Politik Berdarah

1.2K 82 1
                                    


Waktu pemilihan semakin dekat. Jordan dan Bagio terus saling serang dalam berkampanye. Dengan menggunakan bantuan mata-matanya, Jordan selalu berhasil terhindar dari manuver-manuver politik kotor Bagio. Ia bahkan dapat menyerang balik, dan menjatuhkan Bagio dalam adu argument. Jordan sudah memenangkan hati rakyat, namun itu tidak menjamin mereka akan memilihnya pada pemilu. Ancaman-ancaman halus sudah mulai ditebar Bagio pada masyarakat yang membela Jordan. Ada yang diancam usahanya dipersulit, proyeknya di gagalkan, yang diancam akan dimutasi keluar kota, bahkan ada yang diancam akan dibunuh dan sebagainya. Fakta-fakta ini sempat dilaporkan oleh Kubu Jordan pada penegak hukum, namun mereka tidak bergeming. Tentu saja, Jordan juga mengakui, usahanya ini belum cukup.

Diwaktu yang semakin menipis ini, tiba-tiba Jordan memerintahkan mata-matanya, untuk mencari tahu tentang seorang dukun atau orang pintar yang pernah dikunjungi Bagio. Hal ini membingungkan rekan mata-matanya, terlebih Jordan menginginkan informasi ini dirahasiakan dari tim kampanyenya yang lain. Mata-mata itu lalu berusaha mengorek keterangan dari orang-orang terdekat Bagio, seperti supir, pembantu rumah tangga, dan beberapa sanak saudaranya. Mata-mata itu berdalih hendak mencari pelancar jodoh bila ada yang mencurigai tingkahnya, sesuai instruksi dari Jordan. Betapa terkejutnya dirinya, hampir semua orang dekat Bagio menyebutkan nama seorang dukun yang sama.

Dukun wanita ini, meski keberadaannya begitu dirahasiakan, namun hampir semua orang dekat Bagio banyak yang tau. Dukun ini berada di sebuah gubuk tua di tengah hutan, dekat kota Z. Lucunya, mereka dengan cuma-cuma memberikan alamat lengkap, lokasi dukun itu. Mata-mata itu masih setengah tidak percaya, ketika menginformasikan hal ini pada Jordan. Tanpa pikir panjang, Jordan segera berangkat menemui dukun ini.

Hari pemilihan pun tiba, semua masyarakat melakukan pencoblosan serempak di tempat mereka masing-masing. Kota Z saat itu sepi dari aktifitas sehari-harinya, libur nasional ditetapkan untuk Pemilihan umum itu. Selain sepi dari aktifitas, kota Z juga begitu sunyi, sunyi dari kebahagian. Seluruh peserta pemilihan datang dengan wajah ketakutan, tentu, Bagio menempatkan seluruh anak buahnya sebagai pengawas di seluruh tempat pemilihan umum. Mereka mengawasi setiap masyarakat yang telah mendapat ancaman, agar memilih sesuai ancaman yang mereka terima. Orang-orang itu, mau tidak mau akhirnya harus mencoblos Bagio. Nampak beberapa orang dengan ragu menusukkan paku coblosnya ke gambar Bagio. Ada yang berusaha menutupi kertas pemilihannya dengan tangan, berusaha menusuk gambar Jordan, namun tingkahnya ketahuan oleh salah satu pengawas suruhan Bagio. Sambil tersenyum licik, orang suruhan Bagio mendekati pemilih itu, menepuk pundaknya. Pemilih itu pun, mengurungkan niatnya memilih Jordan, dan menusukkan pakunya ke gambar Bagio, dengan berat hati.

Seusai pemilihan yang dilaksanakan pagi hingga sore hari, penghitungan cepat hasil suara dilakukan sore itu juga. Hasilnya adalah kemenangan absolute untuk Bagio, dengan perolehan surat suara yang jauh berbeda. Hal ini disambut suka cita seluruh tim kampanye Bagio. Bersama-sama, mereka lalu menuju rumah Bagio, yang seharian ini tidak nampak mengikuti prosesi pemilihan umum, untuk merayakan kemenangannya. Betapa terkejutnya mereka ketika mendapat kabar bahwa Bagio dilarikan kerumah sakit sejak pagi ini.

Pagi itu, Bagio tiba-tiba mengerang kesakitan. Istrinya mendapati beberapa luka di kaki kanan Bagio, tiba-tiba muncul secara aneh. Luka itu seperti tusukan, ukurannya sebesar paku, dan terus muncul satu persatu secara aneh. Setiap luka yang muncul, Bagio berteriak kesakitan, seoalah-olah ia ditusuk oleh makhluk gaib, namun lukanya nyata. Tanpa istrinya sadari, kakinya kini telah dipenuhi luka, darah mengucur deras, kakinya sekarang nampak seperti sarang lebah yang merah penuh darah. Tulang belulang kakinya ikut berlubang, dan meremuk seketika. Bagio berteriak kesakitan, teriakannya mengelegar, menusuk gendang telinga yang mendengarnya. Luka gaib itu terus bertambah, merambat dari kaki ke lutut, ke paha, hingga menghancurkan kaki kanannya. Kaki kiri Bagio mulai menujukkan gejala yang sama, hingga lantai rumahnya bersimbah darah, begitupula tangan dan wajah istrinya.

Ambulan rumah sakit kemudian datang, ajudan-ajudan menggendongnya ke mobil dengan meninggalkan kedua kaki Bagio yang sudah rapuh dan patah. Perawat rumah sakit, yang ikut di dalam ambulan, begitu kaget melihat kondisi pasiennya, seorang paruh baya yang penuh darah dan kehilangan dua kakinya. Didalam ambulan luka itu masih terus bermunculan. Kali ini Bagio tidak mampu berteriak lagi, ketika luka-luka paku itu menusuk-nusuk alat kelamin dan perutnya, mengeluarkan seluruh isi perutnya. Darah memuncrat kesana kemari, membasahi seluruh wajah dan tubuh perawat dan ajudannya. Bagio meregang nyawa.

Sesampainya di rumah sakit, mereka sudah dinanti oleh beberapa perawat dan dokter pribadi Bagio di depan UGD, dan telah menyiapkan bed dan peralatan medis penolong. Betapa terkejutnya mereka, bagian dalam ambulan itu dipenuhi darah dimana-mana. Wajah dan baju putih perawat ambulan itu juga berubah merah bersimbah darh. Yang lebih mengenaskan lagi adalah kondisi Bagio yang sudah tidak bernyawa, namun luka-luka itu masih terus muncul, memenuhi seluruh tangan dan dadanya. Dokter dan perawat kemudian berusaha mengangkat tubuh Bagio, namun kedua tulang tangannya remuk dan terlepas dari badannya, badan Bagio tidak ikut terangkat. Seorang perawat wanita, yang ikut membantu mengangkat, berteriak keras melihat tangan Bagio lepas. Ia kemudian melepaskan peganganya, sehingga tubuh Bagio terjatuh menghantam tanah. Luka itu kini sudah sampai di kepalanya, tengkoraknya remuk ketika jatuh ketanah, dan membuat otaknya terburai keluar.

Saat itu, tukang parkir, perawat, beberapa pejalan, dan pasien-pasien yang tengah mengantri di UGD, menyaksikan kejadian mengerikan itu. Ada yang berteriak histeris, bahkan ada yang sampai pingsan melihat darah dan organ manusia yang terurai. Seorang dokter lalu memberanikan diri, memungut organ dalam dan anggota tubuh Bagio yang berserakan di tanah dan di ambulan, mengumpulkannya, kemudian meletakkannya diatas bed. Dokter yang lain mengangkat tubuhnya keatas bed, kemudian mereka mendorongnya menuju kamar jenazah. Luka-luka kecil itu masih terus muncul bahkan dengan kondisi jasad Bagio yang sudah sangat mengenaskan. Hal itu menyebabkan tubuh Bagio yang tersisa hancur, dan darah memancar keluar. Tidak tahan dengan darah yang begitu banyak, perawat kamar jenazah pun mengambil sebuah bak besar dari plastik, kemudian meletakkan semua apa yang tersisa dari jasad Bagio, beserta organ-orang tubuh dan tangannya.

Keluarga dan beberapa orang dekat Bagio, kemudian mengumumkan bahwa pagi itu, Bagio meninggal dunia karena serangan jantung. Hal ini tentu menggemparkan seluruh penjuru kota Z. Simpatisan, pendukung setia, serta anggota Partai pengusung Bagio, tidak diperkenankan melihat jasadnya. Tentu saja, karena memang tidak ada yang bias dilihat dari jasad tersebut. Seluruh tim kampanye Bagio diliputi tanda tanya besar akan, namun kehkawatiran mereka lebih kepada hasil pemilu hari ini.

Keesokan harinya, setelah menkonfirmasi kematian dari calon walikota pemenang pemilu, maka pihak panitia pemilihan, yang diwakili oleh pejabat ibukota, dengan berat hati mengumumkan kemenangan diberikan kepada calon walikota pesaing Bagio, Jordan. Siang itu seluruh warga tumpah-ruah ke jalanan, merayakan kemenangan Jordan dengan gegap gempita. Jordan dan seluruh timnya diarak keliling kota. Perayaan besar-besaran diadakan secara dadakan oleh masyarakat. Hari itu seolah menjadi hari dimana tirani kekejaman Bagio runtuh setelah sepuluh tahun lamanya. Kota Z segera melalui babak baru, dibawah kepemimpinan Jordan.

Meski semua pihak terkejut dengan peristiwa pemilu tahun ini, namun Jordan sepertinya tidak begitu terkejut.

Politik BerdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang