BAGIAN 2

773 29 0
                                    

"Khraghk...!"
Rajawali Putih melayang-layang di angkasa Kerajaan Kedung Antal. Sudah tiga kali burung raksasa itu memutari seluruh kota kerajaan itu, tapi Rangga yang berada di punggungnya belum juga memerintahkan turun. Pandangan mata Pendekar Rajawali Sakti itu tidak berkedip meneliti setiap sudut wilayah Kota Kerajaan Kedung Antal.
"Ke istana, Rajawali. Tapi jangan terlalu rendah," pinta Rangga.
"Khraghk...!"
Rajawali Putih melesat cepat menuju bangunan istana yang tampak megah dikelilingi tembok tinggi dari batu tebal membentuk sebuah benteng. Burung raksasa itu memutari angkasa Istana Kedung Antal. Ketinggian terbangnya selalu dijaga agar tidak menarik perhatian orang yang berada di sekitar benteng istana itu.
Sementara Rangga yang berada di punggung burung raksasa itu, mengerahkan aji 'Tatar Netra' yang digabungkan dengan aji 'Mata Dewa'. Maksudnya, agar dapat melihat lebih jelas dari jarak yang sangat tinggi itu. Dengan menggabungkan kedua ajian itu, tidak ada masalah bagi Pendekar Rajawali Sakti untuk dapat melihat jelas meskipun dalam jarak yang sangat jauh.

"Hm..., tidak ada yang mencurigakan disini. Keadaannya cukup tenang, bahkan penjagaan pun tidak terlalu ketat. Sepertinya rakyat bebas keluar masuk tanpa ada pemeriksaan sama sekali," gumam Rangga perlahan.
Rangga menepuk leher burung raksasa itu. Rajawali Putih yang sudah bisa mengerti maksudnya, langsung saja terbang menjauh dari istana itu. Cepat sekali burung itu meluncur, sehingga dalam waktu sebentar saja sudah berada di luar Kota Kerajaan Kedung Antal itu.
"Turun di sana, Rajawali!" seru Rangga seraya menunjuk sebuah danau.
"Khraghk...!"
Rajawali Putih menukik deras, kemudian manis sekali mendarat di tepi danau. Keadaan di danau kecil Ini sepi sekali. Tak terlihat seorang pun di sekitarnya. Rangga cepat melompat turun. Diedarkan pandangannya ke sekeliling sejenak, seakan-akan ingin memastikan kalau tidak ada seorang pun yang melihat.
"Kau boleh tinggalkan aku di sini, Rajawali. Aku yakin, ada sesuatu di kerajaan ini. Aku pasti akan memanggilmu lagi. Jangan terlalu jauh dari sini," kata Kangga seraya berpesan.
"Khraghk!"
Sekali mengepakkan sayapnya saja, Rajawali Putih sudah melambung ke angkasa Rangga memandangi burung raksasa itu sampai lenyap di angkasa. Dia masih berdiri di tepi danau seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Entah kenapa, perasaannya mengatakan kalau di sekitar tempat ini ada seseorang yang memperhatikannya. Atau mungkin juga lebih dari satu orang.
Belum juga Rangga memastikan lebih jauh, tiba-tiba saja....
Swing!
"Hap!"
Tap!
Cepat sekali Pendekar Rajawali Sakti itu menggerakkan tangannya ketika melihat sebuah benda meluncur deras bagai kilat ke arahnya. Dan tahu-tahu di jari tangannya sudah terjepit sebatang anak panah.
Rangga belum juga sempat berpikir jauh, kembali sebatang anak panah meluncur deras, dan kali ini mengarah dada. Pendekar Rajawali Sakti itu memiringkan tubuhnya ke kanan, lalu secepat itu pula melenting bagaikan seekor burung rajawali.
Begitu cepatnya Pendekar Rajawali Sakti itu melesat dan tahu-tahu sudah menembus segerumbul semak ilalang, tempat dua batang anak panah tadi berasal.

