Pemilihan Umum Kota Z

1.9K 81 2
                                    


Tahun ini tahun Pemilihan Umum (Pemilu) bagi kota Z. Seperti lima tahun sebelumnya, penduduk kota akan memilih Walikota baru yang akan memimpin mereka dalam lima tahun kedepan. Terdapat dua kandidat kuat yang akan bersaing memperebutkan kursi tertinggi itu.

Yang pertama adalah Bagio, Walikota kota Z saat ini. Setelah memimpin selama dua periode lebih, atau sepuluh tahun, nampaknya orang tua ini masih berambisi untuk menduduki jabatan tersebut. Selama kepemimpinannya, banyak sekali masalah yang tidak teratasi. Penggusuran kampung kumuh untuk dijadikan Mall dan Apartemen, Pengolahan sampah umum yang buruk sehingga menyebabkan banjir, dan banyak lagi masalah lain yang cukup panjang bila dibahas satu persatu. Semua problem ini sudah muncul sejak pertama kali ia menjabat. Masyarakat sudah bisa mengendus kebusukannya, Bagio hanya mengeruk keuntungan uang rakyat saja. Tentu, isu korupsi sering mencuat, namun entah bagaimana, dengan kekuatan politiknya, Bagio bisa meredam semua isu tersebut. Ya, Bagio memang didukung oleh kekuatan politik yang kuat. Partai pengusungnya, merupakan partai yang juga mengusung Presiden saat ini. Dukungan dana, kekuasaan, simpatisan, serta statusnya sebagai petahana, membuatnya begitu yakin akan memenangkan Pemilu walikota tahun ini, untuk ketiga kalinya.

Berbeda dengan Bagio, Jordan, calon kedua walikota Z ini adalah seorang anak muda. Bergelar Magister Management Pemerintahan, dan usia yang masih begitu belia, ia dengan penuh keberanian menantang Bagio. Jordan adalah pemuda yang cerdas, kritis, dan pemberani. Kritikan-kritikan pedasnya selalu diarakhkan pada kepemerintahan Bagio saat ini, baik melalui koran, sosial media, bahkan televisi. Hal ini yang membuat Partai-Partai kecil, kemudian meliriknya sebagai kader. Setelah mendapat dukungan dari beberapa Partai minor, Jordan akhirnya memberanikan diri untuk maju ke Pemilu walikota.

Bagaimana dengan masyarakat kota Z? Tentu mereka sangat menginginkan Bagio lengser dari jabatannya. Namun mereka tahu bagaimana kengerian kekuatan politik yang ditunjukkan Partai Bagio. Mereka tidak ragu untuk saling sikut, baik saling melempar hinaan, menyogok aparatur hukum, Black Campaign, bahkan tidak segan-segan menggunakan kekerasan. Mereka menghalalkan segala cara, agar Bagio bisa kembali memimpin kota Z. Contoh yang paling nyata adalah nasib dari penantangnya di pemilu 5 tahun lalu, yang hilang entah kemana.

Warto, seorang politikus sekaligus ketua umum sebuah partai kecil, 5 tahun lalu menantang Bagio yang kala itu baru memimpin selama satu periode. Warto, yang merupakan orang asli kota Z, dikenal sebagai orang yang ramah dan bersahaja di tengah-tengah masyarakat. Kontribusinya pada Kota Z begitu banyak. Ia bersama partainya, kerap kali mengadakan kegiatan amal, kegiatan sosial, santunan-santunan, bahkan membantu pembangunan untuk rakyat kecil. Berbeda dengan Jordan yang banyak melontarkan kritik-kritik, Warto justru memfokuskan diri untuk menolong rakyat kota Z. Hal itu jelas mencuri hati sebagian besar penduduk kota.

Namun setelah memutuskan -secara resmi- mencalonkan diri di pemilu saat itu, kesehatan Warto tiba-tiba memburuk. Ia yang dikenal, anti rokok, sering berolahraga, dan selalu makan makanan sehat, tiba-tiba terkena penyakit yang sangat aneh. Badannya mengurus, perutnya membuncit, wajahnya menua, dan rambutnya memutih, hanya dalam waktu beberapa bulan. Semenjak itu, Warto tidak lagi dapat berkampanye, atau melakukan kegiatan partainya. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh kubu Bagio, mengambil kembali simpati masyarakat kota Z. Tentu, siapa yang akan memilih walikota yang sakit-sakitan seperti itu.

Selain kesehatannya yang memburuk, tingkah Warto pun juga semakin aneh. Ia kerap kali terlihat berjalan di tengah malam seorang diri. Pandangannya kosong, mulutnya bergumam tidak jelas, seperti megucapkan sebuah mantra jawa. Warga yang mendapatinya seperti itu sempat menegur, namun Warto tidak bergeming seolah kesadaranya sudah hilang. Dirumah, istrinya mengaku bahwa Warto sering berteriak-teriak sendiri. Kejiwaannya terganggu, Warto sudah tidak waras lagi. Mengetahui hal ini, kubu Bagio jelas memanfaatkan situasi, Ia menghasut masyarakat bahwa Warto memiliki penyakit gila, tidak pantas untuk menjadi walikota.

Satu hari sebelum hari pencoblosan, Warto tiba-tiba menghilang dari rumahnya. Tidak ada yang tahu keberadaannya, bahkan istri dan keluarganya kebingungan. Polisi pun sudah berusaha mencari, namun Warto tidak juga ditemukan. Banyak yang beranggapan bahwa Warto "kumat" gilanya. Mungkin, ia berjalan-jalan lagi tanpa arah. Ada yang bespekulasi ia diculik, dibunuh, atau bahkan bunuh diri. Apapun pendapat masyarakat mengenai hilangnya Warto, hal itu tidak mempengaruhi Hasil Pemilu keesokan harinya, tentu Bagio yang menang.

Seolah sudah mengetahui bahwa Warto tidak akan ditemukan, Bagio, yang telah menjabat walikota secara resmi, memerintahkan untuk menghentikan pencarian. Ia menganggap banyak masalah yang lebih penting, ketimbang mencari orang gila yang hilang. Hal itu sungguh menyayat hati keluarga Warto, namun mereka tidak bisa apa-apa, karena memang sudah lebih dari sebulan Warto tidak ditemukan. Partai kecil pengusung Warto-pun tidak dapat melakukan apa-apa, selain menanggung malu atas tingkah calonnya itu. Kisah tentang Warto ini, lambat laun akhirnya hilang ditelan bumi. Sudah lima tahun sejak peristiwa itu, saat ini, semua sudah melupakan Warto, dan jasa-jasanya.

Politik BerdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang