PROLOG

36 5 0
                                    

Sepuluh tahun sudah kepergian Galih dari kehidupan Farah. Semenjak kepergian Galih, Farah memilih untuk menutup pintu hatinya. Bagi Farah belum ada satu pun sosok yang bisa membuka lagi pintu hati Farah, kunci hati nya telah terbawa pergi bersama Galih yang meninggalkannya ke negara kangguru. Bodoh memang, Farah dan Galih bukanlah sepasang kekasih yang berubah menjadi mantan karena jarak yang memisahkan mereka. Farah dan Galih hanyalah sepasang sahabat yang diam-diam menyimpan rasa. Sehari sebelum kepergian Galih ke Australia, Galih sempat mengungkapkan perasaannya. Namun, Farah tidak tahu harus menanggapinya bagaimana. Saat itu yang ada difikirannya hanyalah sebagai sahabat Galih dan tidak lebih. Wajar saja, saat itu mereka masih berstatus sebagai pelajar SMP yang sudah jelas jika ada perasaan cinta-cintaan hanya akan berstatus sebagai 'Cinta Monyet'. Meskipun begitu, Farah tetap menyesali diri nya yang memilih untuk tidak membalas pernyataan Galih karena kebodohan dan kepolosannya. Hingga setiap kali ada lelaki yang datang mencoba mendekati Farah dia berusaha untuk menghindari dan tidak terlalu banyak membuka hati nya.

"Faraaaahhh!! wooiii!!!" teriak seorang gadis memanggil Farah.

"Apaan sih teriak-teriak? Emangnya gue budeg!" gerutu Farah kesal dengan Sahabatnya.

"Yaa maapiiiinnnn... abisnya gue senggol-senggol lu kaga respon. gue kira lu metong"

"Astagfirullah, jahat amat lambe muuu!!!"

"Hehe, yaudaaah, gue liat lu kaga fokus merhatiin ucapan dosen tadi. ada problem apa?"

"Ga ada sih"

"Ah masa? jangan-jangan lu abis ini mauuu......" Nadine menghentikan ucapannya sejenak.

"Apa?" tanya Farah penasaran.

"Mau minta ajarin sama gue heehe" goda Nadine pada Farah yang siap mencubit lengannya, namun Farah lebih dulu menghindarinya.

Nadine adalah sahabat Farah sejak di Sekolah Dasar, keduanya menjadi akrab karena jarak rumah mereka yang berdekatan dan sering berangkat ke sekolah bersama-sama. Seiring berjalannya waktu kedua sahabat ini memilih sekolah yang sama dan beruntungnya selalu berada di kelas yang sama. Nadine adalah murid pintar dan cantik sehingga ia selalu menjadi primadona di sekolahnya. Meskipun terkenal Nadine tetap selalu berada di setiap suka dan duka Farah. Baginya hanya Farah yang mengerti semua sifat Nadine yang tidak diketahui orang lain. Setelah menyelesaikan masa SMA nya, Nadine dan Farah ternyata memiliki impian yang sama menjadi seorang akuntan. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk mengambil jurusan dan kampus yang sama. Syukurlah, meskipun Nadine masuk melalui jalur prestasi sedangkan Farah melalui tes, keduanya tetap dipertemukan bahkan di kelas yang sama. Perjuangan kedua sahabat itu memang luar biasa. Meskipun pernah ada sedikit pertengkaran tetapi keduanya berusaha untuk memperbaiki lagi. Sifat keduanya yang hampir mirip membuat mereka berdua nyaman untuk bersahabat.

Selepas kelas Farah mengajak Nadine ke kantin, perut Farah yang sudah berteriak sejak 15 menit terakhir perkuliahan membuatnya tidak fokus memperhatikan penjelasan dosen di layar proyektor.

"Pak, mie ayam nya dua ya" pesan Farah kepada Pak Makmur pedagang Mie ayam di kantin kampus yang selalu menjadi langganan Farah.

"Siap neng" dengan cekatan Pak Makmur merebus mie kuning ke dalam panci panas.

Farah berjalan menuju Nadine yang tengah duduk di bangku sembari menatap layar gawainya.

"Aduhh, mentang-mentang udah ada gebetan. Hape an teruuuss" goda Farah sembari menyenggol lengan Nadine.

"Ish, apaan sih. Orang lagi liat onlen shop" gerutu Nadine.

"Hehe yaa maap. Oh iya, si gebetan lu gimana, Nad? Udah ada kemajuan belom niih?" Farah menjaili sahabatnya dengan menanyakan gebetan Nadine.

"Kemajuan gigi lu. Boro-boro maju, yang ada mah gue mundur"

"Heh? Kenapa wak? Cerita lah sikiit" Farah penasaran dengan apa yang diucapkan Nadine barusan.

"Tau ah, gue bete. Masa sih gue gak sengaja vidio call dia tiba-tiba dia ngejauhin dong. Ga pernah lagi ngechatt gue duluan. Sebel banget, dah! Gara-gara gitu doang baper. Padahal kan ga sengaja" cerocos Nadine menjelaskan kekesalannya.

"Ooh begitu. Yaudahlah ya, yang kayak gitu mah tinggalin aja" ujar Farah enteng.

"Enak aja lu kalo ngomong. Lah situ juga sampe gini hari masih jomploh" ledek Nadine tak terima ucapan Farah.

"Eih biarin. Gini-gini gue itu setia" Farah tak mau kalah dengan ledekan Nadine.

"SETIA KEPALA LU PEAAAK!!" Seru Nadine sebal.

Begitulah pertengkaran diantara kedua sahabat tersebut dan tak lama kemudian Pak Makmur datang membawa dua mangkok mie ayam pesanan Farah. Perut Farah yang tadi sempat berhenti lapar karena beradu kata dengan sahabatnya, kini terpanggil kembali dan rasanya Farah ingin cepat-cepat menutupi rasa laparnya dengan melahap mie ayam kesukaannya.
•••••

Sebuah PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang