CHAPTER I (c)

21 3 2
                                    

"Oalah, jadi maksud kakak itu temenin hafalan Qur'an" Farah jengkel setelah mengetahui bahwa Tasya sedang mengerjainnya.

"Heheh, masa kamu gak ngerti sih. Kakak kan ingin jadi hafidzah supaya anak kakak di kandungan ini juga bisa ikutan jadi hafidz/ah"

"Iya kak, tapi...." Farah memotong ucapannya dan tiba-tiba saja raut wajah Farah berubah menjadi kesedihan.
Tasya yang menyadarinya segera menanyakan apa yang membuat Farah tiba-tiba cemberut.

"Kenapa, Far? Kakak salah bilang ya?"

"Enggak kak, aku hanya malu" ucap Farah pelan.

"Malu kenapa?" Tasya penasaran dengan ucapan adik iparnya ini. Dia berusaha untuk menanyakan penyebab adik iparnya ini tiba-tiba berubah ekspresi.

"Farah satu juz aja belum ada yang hafal, padahal Farah aktif di kegiatan rohis. Farah juga kadang masih bisa belum menjaga diri dengan baik terutama dengan hati, ucapan, dan mata. Farah malu,kaaakk" Farah terisak mengingat dirinya yang jauh dari kata sempurna. Farah malu jika dirinya terlihat alim dimata orang lain, sedangkan di mata Allah dia tidak ada apa-apanya.
Tasya mendengar ucapan Farah pun ikut menangis, dirinya benar-benar tersentuh akan ucapan Farah, Tasya merasa dirinya lah yang paling hina. Pernah jatuh dalam dunia pacaran, mengenakan pakaian tidak menutup aurat, dan juga pernah berbuat kasar dengan orang tua nya. Namun, hidayah Allah datang melalui Hamas kakak Farah. Hamas datang di kehidupan Tasya disaat Tasya berada di titik terendah dalam hidupnya. Hamas menjadi sosok yang membuat Tasya bangkit dan berhijrah menjadi wanita yang baik. Melihat perubahan pada diri Tasya, Hamas pun memberanikan diri untuk melamar wanita tersebut. Bak gayung bersambut, dengan senang hati Tasya menerima pinangan dari lelaki tersebut. Sejak saat itu Tasya mengikrarkan dirinya untuk benar-benar meninggalkan dunia kelamnya dan menjemput cahaya terang  dalam hidupnya.

"Far, dengerin kakak!" Tasya memeluk Farah sembari mengusap pelan punggung Farah.

"Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini,Far. Dunia itu fana. Dunia itu tempat dari segala kemewahan berada. Dunia itu bisa jadi bumerang buat kita manusia yang tidak bisa menjaga diri dan memanfaatkan kesempatan berhijrah. Far, kamu sudah tahu kan bagaimana kisahku dulu sebelum mengenal Hamas? Aku jauh lebih hina daripadamu yang belum pernah merasakan bagaimana keindahan sesaat sebelum halal. Aku merasa wanita  tak berguna. Namun, setelah aku menyadari semua dosa-dosa ku, Allah seakan tidak tinggal diam. Allah menghadirkan sosok lelaki yang bisa menerima semua kekuranganku. Dan dia bertekad ingin membuatku meninggalkan semua kegelapan dunia dan berjalan perlahan menuju cahaya illahi. Far, aku hanya ingin kita sama-sama berjuang demi akhirat. Dunia ini hanya sementara, sekuat apapun kamu mengejar dunia tidak akan pernah bisa kamu genggam. Selalu ada celah yang membuat kamu lepas kendali. Far, ayolah.. aku tahu kamu pasti bisa. Usia mu masih muda, semangatmu masih sangat berkobar, tidak harus hafal 30 juz sekarang. dicicil sedikit-sedikit itu jauh lebih baik" jelas Tasya sembari terisak mengingat semua kisah masa lalunya yang kelam.
Farah termenung, ia melepaskan pelukannya dari Tasya, lalu menatap Tasya lekat-lekat terlihat jelas bagaimana keinginan Tasya untuk berubah menjadi lebih baik lagi. Farah tersenyum, ucapan Tasya benar. Selama ini Farah selalu berusaha menjaga dirinya dari dunia pacaran. Meskipun, dulu Galih hampir saja menyeretnya untuk menikmati indahnya pacaran anak muda. Walau hanya sekedar berbalas pesan singkat yang dibumbui romansa cinta tetap saja itu adalah hal yang salah. Untungnya, Allah saat itu menjaga hati Farah sehingga tidak termakan oleh bualan cinta Galih.

"Far, jadi.. mau kan? kita hafalin bareng-bareng" Tasya mencoba membuyarkan lamunan Farah.
Farah tersenyum sembari menghapus air mata yang membasahi kedua pipinya dengan jilbabnya, lalu mengangguk tanda setuju.

"Bismillah, ayo kak. Aku mau berjuang menemani kakak. Tapi, nanti kalo gak ketemu aku di syurga.. tolong carikan aku ya heheeh"

"husssh, insyaa Allah kita akan ada di syurga bersama-sama" Tasya tersenyum lalu mengambil Al-Qur'an kecil yang ada di meja.
Farah dan Tasya mulai sibuk dengan kalam ilahi, lantunan ayat demi ayat terucap dari mulut mereka. Hari ini mereka mencoba menghafal surat An-Naba'. Sebenarnya Farah sudah hafal surat tersebut, namun karena sibuk dengan tugas kuliahnya membuat ia hampir lupa beberapa ayat dari surat tersebut. Namun, karena Tasya mengajaknya untuk menghafal lagi, Farah senang dan bersyukur bisa mengingatnya lagi.

Sebuah PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang