Ia butuh sandaran untuk memforsir beban, Ia butuh pegangan untuk menguatkan, Ia butuh topangan untuk membantunya bangkit. Tapi sepertinya semesta tidak mau melihat ada yang membantunya.
Atau semesta ingin melihat ia tidak bergantung dengan orang lain? Pertanyaan dan kemungkinan yang masih belum menemui jawaban. Masih menari-nari dalam pikiran nya yang menerka-nerka.

Berkali-kali, ia tanamkan percaya dalam hati. Bahwa segala apa yang sekarang ia lalui, akan menemui indah dimasa depan yang melebihi rencananya.
Berkali-kali, ia cari seseorang untuk bisa diajak memforsir beban, sekadar untuk bersandar. Tapi tak pernah ia temukan. Malah, semakin ia mencari semakin ia terluka karena dikecewakan. Manusia? Bahkan Ia sudah tidak percaya dengan yang namanya manusia. Hatinya sudah cukup dipatahkan begitu saja. Harapannya sudah cukup dikecewakan untuk kesekian kalinya.

Tidak ada yang bisa dipercayai. Tidak ada yang bisa membuat semuanya berarti. Hidupnya, kini ia jalani sendiri. Bersama langkah yang ditempuh sedari tadi, sesekali ada badai yang menyerang meruntuhkan diri. Tapi akhirnya ia bangkit lagi. Meneruskan untuk menaiki tangga yang tinggi, meski berkali-kali duri tertancap di telapak kaki.

Syair PiluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang