2. Yang Rempong

2 3 0
                                    

Hari sudah hampir pukul tujuh, tetapi Alca masih duduk di meja makan rumah Qillia. Menatap datar gadis yang masih bulak-balik kesana-kemari untuk membereskan persiapan untuk berangkat ke sekolah.

Ingat ini adalah persiapan.

Apalagi persiapan cewek rempong seperti Qillia.

Maksudnya itu persiapan peralatan sekolah, seragam, skincare yang banyaknya sudah bikin Alca pusing, belum lagi kaos kaki yang beda sebelah.

"Buku gue belom!"

"Eh kaos kaki gue ilang sebelah!"

"Aduh gue belom pake skincare!"

"Gue juga belom sarapan!" Oceh gadis itu, saat dia ingin berjalan ke meja makan, Qillia malah berbalik ke kamarnya, "Enggak! Skincare lebih penting daripada sarapan!"

Pusing? Tidak, kok. Tenang saja. Alca sudah biasa seperti ini.

Alca menghela nafasnya sebentar, lalu mengambil sehelai roti yang sudah diberi selai stroberi dan menyuapkannya kepada Qillia yang masih sibuk memakai skincare-nya. Alca juga membantu mencari sepasang kaos kaki Qillia yang benar dan memakaikannya kepada kaki gadis itu. Alca lagi-lagi menaruh buku-buku yang akan Qillia pelajari hari ini beserta alat tulis yang lengkap.

Qillia menyengir, "Makasih, Papa." Sambil melayangkan sebuah flying kiss. Yang hanya dibalas deheman singkat dari cowok itu.

Alca bahkan tidak bisa disebut sebagai seorang ayah, dia lebih tepat dipanggil ibu oleh Qillia saat ini. 

Qillia telah selesai lebih cepat dari seharusnya, dan itu berkat Alca.

Tapi...masalah muncul lagi.

Qillia menatap Alca dengan cemas, raut wajahnya penuh kebingungan. Atau frustasi lebih tepatnya.

"Gue harus pakai sepatu yang mana?"


"..."



Alca rasanya ingin menjedotkan kepala Qillia berkali-kali ke tembok. Seharusnya dia melarang Qillia belanja sesuka hatinya. Bahkan Qillia memiliki beberapa baju atau sepatu yang sama sangking seringnya dia belanja.

Tanpa banyak bicara, Alca mengambil sepasang sepatu berwarna hitam karena itu adalah sepatu yang pertama dia lihat dan langsung memasangkannya ke kaki Qillia, lagi. Setelah beres, cowok jangkung itu menggandeng tangan Qillia menuju motor Scoopy  hitamnya.

Alca mengambil helm bewarna pink milik Qillia dan memasangkannya ke kepala gadis itu,

"Ayo, berangkat. Waktu kita tinggal tujuh menit dua puluh detik kurang mulai dari sekarang."

Setelah memakai helm miliknya sendiri dan memastikan Qillia sudah duduk nyaman di tempatnya, Alca pun melajukan motornya dengan cepat.


Tidak memperdulikan umpatan-umpatan orang-orang yang lewat.

***

Jam tujuh kurang beberapa detik.

Alca menghela nafas lega dan mengelap keringat yang keluar. Untung saja dirinya dan Qillia tidak terlambat. Kalau mereka benar-benar terlambat, pasti akan disuruh membersihkan WC, dan Alca benci hal itu.

Alca turun dari motornya dan melepas helm yang melekat di kepalanya. Lalu pemuda itu menatap Qillia yang malah tertidur selama perjalanan.

Tangannya menggoyang pelan bahu Qillia,
"Chilli, bangun. Udah sampai, nanti kalau telat disuruh bersihin WC." Panggilnya pelan.

Tapi Qillia hanya mengangguk-angguk tidak jelas.

Kalau begini ceritanya, Qillia pasti tidak mau bangun. Mau disiram, tapi takut seragam gadis itu basah. Ingin didorong,  tapi kasihan karena udah sering di dorong. Tidak ada cara lain, tangan Alca dengan hati-hati melepas helm pink dari kepala sahabatnya. Lalu menggendong tubuh Qillia yang tertidur di punggungnya.

Alca yang tampan sedang menggendong Qillia yang rempong, lagi-lagi menjadi trending topic di sekolah pagi hari ini. Ini memang bukan pertama kalinya Alca dan Qillia seperti itu. Tetapi... laki-laki yang menggendong perempuan yang tertidur menuju kelas memang tidak biasa kan?

Tapi Alca tidak peduli dan terus melanjutkan langkahnya ke kelas Qillia.


Fyi, cowok tampan itu jarang ada di sekolah mereka atau bisa disebut langka bahkan bisa-bisa tidak ada sama sekali. Tiap angkatan mungkin hanya ada beberapa cowok yang benar-benar tampan, contohnya Alca. Jadi wajar saja kalau Alca menjadi terkenal karena dia tampan.


Setelah sampai di tempat kelas Qillia yang berbeda kelas dengan dirinya, Alca langsung mendudukkan cewek itu di tempat duduknya dengan hati-hati dibantu dengan Kayla, teman sebangku sekaligus teman dekat Qillia.

Kayla menatap frustasi ke arah Qillia yang sudah nyaman tertidur di mejanya, "Gue nggak paham sama ni anak."

Alca yang sibuk merenggangkan badannya yang pegal sehabis menggendong Qillia menoleh ke arah Kayla, "Tolong jagain," lalu pergi begitu saja.

Kayla mengatupkan bibirnya dan menatap punggung Alca yang menjauh. Wajahnya tampak berpikir keras.

"Alca kok kayak bapaknya Chilli beneran, ya?"

***

Minggu,
1 Desember 2019

My GOBS NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang