10 2 0
                                    

"mengapa kenyataan begitu sangat menyakitkan?"

~~~~~~~~~~~~~

Barra duduk bingung.
Dia mengerjap kan matanya beberapa kali.
Apa yang sudah terjadi? Otak nya masi berputar bingung.
Di sebelah nya duduk seorang wanita cantik, muka nya yang murung tak melunturkan kecantikan wanita itu.

Barra menghela nafasnya kasar.
Mengingat kembali kejadian sekitar tiga jam yang lalu.

Saat papanya memintanya ke sebuah hotel mewah,
Sesampainya di sana, permintaan aneh bin konyol yang tak pernah di bayangkan bara di tumpahan kepadanya.

Dia di minta untuk menikah, dengan seorang wanita yang bahkan tak pernah dia lihat.

Jangan sebut dia bara kalau menerimanya dengan mudah..
Bara sempat menolak dan ingin pergi dari sana.
Tapi tangisan dari mamanya dan mama sang wanita membuat bara mengurungkan niatnya, dia tak bisa melihat dua orang ibu yang menangis hanya karena dia..
Akhirnya ya begini, barra telah menikaihi seorang wanita yang baru saja bara tau namanya saat akad.

Bara menoloeh ke arah wanita tersebut, muka cantik nya terlihat begitu terluka.
Mata sembabnya, membuat bara tau, wanita itu sedang menahan air matanya agar tak jatuh..

Bara menghela nafasnya, dia kasian dengan wanita yang telah menjadi istrinya tersebut.
Begitu malang nasib wanita ini, dia pasti sangat terpukul harus kehilangan kekasih di hari pernikahan dan terpaksa di nikah kan dengan pria yang tak di kenal karena acara pernikahan  yang telah di hadiri banyak orang-orang penting tak mungkin di batalkan begitu saja.

"Saya ingin istirahat, saya ke kamar dulu"

Bara tersadar dari lamunannya.
Suara penuturan dari lindia menyadar kan barra.
Lindia beranjak dari sana tanpa melihatnya ke arah bara.
Bara sedikit terkejut, sebab dari pertama bara melihatnya Lindia, baru ini bara mendengar suara lindia.
Dari tadi lindia hanya diam, sampai-sampai bara sempat berfikir kalau lindia bisu.

Bara masi memperhatikan lindia yang berjalan menjauh dari tempatnya.
Tubuh mungil lindia menghilang di kerumunan orang-orang.

Bara beranjak ikut dari sana, dia berjala ke arah mamanya.

"Sayang!"

Bara berdiri di samping mamanya.
"Ma, jangan panggil aku begitu, aku sudah besar ma"

"Haha,iya iya, terima kasih! Kamu sudah mau menuruti permintaan mama"

Bara menghela nafas nya.
"Iya, bara sedikit khawatir dengan mesta ma".

Mamanya mengernyit kening
"Mesta?"
Tanya mamanya bingung

"Mesta ma, lindia vamesta"
Bara menjawab jengah, ini mamanya paling lambat untuk mencerna sesuatu.

"Oooo, istrimu! Kenapa memang nya?"

"Dia dari tadi hanya diam tak bicara apa-apa. Wajahnya murung"

Mama bara menepuk pundak anaknya dengan sayang.
"Kamu jangan khawatir, lindia anaknya periang. Dia hanya terpukul saja. Mama harap kamu bisa memperlakukan dia dengan baik sayang, mama tau kamu belum mencintai dia"

FactTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang