1. Yang Dibenci

4 3 0
                                    

Pagi hari yang cerah ditemani suara kicauan burung seolah itu adalah lagu latar belakangnya. Dan juga suara ayam yang berkokok sebagai alarm dunia di pagi hari. Belum lagi embun pagi yang dingin menyapu wajah. Itu adalah hal yang paling indah untuk dinikmati di pagi hari.

Tapi sayangnya, itu adalah hal yang paling dibenci Qillia.

Kurang greget?

ITU ADALAH HAL YANG PALING DIBENCI QILLIA!!!

Bukan suara kicauan burung yang dibencinya, bukan pula pagi yang cerah, bukan juga embun ataupun suara kokokan ayam yang sudah berisik di pagi hari.

Tetapi bangun pagi adalah hal yang paling dia benci.

APALAGI DI HARI MINGGU.

Qillia menatap tajam kepada pemuda yang dengan santainya minum susu kotak dan  memasang headphone putih di telinganya dengan santai.

Dan itu membuat Qillia benar-benar marah.

Dengan kasar gadis yang baru menginjak usia tujuh belas tahun itu menarik headphone dari telinga pemuda yang berada disampingnya.

"Ngapain lo narik-narik gue pagi-pagi begini, hah! Lo nggak tau kalau gue lagi mimpi indah sama oppa gue?" Qillia emosi. Sangat.

Tapi sepertinya pemuda itu sudah biasa menghadapi amarah teman masa kecilnya itu. Contohnya saja dia bisa dengan santainya mengambil headphone itu dan meletakkannya di leher dan kembali meminum susu kotaknya.

"Temenin gue lari pagi." Jawabnya kelewat kalem.

Mata gadis itu kian menajam mendengar jawaban yang didengarnya.

Hah? Apa katanya? Lari pagi?

"G!" Lalu Qillia berjalan sambil mengentak-hentakkan kakinya ke tanah dan pergi meninggalkan pemuda itu sendirian di taman kompleks rumah mereka.

Dia terus berjalan. Terus berjalan.

Tapi di langkah ke lima belas dia terdiam karena temannya itu mengatakan hal lain yang paling dia benci.

"Lo yakin? Nggak lihat itu lemak?"

Qillia geram dan membalikkan tubuhnya. Dia melihat pemuda itu sudah siap siaga untuk berlari dari amukannya.

Qillia, gadis itu, bersiap-siap seperti sedang lomba lari. Dalam hati dia menghitung.

SIAP,

SEDIA,

MULAI!!

Dia berlari sekencang-kencangnya untuk mengejar orang yang mengejeknya tadi.

"SIALAN LO ALCA!"



Sebelum aksi kejar-kejaran ini berlangsung, marilah kita flashback sekitar satu jam yang lalu, dimana Qillia masih sibuk dengan mimpi indahnya.



Pagi tadi, bahkan sebelum matahari benar-benar menunjukkan dirinya kepada dunia, Alca sudah berdiri di depan rumah sahabat dari kecilnya itu. Pakaian olahraga yang dikenakannya sudah menunjukkan dengan jelas apa niatnya untuk datang kemari.

Cowok itu berjalan ke arah sebuah pot bunga anggrek yang berukuran sedang dan mengangkatnya untuk mengambil sesuatu di sana. Yaitu kunci rumah Qillia.

Hari ini dan untuk beberapa hari ke depan, Qillia tinggal sendiri karena ibunya, Sanya, sedang ada dinas di luar kota. Jadi Alca bertanggung jawab penuh terhadap Qillia untuk beberapa hari ke depan jika ibu cewek itu tidak ada.

Yang artinya, Alca bebas mengajak Qillia kemana saja, dan tentu saja harus dilaksanakan gadis itu.

Setelah pintu sudah dibuka, Alca berjalan masuk dan mengantongi kunci rumah itu. Berjalan ke arah kamar si gadis pemalas dan tanpa permisi dia membuka pintu kamar Qillia yang sudah pasti tidak dikunci.

Dari ambang pintu, Alca melihat kalau Qillia masih memejamkan matanya sambil mencium dan memeluk guling yang membuatnya menggeleng-gelengkan kepala.

Alca masih terlihat santai dengan wajah datarnya. Sesekali tubuhnya bergoyang mengikuti irama lagu. Saat sudah di depan ranjang Qillia, cowok itu mengarahkan kaki panjangnya ke arah tubuh Qillia yang membelakanginya, dan tanpa rasa bersalah dia menendang cewek yang sedang bermimpi indah itu.

Braak!

Bahkan sampai berbunyi sekeras itu.

Tapi...

Qillia belum bangun juga.

Alca menghela nafas lelah. Sampai jidatnya berubah menjadi warna biru karena terjedot lantai pun sepertinya Qillia tidak akan bangun.

Alca masuk ke dalam kamar mandi dan keluar sambil membawa segayung air di tangan kanannya. Lalu menyiram Qillia sedikit mulai sedikit dari wajah hingga badannya.

Sedangkan di dalam mimpi Qillia...

...disaat dia hampir mencium pangeran dari negeri ginsengnya tiba-tiba saja tempat itu terendam banjir.

Memang tidak ada yang beres.

Qillia langsung melotot kaget saat air sudah memasuki mulut dan lubang hidungnya. Suara batuk kecil keluar dari bibirnya.

Tepukan di punggung nya menyadarkan dia kalau dia tidak sendiri di kamar itu.

Mata gadis yang baru bangun itu langsung melotot marah menatap Alca yang berusaha membantunya meredakan batuk.

Lagi-lagi Qillia mengumpat,

"Alca sialan."

Alca hanya memasang wajah datar tak berdosanya dan mengambil air yang masih bersisa di gayung untuk dicipratkan ke wajah Qillia.

Sambil masih mencipratkan air, Alca berbicara dengan ringannya,

"Biar iler lo ilang."


Dan itu menambah kekesalan seorang Qillia di pagi hari.

Alca memang luar biasa karena telah melipatgandakan kekesalannya.

***

A/N:

Jadi, Chilli itu nama panggilannya Qillia ya manteman

Rabu,
28 November 2019

My GOBS NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang