Farah yang tengah sibuk menjadi panitia lomba beberapa hari yang lalu, membuatnya sedikit kelelahan. Acara tersebut berhasil melebihi target. Farah bersyukur karena dengan dia mengikuti sebuah kegiatan, dia bisa memiliki banyak pengalaman.
"Far, lu demam ya?" tanya Nadine setelah memegang dahi Farah.
"gue kecapekan gara-gara kemarin. Tapi, gapapalah. lelah yang penting Lillah" ujar Farah menguatkan dirinya.
"Ya iya deh. Tapi kalo gak enak badan, lu skip aja mata kuliah abis ini, entar absensi biar gue yang urus"
"Gak usah, Din. Gue masih sanggup"
"Are u seriously?" tanya Nadine tidak percaya dengan ucapan sahabatnya, melihat wajah Farah yang pucat, justru membuat Nadine ingin sekali membawanya ke klinik terdekat.
"Iya, udah tenang aja. Temenin gue duduk di belakang ya biar bisa tiduran hehheh"
"Emang ye, lu mah kebiasaan. Yaudahlah, berhubung hari ini gue lagi diskon kebaikan besar-besaran, gue temenin lu sampe lu mimpi indah"
"Yee, tenkyuuu bebsquuuww" Farah memeluk sahabat terbaiknya ini seraya tersenyum.
Nadine hanya tersenyum melihat sahabatnya ini, keduanya terlihat seperti anak SD yang tengah asyik berpelukan.
"Ehm, ngapain peluk-pelukan, heh" tiba-tiba seorang laki-laki datang menggoda Farah dan Nadine yang masih hanyut dalam pelukan.
Nadine dan Farah melepas pelukannya dan melihat sosok tersebut. Farah tersenyum setelah mengetahui sosok tersebut ternyata Fachri.
"Eh, gue nganggu ya? Yaudah maaf, lanjutin aja peluk-pelukannya, udah mahrom juga kan hehe" ledek Fachri.
"Heh, dasar tukang julid. Lu iri, Ri? Sini mau aku pelukkk?" goda Nadine seraya merentangkan kedua lengannya minta dipeluk.
Dengan cepat Fachri menghindari Nadine,dia berigidik ngeri melihat tingkah Nadine. "Cantik-cantik kok gila" umpat Fachri.
Nadine hanya meresponnya dengan tawa. "Yeh, gue juga tau kali, Lu mah kagak mau disentuh ama yang bukan muhrimnya"
"Mahram, Nad. Bukan Muhrim" jelas Fachri penuh dengan penekanan.
"Emang beda?" tanya Nadine penasaran. Setau Nadine selama ini hanya ada kata "Muhrim" yang selalu ia dengar.
"Beda lah"
Nadine menoleh ke arah Farah seolah bertanya meminta penjelasan."Beda, Din. Mahram itu untuk orang-orang yang haram dinikahi karena keturunan persusuan sedangkan Muhrim itu untuk orang-orang yang sedang berihram ibadah haji sebelum bertahallul" jelas Farah. Fachri yang mendengar penjelasan Farah tersenyum lalu mengacungi jempol. Farah yang melihat reaksi Fachri membalasnya dengan senyuman.
"Ternyata Farah manis kalo senyum" batin Fachri.
Tanpa disadari Fachri mulai memiliki ketertarikan pada Farah. Namun, Fachri berusaha untuk mengabaikannya. Fachri tahu betul bahwa kekaguman ataupun mencintai seseorang yang belum halal untuknya hanya akan mengantarkan pada kefanaan. Sebisa mungkin Fachri menjaga diri, demi wanita yang akan dia persunting menjadi teman hidup dan syurga nya kelak.
"Woi, Ri. Senyum-senyum sendiri aja lu. Gegara Nadine mau minta peluk kok lu jadi senyum ga jelas gitu sih" ledek Akbar sahabat Fachri.
"Hah? Apaan sih, ngga gitu ah. sok tau ente" Fachri menepis ucapan Akbar.
Akbar merupakan teman baik Fachri sejak duduk di bangku SMA, Akbar dan Fachri memiliki sifat yang sedikit berbeda. Namun, keduanya sama-sama anak yang cerdas, mereka sering sekali menjadi saingan juara umum ketika di SMA dulu, persaingan mereka adalah persaingan sehat yang berusaha saling menyemangati. Akbar tidak pernah iri jika Fachri yang menjadi juara umum, begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, mereka berdua memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di jurusan yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Pilihan
General FictionKisah ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Farah Andriani yang hatinya selalu menunggu kehadiran Galih Atmadja yang berada di Australia. Selama penantiannya, Farah coba mencari makna apakah berbeda antara cinta, suka, dan kagum. Di si...