5. Yang Ganteng

6 3 0
                                    

Senandung kecil keluar dari bibir Qillia. Saat ini dia sedang berjalan ke rumah Alca yang hanya berjarak lima rumah dari rumahnya.

Tadi dia tidak pulang dengan Alca melainkan pulang bersama Kayla karena gadis itu meminta untuk ditemankan pergi ke toko buku.

Saat Qillia membuka pintu rumah Alca, suara televisi yang menayangkan kartun dengan volume keraslah didengarnya, dan itu membuat mata Qillia berbinar senang.

"Papi Arka!" Teriaknya riang sambil memeluk seorang pria tampan yang mengenakan kaos kuning bergambar tokoh karakter Spongebob di tengahnya, sedang menonton Spongebob.

Arka, ayah Alca, tersenyum lembut sambil membalas pelukan gadis yang sudah sangat dia anggap seperti anak sendiri bahkan melebihi Alca, anak kandungnya.

"Nyari Alca?" Tebak Arka yang dibalas Qillia dengan cengengesan.

"Iya dong, Pi. Mau minta makan."

Arka tersenyum mendengarnya. Meminta makan? Pfft! Alca memang sudah menjadi ayah Qillia sepertinya!

"Dadah, Papi!" Gadis itu pergi ke atas sambil melambaikan tangannya, seolah dia akan pergi jauh.

Gadis itu berjalan dan berhenti di depan sebuah pintu kamar berwarna hitam dengan sebuah tulisan "Yang punya kamar capek teriak. Langsung masuk aja kalau nggak dikunci. Kalau dikunci berarti nggak boleh masuk. Intinya jangan buat keributan."

Menuruti perintah yang tertulis di pintu itu, dengan tidak sopannya Qillia membuka pintu dengan kasar lalu langsung menyelonong ke kasur yang sekarang ditiduri Alca, ikutan tidur.

Gadis itu menoel pipi Alca yang sedang memejamkan matanya. Qillia semakin menjadi saat tidak mendapatkan respon apapun dari Alca, sampai akhirnya dia berhenti melakukannya karena cowok itu mendengus kesal dan mau membuka matanya.

"Apa?" Tanya Alca ketus dengan wajah cemberutnya.

Qillia tersenyum kecil mendapati itu, dia tahu kalau Alca tidak tidur tadi, "Alca badmood?"

Alca terdiam. Ck! Gadis ini selalu tahu bagaimana suasana hatinya. Pertanyaan, atau pernyataan Qillia lebih tepatnya, membuat dirinya menganggukkan kepalanya kecil.

Qillia tersenyum semakin lebar. Dia mendekatkan tubuhnya kepada Alca, dan memeluk cowok itu seperti guling sambil menggosok-gosok punggung Alca dengan pelan.

Alca memejamkan matanya, menikmati rasa tenang dan rasa hangat yang biasa Qillia berikan padanya. Suasana hatinya benar-benar buruk, dan hanya Qillia-lah obatnya. Perlahan tapi pasti tangannya pun ikut melingkari tubuh Qillia, membalas pelukan cewek itu.

Perlahan, Alca merasa mengantuk. Tapi kantuknya langsung menguap begitu saja mendengar perkataan Qillia yang selalu merusak suasana.

"Nah! Ayo kita makan es krim! Biar mood Alca bagus. Hehe..."

Itu sih maunya lo!

***

"Alca! Gue mau nambah!" Itu bukan permintaan, melainkan perintah yang harus dituruti sang empunya nama.

Dan itu juga bukan yang pertama kalinya Qillia meminta tambah es krim melainkan itu adalah ke tiga kalinya gadis itu menambah es krim dengan mangkuk jumbo pula.

Alca berdecak, "Gue belum habis satu mangkok, tapi lo udah habis dua mangkok jumbo, Chil! Nanti sakit gigi." Qillia memang mudah sakit gigi, jadi makannya memang harus Alca perhatikan karena gadis itu tidak akan peduli dengan makanan yang dia makan asal dia suka. Tapi bila sudah sakit gigi, dia akan meraung-raung ke Alca.

Tapi seperti biasa, Qillia tidak peduli. Yang dia inginkan saat ini hanyalah es krim.

Gadis itu memanggil seorang pelayan tanpa memperdulikan Alca yang sudah bersiap untuk pulang.

"Kalo lo pesen es krim lagi, gue paksa lo pulang." Ancam cowok itu.

Tapi, juluran lidah dan mata juling Qillia lah yang didapatnya.

"Mbak, pesen--" belum sempat Qillia menyelesaikan pesanannya, suara Alca lebih dulu memotongnya, "Kita pulang!" Tegasnya sambil menarik tangan Qillia keluar.

Qillia cemberut. Apalagi dia berjalan tertatih-tatih mengikuti langkah kaki Alca yang besar sampai-sampai dia hampir tersungkur jika tidak ada sebuah tangan yang menahannya.

"Are you okay?" Suara berat khas laki-laki yang pasti bukan Alca membuat Qillia menoleh.

...sesaat...dia terpana...

Suara decakan kesal Alca membuat Qillia menoleh ke arahnya, tapi hanya sebentar, lalu kembali terpukau akan ketampanan cowok yang belum ia ketahui namanya.

"Jangan kasar dong sama cewek." Suara berat itu lagi-lagi terdengar oleh Qillia, dan itu juga membuatnya sadar kalau tangannya masih digenggam oleh cowok itu.

Qillia semakin terpana. Apalagi wajah yang jelas menunjukkan kalau cowok itu tak hanya memiliki darah Indonesia, tetapi darah Eropa dan darah Asia lainnya terlihat kental terlukis di wajah cowok itu.

...mirip seperti salah satu oppa-nya Qillia....

Alca semakin kesal, "jangan ikut campur." Lalu kembali menarik tangan Qillia yang masih bengong.

Qillia ditarik semakin jauh, tetapi dia malah kembali berjalan ke arah cowok tampan yang masih menatapnya. Kini posisi terbalik menjadi Alca yang diseret Qillia.

"Lo...ganteng banget..." ucapnya spontan dengan mulut menganga.

Sesaat, Alca dan cowok yang tidak diketahui namanya itu terdiam.

... Qillia memang seabsurd itu.

***

Kamis,
26 Desember 2019

My GOBS NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang