Kita butuh sepotong hati yang baru agar bisa menyembuhkan sepotong yang lain~
Di sinilah aku sekarang,duduk di bangku taman rumah sakit.Pandangan ku kosong ke depan.Aku tak menghayal tapi aku sedang memikirkan percakapan ku dengan dokter Azam yang sejak tadi berputar-putar di otak ku.
Flasback on
"Saya ingin melamar nona Balqis dan menjadikan nona Balqis istri saya" ucapnya tanpa jeda,tanpa rasa ragu.
Aku hanya bengong.Apa pendengaran ku masih baik-baik saja?Aku tidak salah dengar kan?
"Nona Balqis" panggilannya membuatku tersadar dari keterkejutanku.
Ku beranikan diri untuk berbicara.Mengungkapkan seribu pertanyaan yang mengisi otak ku.
"Kenapa dok?"
"Kenapa apanya nona Balqis?"
"Kenapa dokter ingin melamar saya.Kita baru beberapa kali bertemu,dan sekarang anda mengatakan ingin melamar saya?Tolong pastikan anda tidak salah bicara!."
"Sama sekali tidak.Saya bersungguh-sungguh dengan kata-kata saya."
Aku menggelengkan kepala.Merasa ini semua salah dan terlalu cepat menurutku.Tapi yang kuliat tidak ada raut main-main di wajahnya.
"Dokter apa anda tau?kita ini masih sama-sama orang asing.Bahkan hubungan kita hanya sebatas Dokter dan keluarga pasien"
"Kalau memang kita dua orang asing,maka pernikahan adalah tempat kita saling mengenal"
Aku mengerang frustasi.Dari tadi aku hanya berusaha menyadarkannya bahwa ini salah.
Aku tak ingin meladeninya lagi.Maka ku putuskan untuk meninggalkan ruangan itu sesegera mungkin.
"Terserah dokter.Permisi,saya harus menjaga Abah saya lagi"
Aku berjalan menuju pintu.Tapi sebelum pintu itu benar-benar terbuka aku berhenti karena mendengar kata-katanya.
"Saya akan melamar lagi Nona Balqis 30 hari setelah ini.Saya fikir itu waktu yang cukup untuk memikirkan semua ini.Ohh yaa dan satu lagi,saya Anggap ini penolakan pertama saya dan saya harap saya di terima di lamaran kedua"
"Heii!!" Suara lantang mengagetkan ku
"Astagfirullah,ihh jihad kamu bikin aku kaget!"
Jihad kemudian duduk tepat di samping ku.
"Kamu sih dari tadi aku panggil gak nyahut-nyahut.Kamu tau gak dari tadi aku nyariin kamu keliling rumah sakit eh tau-taunya malah nangkring disini"
"Hehe maaf-maaf.Tadi aku keluar nyari angin eh malah keasikan duduk disini" jawabku sedikit berbohong.
"Hhmm yaudah,kita ke kamar Abah kamu yuk.Disana sudah ada Arini dan Ummi kamu"
Aku memutuskan mengikuti ajakan Jihad.Lagi pula aku sudah cukup lama duduk di taman ini.
***
Di dalam kamar Abah tercipta sebuah kehangatan.Aku dan Ummi sedikit terhibur dengan kedatangan Jihad dan Arini.Tapi tak bisa aku elakkan bahwa aku masih memikirkan kata-kata dokter itu.Lebih tepatnya lamaran mendadaknya.
Ku putuskan menceritakan ini pada Jihad dan Arini.Aku butuh saran mereka.Dan yah aku juga belum menceritakan perihal Dafa hari itu.
"Jihad,Arini kita ke kantin rumah sakit yuk beli makan"ajak ku sebagai alibi.Aku tak ingin menceritakannya di depan Abah dan Ummi
"Ihh ngapain sih nyari makan di kantin.Makanan disini aja belum habis"Jawaban Arini membuat ku ingin menenggelamkannya di empang dekat rumah ku.Apa dia tidak bisa membaca kode yang ku isyaratkan.
"Aku mau makan bakso.Disana baksonya enak"
Jihad menangkap isyarat yang ku tunjukkan.Dalam hal ini,Jihad memang lebih peka dari pada Arini.
"Yaudah,kayaknya enak deh sore-sore gini makan bakso.Yuk Arini"Jihad memberi isyarat lewat mata.Barulah Arini mengerti.
"Yaudah aku juga belum kenyang nih"jawabnya memamerkan wajah tanpa dosanya.
Kami benar-benar ke kantin.Aku memilih mengajak mereka duduk di meja kantin paling pojok agar aku bisa bercerita dengan leluasa.
"Sebenarnya kamu kenapa?"tanya Jihad setelah pesanan bakso kami datang.
Aku menghela napas.Menceritakan tentang Dafa akan membuat hatiku sesak kembali dan menceritakan tentang dokter itu hanya membuat mood ku menurun.
"Ayo dong cerita"Arini sudah mulai memaksaku segera bercerita
"Hmm baiklah..sebenarnya.."
Aku menceritakan kepada mereka mulai dari aku menyatakan perasaan ku pada Dafa hingga kejadian di ruangan dokter Azam.
Saat aku menceritakan tentang Dafa mereka ikut prihatin.Nyatanya cinta yang ku harap tumbuh juga di hati dafa tak pernah ada.Malah cinta orang lain yang sudah mengakar disana.
Namun saat ku ceritakan tentang dokter Azam,Jihad sama shock nya dengan ku,berbeda dengan Arini.Dia malah sangat gembira saat mendengarnya pertama kali.
"Jadi kamu jawab apa?"tanya Arini antusias
"Aku menolak,yaa walaupun dengan halus.Karena menurutku itu semua salah"
Arini berdecak seperti tak terima dengan jawabanku.
"Ihh dasar gak peka.Harusnya kamu jawab iya aja.Kamu tau gak,kita itu butuh sepotong hati yang baru untuk menyembuhkan sepotong yang lain.Siapa tau aja dokter itu bisa menyembuhkan hati kamu tuh yang udah remuk tak bersisa gara-gara Dafa nikah sama cewek lain"
"Kamu tuh yang gak peka" Jihad memukul pelan lengan Arini."Gak semudah itu move on sama orang yang benar-benar kita suka dan gak semudah itu nge-iya-in lamaran.Ini LAMARAN bukan sekedar ngajak main"
"Keputusan Ais untuk nolak itu udah tepat,toh si dokter itu gak ada angin gak ada hujan main lamar aja"
"Ihh kan niatnya baik,pengen langsung ngehalalin.Siapa tau aja dia jatuh cinta pas liat Ais pertama kali"
Aku hanya memijat pelipis.Aku membiarkan Jihad dan Arini beradu argumen.
Hingga mataku menangkap sebuah siluet seseorang yang ingin ku hindari sekarang.Dokter Azam.Ia baru saja memasuki kantin dan yah di belakangnya ada seorang perawat yang datang bersamanya.Mereka duduk dua bangku dari meja ku.Pandangan kami bertemu lalu dengan cepat aku mengalihkan pandangan.Sepertinya dia dan perawat itu cukup dekat,ku lihat mereka bercakap kelewat akrab.Tapi aku tak peduli,aku kembali fokus pada bakso ku.Jihad dan Arini pun sudah berhenti beradu argumen,mereka juga kembali pada mangkuk bakso masing-masing.
***
I'm back💕🤭
Maaf ya klau typo bertebaran🤗Ehh mau ngasih info nih,insyaAllah cerita Balqis akan up sepekan sekali💕Pantengin aja setiap hari sabtu atau ahadSee you next week🤗😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Rasa Dari Allah
Romance"Mm ... tapi kamu jangan marah ya" "Iya." "Tapi jangan benci juga sama aku" "Iya Balqis." ia tersenyum lagi.Yaa Allah aku semakin gugup. "Mmm ... sebenarnya ... sebenarnya aku ... aku ... aku suka sama kamu dari kita masih SMA." Aku mengucapkannya t...