5. Syarat dan Konsep

690 167 58
                                    

Humaira memberikan selembar kertas kepada Doyoung, begitupula sebaliknya.
Doyoung dan Humaira membaca persyaratan itu dengan serius.

Persyaratan Humaira
- Tidak boleh mencampuri urusan pribadi
- Tidak boleh sentuh atau apapun
- Tidur terpisah
- Tidak boleh melarang pacaran
- Boleh pulang malam
- Jika waktu sita selesai, antar-jemput juga selesai.

Doyoung menatap serius setiap deretan kata yang ditulis oleh Humaira, dengan napas berat ia menyetujui persyaratan dari gadis itu.
Kini giliran Humaira yang membaca persyaratan yang diajukan Doyoung untuk dirinya.

Persyaratan Doyoung
- Nurut perintah suami
- Tidak boleh mengeluh, mengumpat, atau menyembuyikan apapun.
- Melakukan kewajiban sebagai seorang istri.
- Ikut pengajian agar akhlaknya semakin bagus.
- Tidak ada penolakan

"Kamu serius?" tanya Humaira setelah membaca persyaratan dari pria itu.

"Iya, lagipula persyaratan yang aku buat ini tidak macam-macam. Demi kebaikan kamu juga." balasnya sambil menyimpan kertas milik Humaira disaku celananya.

"Tapi--" baru saja hendak memprotes, Doyoung lebih dulu menghentikannya.

"Ingat, tidak ada penolakan. Baca syarat yang terakhir dengan jelas." ucap Doyoung dengan tegas.

Humaira menghela napas kasar, mau bagaimanapun juga, dirinya dan Doyoung sudah setuju dengan persyaratan ini.

"Nanti malam, aku dan keluarga akan datang ke rumahmu." ucap Doyoung sambil menatap gadis itu sebentar.

"Mau ngapain?" tanya gadis itu merasa heran.

"Membahas pernikahan kita."

"Secepat ini?" tanya Humaira sambil menatap Doyoung dengan tatapan tak percaya.

"Iya, lagipula hal baik tidak bagus untuk ditunda terlalu lama."

Humaira bungkam, ia tidak menyangka jika prosesnya akan secepat ini. Ia kira, Doyoung akan memikirkan kembali persyaratan yang ia ajukan, namun nyatanya pria itu seolah tidak peduli dengan hal itu. Ia malah mempercepat perjodohan ini.
Doyoung kebelet nikah atau bagaimana?

                                             ***
Sesuai perkataan Doyoung siang tadi, malam ini keluarga Al-Ruzain datang kerumahnya.
Wajah yang berbinar karena senang, menghiasi pertemuan malam ini.
Sejak tadi Humaira hanya diam, ia ingin berkomentar, namun ia ingat bagaimana Doyoung berkata jika ia membantah, maka semua persyaratan yang Humaira ajukan tidak akan ia terima, dan masa sita akan berlangsung lama.
Dengan sangat terpaksa, Humaira mengikuti perintah calon imam nya itu.

"Aku senang, kita akhirnya menjadi besan." ucap Azizah sambil memandang Aisyah dan juga Usman.

"Iya Azizah, akupun turut senang mendengar kabar baik ini."

Azizah tersenyum, sejak hari pertama ia bertemu dengan Humaira. Azizah sudah memiliki firasat jika perjodohan ini tidak akan terjadi, namun firasatnya salah. Kini putranya akan menikah dengan gadis pilihan kedua orangtuanya.
Meski Humaira sudah berubah, Azizah dan Hamdan yakin jika sebentar lagi Humaira akan kembali menjadi sholehah seperti dulu.

"Lalu kapan kita akan menggelar lamaran?" tanya Usman sambil menatap Hamdan.

"Dua minggu lagi, setelah itu kita langsungkan acara pernikahan." ucap Hamdan sambil menatap putranya.

Humaira yang mendengar itu lantas terkejut, mengapa keluarga Al-Ruzain selalu mempercepat proses.
Ia ingin membantah, namun melihat tatapan Doyoung, ia mengurungkan niatnya.

"Aku setuju, lagipula tidak baik jika hal sebaik ini harus ditunda." ucap Usman saat mendengar rencana Hamdan.
Benar-benar seperti Doyoung, saat bertemu tadi siang pun Doyoung berkata seperti Abi nya.

Mashaallah, Calon Imamku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang