Sesuatu yg menyakitkan akan lebih membuatmu kuat di bandingkan sesuatu yang selalu membuatmu nyaman
~Jari-jariku masih menari di atas keyboard. Sekarang sudah pukul 8 malam, dan aku masih di tempat kerja. Menyelesaikan laporan yang sebenarnya jika ingin ku kerja esok pun tak apa. Lembur hanya pengalihan atas pikiran ku yang beberapa hari ini kacau. Entah, aku hanya gelisah. Aku merasa seperti ... sebentar lagi aku akan kehilangan sesuatu yang berharga. Mungkin ini karena pernikahan Dafa yang akan di gelar sepekan lagi. Ikhlas kadang sesulit itu.
"Belum pulang, bu? tanya pak Hanif, satpam di kantorku. Sepertinya ia sedang berkeliling mengecek ruangan.
"Iya, pak. Masih ada yang harus saya kerjakan." jawabku dengan sebuah senyuman.
"Waduhhh bu, di kerjainnya besok aja atuh. Takutnya ibu pulangnya kemaleman. Sekarang kan lagi musim begal." ucapnya memperingati.
Aku melirik jam tangan, mungkin apa yang di katakan pak Hanif benar. Jarak kantor ke rumah cukup jauh, apalagi dengan kondisi jalan raya yang tak pernah sepi walau sudah larut malam.
"Iya deh pak, sebaiknya saya pulang sekarang."
Ku bereskan meja kerjaku. Mematikan komputer serta berkas-berkas lainnya. Ku buka aplikasi taxi online di hpku. Menunggu beberapa saat sampai aplikasi itu memilihkan driver yang siap menerima pesanan. Sebenarnya aku di berikan fasilitas sebuah mobil perusahaan, tapi entah aku lebih nyaman seperti ini.
Butuh beberapa lama hingga sebuah pesan dari driver itu masuk. Ia mengabarkan sudah ada di depan perusahaan. Aku turun menggunakan lift, sampai di lobi aku bertemu lagi dengan pak Hanif. Aku menyapanya dan berpamitan pulang.
"Sesuai aplikasi ya bu." sapa driver itu ramah. Kira-kira usianya sudah di atas 40-an.
"Iya, pak."
Setelah itu tidak ada percakapan lagi. Aku hanya diam mengamati jalan yang di lalui dari jendela mobil. Hingga tiba-tiba ...
Bukkk..!!
Mobil yang ku tumpangi menabrak sesuatu, dan aku rasa itu cukup keras.
"Ada apa, pak?" aku panik, tidak tahu apa yang sebenarnya sudah di tabrak mobil ini.
Bapak itu diam, terlihat panik. Dia terguncang.
Tak mendapat respon, aku memutuskan untuk turun. Dan setelah itu, kakiku terasa mati rasa. Melihat seseorang yang tergeletak tak sadarkan diri tepat di depan mobil.
Aku baru sadar saat driver itu juga turun dan berdiri di sampingku.
Aku bergegas mendekati wanita itu. Yap dia wanita, aku melihat rambutnya yang terurai panjang menutupi wajahnya.
Aku membalik tubuhnya, darah menutupi sebagian wajahnya. Akibat benturan dengan aspal, terdapat luka di kepalanya. Aku juga yakin, tubuhnya tidak akan baik-baik saja akibat tabrakan tadi.
"Pak, ayo bantu saya! Angkut wanita ini ke dalam mobil." yang ku suruh tak menyahut. Ia masih berdiri, mungkin masih syok.
"Ayo, pak!" teriakku mulai geram. Kalau tidak di tangani segera, wanita ini mungkin tidak akan tertolong.
Ia akhirnya mendekat, lalu berjongkok tepat di sampingku.
"Sebaiknya kita pergi saja. Kita harus sembunyi." ucapnya panik.
Reflek aku menoleh, apa tadi dia bilang? Sembunyi?
"Tidak," ucapku lantang "kita harus membawanya segera kerumah sakit."
"Tolong mengertilah bu, saya punya keluarga. Anak saya masih kecil, kalau saya di tangkap polisi siapa yang akan menafkahi mereka" bapak itu memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Rasa Dari Allah
Romance"Mm ... tapi kamu jangan marah ya" "Iya." "Tapi jangan benci juga sama aku" "Iya Balqis." ia tersenyum lagi.Yaa Allah aku semakin gugup. "Mmm ... sebenarnya ... sebenarnya aku ... aku ... aku suka sama kamu dari kita masih SMA." Aku mengucapkannya t...