(*Budidayakan menekan tombol bintang di bawah pojok kanan. Terima kasih.)
***
🌈🌈HAPPY READING 🌈🌈
Alettha pov
Saat ini aku sudah berada di dalam kelas yang sedang memperhatikan guru menjelaskan materi di depan. Untung saja tadi aku tidak terlambat, jika aku terlambat, pasti aku akan dihukum. Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu, dan terlihat disana ada wali kelasku dan dibelakang terlihat seseorang yang tak terlihat wajahnya.
"Permisi bu mengganggu pembelajarannya sebentar, saya ingin mengantar siswa baru."
"Tidak apa-apa bu."
"Terima kasih bu," setelah itu wali kelasku menyuruh anak baru tersebut masuk, dan itu sukses membuatku terkejut, dikarenakan siswa baru tersebut adalah lelaki yang pernah aku tolong. Meskipun saat itu wajah lelaki itu dipenuhi banyak luka dna lebam, tetapi aku masih bisa mengenalinya, terutama warna bola matanya yang biru keabuan itu.
"Silakan perkenalkan diri kamu."
"Gue Aleezio."
'Udah punya pacar belum?'
'Berapa nomor hpnya?'
'Ganteng banget tuh cowok.'
'Aduh dinginnya, ngalahin Frozen'
'Awasome!'
Itulah ucapan dari beberapa siswi yang berada didalam kelas ini. Tapi tak sedikit pun ditanggapi oleh Zio, berubah mimik wajahnya pun tidak. Tetap datar tanpa ekspresi. Tetapi ekspresi datar itu lah yang membuat ketampanannya bertambah berkali-kali lipat membuat para wanita terpesona.
"Sudah-sudah, kalian ini tidak bisa kalau melihat cowok ganteng dikit."
"Ini mah ngga dikit bu, malahan over handsome bu."
"Terserah kalian lah. Baiklah silakan Zio duduk ditempat yang kosong."
Aku masih belum percaya dengan apa yang sedang terjadi, lelaki asing yang aku tolong sekarang adalah teman sekelasku. Tetapi kelihatannya dia tidak mengenaliku.
***
Saat ini jam istirahat, Alettha tengah berada di atap sekolah atau yang sering disebut rooftop. Setelah tadi pergi ke UKS untuk mengobati lukanya, Alettha masih memikirkan nasib seperti apa yang sedang dihadapinya sekarang. Alettha melihat buku yang selalu dia bawa. Didalam buku tersebut terdapat jadwal kerja Alettha. Ia ingin mengisi jadwalnya yang kosong, agar ia bisa membiayai pengobatan ayahnya yang sedang sakit. Apalagi sekarang uang tabungannya sudah habis karena membayar biaya operasi lelaki itu. Alettha memejamkan matanya ingin merasakan sejuknya angin yang dianggap dapat mengurangi bebannya. Tiba-tiba ada yang menyentil keningnya dan sukses membuat Alettha membuka matanya dan segera melihat siapa yang mengganggunya. Dan saat ia membalikkan badannya, ia mendapatkan seorang lelaki tengah memasang wajah tanpa dosa. Arion Lucxyo Algara, dia adalah sahabat sekaligus teman dekat Alettha. Rion tadi ke kantin terlebih dahulu, lalu pergi ke atap. Sudah kebiasaan Alettha dan Rion jika istirahat mereka lebih memilih pergi ke atap, daripada ke kantin.
"lo lagi mikirin apa sih?"
"Alettha ngga mikirin apa-apa kok."
"kalau ada masalah tuh ngomong sama gue, jangan ditanggung sendiri, nanti lo cepet tua."
"apa hubungannya coba?"
"yah.. ada lah. Nih makan dulu, tadi gue beli ke kantin."
"makasih Rion."
"Itu tangan sama kaki lo kenapa?"
"Ngga papa."
"Udah diobati?"
"Udah Alettha obatin kok."
***
Aleezio pov
Saat gue udah duduk di bangku, gue lihat perempuan yang saat ini duduk di depan tadi. Gue masih inget, Dia yang tadi pagi ngga sengaja keserempet mobil gue. Dan gue liat tadi tangan dan kakinya ada plesternya yang gue yakini pasti karna luka. Dan gue baru sadar, ngapain juga gue pikirin dia, bodo amat lah. Salah dia sendiri yang naik sepeda ngga bisa minggir, halangin mobil gue aja.
"anak-anak segera dilihat di papan, itu adalah nama kelompok kalian yang sudah ibu bagi. Tugas kalian adalah membuat makalah tentang materi yang akan kita bahas minggu depan." Terang guru setelah itu pergi meninggalkan kelas. Gue langsung melihat papan dan nama gue sekelompok sama Alettha. Siapa juga si Alettha, secara gue belum kenal sama temen sekelas gue kecuali Devan temen sebangku gue.
"lo sekelompok sama Alettha yo"
"Hm"
"Lo emang udah tau yang mana anaknya? Ngga penasaran?"
"Ga"
"Astaga Zio, Alettha itu anak yang duduk di depan sendiri noh. Yang pakai pita warna hitam."
"Hm"
"Dia itu pinter banget yo, pokoknya lo enak lah sekelompok sama dia. Gue aja pingin sekelompok sama dia, lo beruntung yo."
'Emang gue peduli? Gue kerjain tuh tugas sendiri pun gue bisa.' Batin Zio.
***
Teng~
Itu bunyi bel pulang, Alettha segera menghampiri Zio untuk menanyakan soal tugas mereka.
"Zio, kita kan sekelompok."
"Hm"
"Kapan ngerjainnya?"
"Terserah"
"Gimana kalau besok?."
"Hm"
Setelah itu Zio segera melangkah pergi. Pikir Alettha, Zio sedang sakit gigi mangkannya dia cuma jawab 'hm,hm,hm'. Alettha segera pergi meninggalkan kelasnya dan menuju parkiran sepeda. Ia harus segera sampai di tempat kerjanya.
***
"capek juga ya.."
Alettha saat ini sedang mengayuhkan sepedanya pelan. Sebelum pulang Angel mampir ke tukang nasi goreng untuk membelikan ayahnya makanan. Saat dalam perjalanan, tiba-tiba Alettha mendengar ada suara anak kecil menangis. Alettha pun menajamkan pendengarannya dan mencari sumber suara tersebut. Dan ternyata ada anak laki-laki yang sedang menangis sendirian di taman. Segera Alettha menghampiri anak laki-laki tersebut.
"dek, kenapa nangis?"
"aku takut kak."
"kenapa adek bisa disini sendirian?"
"tadi aku ngejar kucing, tiba-tiba aku sudah berada disini kak."
"emang rumah adik dimana?"
"Di perumahan indah blok A no. 39 kak."
"ha? Yaudah kakak akan antar adek pulang ya... kalau boleh tau nama adek siapa?"
"Azka kak."
"ok Azka, sekarang kamu ikut kakak pulang ke rumahmu ya..."
***
(*Terima kasih karna telah membaca dan vote cerita ini. Sampai jumpa minggu depan.)
KAMU SEDANG MEMBACA
Amarus
Teen FictionHanya menceritakan seorang lelaki yang Bersikap dingin tapi bersikap hangat pada yang dianggap harus bersikap hangat. Tidak peduli tetapi pandai melindungi yang dianggap harus dilindungi. Dan juga menceritakan seorang perempuan yang bersikap peduli...