"Jangan...!"
"Heh...?!"
Rangga terkejut mendengar teriakan keras itu, ketika masuk ke dalam semak ilalang. Kepalan tangannya yang sudah terangkat, jadi terhenti. Kedua matanya terbeliak ketika melihat seorang gadis berwajah cantik tergeletak terjajar dan perutnya ditekan oleh lutut Pendekar Rajawali Sakti itu. Bergegas Rangga melompat bangkit
"Ranti...! Apa yang kau lakukan di sini...?" sentak Rangga terkejut begitu mengenali gadis itu.
"Huh!" gadis itu mendengus seraya bangkit berdiri.
Ranti mengibaskan debu dan rerumputan kering yang mengotori bajunya. Dengan wajah memberengut kakinya melangkah keluar dari semak itu. Rangga mengikuti dengan benak bertanya-tanya. Sungguh Pendekar Rajawali Sakti sangat terkejut melihat Ranti berada di tempat ini. Padahal setahunya, gadis itu bersama-sama Raden Nadara dan rombongannya.
"Kenapa berada di sini? Bukankah kau bersama-sama kakakmu...?" tanya Rangga langsung.
"Huh! Apa pedulimu?" dengus Ranti ketus.
"Jelas aku peduli, karena kau baru saja hampir membunuhku!" sentak Rangga sengit juga jadinya.
Ranti membalikkan tubuhnya. Matanya menatap tajam, langsung ke bola mata Pendekar Rajawali Sakti itu. Sesaat Rangga jadi terkesiap. Sungguh tajam tatapan gadis itu, seakan-akan hendak menembus jantung.
"Di mana kakakmu?" tanya Rangga.
"Aku tidak tahu!" sahut Ranti ketus.
Rangga memandangi gadis itu dalam-dalam. Pendekar Rajawali Sakti benar-benar keheranan! Bagaimana mungkin gadis ini bisa sampai dalam waktu cepat? Sedangkan Rangga baru dua hari berada di wilayah Kerajaan Kedung Antal ini. Untuk mencapai wilayah kerajaan ini dari Kaki Gunung Anjar sebelah Selatan, dibutuhkan waktu paling tidak lima hari perjalanan berkuda. Sedangkan baru dua hari, Ranti sudah berada di sini. Dan entah sudah sejak kapan? gadis itu berada di sini.
"Kau pasti heran, bagaimana aku bisa sampai di tempat ini begitu cepat" kata Ranti seraya tersenyum tipis. "Memangnya kau saja yang bisa? Kau punya burung rajawali raksasa, tapi aku tidak. Itu berarti kau masih kalah bila dibandingkan denganku."
Rangga hanya mendengus saja. Memang sudah diduga kalau Ranti melihatnya tadi bersama Rajawali Putih. Namun dia masih belum mengerti, bagaimana gadis itu bisa sampai di sini. Bahkan sepertinya sudah tahu kalau Pendekar Rajawali Sakti itu akan berada di tempat ini.
"Untuk apa kau datang ke Kerajaan Kedung Antal ini?" tanya Ranti ketus. Begitu dingin sekali nada suaranya.
"Itu urusanku," sahut Rangga jadi ikut ketus juga.
"Kau masuk tanpa ijin, dengan cara menyelinap seperti maling. Kau bisa dihukum gantung, Kisanak," ancam Ranti tegas.
"Siapa yang akan menghukumku? Kau...?" tantang Rangga.
"Bukan aku. Tapi coba lihat sekelilingmu."
Bukan main terkejutnya Pendekar Rajawali Sakti begitu memandang sekelilingnya. Sungguh tidak disangka kalau di sekitarnya sudah banyak orang menunggu, dan semua telah siap melepaskan anak panah kearah sasaran. Mereka tinggal menunggu aba-aba.
"Ha ha ha...! Ternyata aku lebih cerdik darimu, Kisanak," Ranti tertawa terbahak-bahak.
Rangga hanya mendesis kecil. Dalam hati, memang diakui kecerdikan gadis ini. Pendekar Rajawali Sakti itu kembali mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Rasanya tidak ada lagi tempat untuk bisa keluar dari daerah ini. Setiap penjuru memang sudah terkepung rapat oleh orang berpakaian prajurit yang sudah siap dengan panah.
Mungkin Pendekar Rajawali Sakti itu bisa menghadapi hujan panah. Tapi rasanya tidak yakin akan berhasil.  Meskipun memiliki ilmu meringankan tubuh sempurna yang ditambah tingkatan kepandaian tinggi, dia tidak akan mungkin bisa selamanya menghindari serbuan panah dari segala penjuru.
"Sebaiknya kau menyerah saja, Kisanak. Tidak ada gunanya melakukan perlawanan. Kau akan mati konyol di sini. Mereka adalah ahli senjata panah. Mereka prajurit pilihan yang sudah berpengalaman di medan tempur," kata Ranti penuh kemenangan.
"Kau keliru jika menganggap begitu, Ranti," desis Rangga dingin.
"O..., jadi kau ingin mencoba kemahiran mereka menggunakan panah? Baik! Rasakan akibat kekerasan kepalamu!"
Ranti langsung melompat mundur. Dan seketika itu juga ratusan anak panah meluncur berdesingan ke arah Pendekar Rajawali Sakti. Bukan main terkejutnya pemuda berbaju rompi putih itu, karena ternyata Ranti tidak main-main. Maka Rangga tidak punya pilihan lain lagi. Cepat-cepat dilentingkan tubuhnya, berlompatan sambil cepat mengibaskan tangannya.
"Hiya! Hiyaaa...!"
Tidak terhitung lagi, berapa anak panah yang rontok terkena kibasan tangan Rangga yang bergerak cepat mempergunakan jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega'. Juga tidak sedikit anak panah yang lewat begitu saja di sekitar tubuhnya. Namun panah-panah itu seperti tidak pernah habis, dan terus berdesingan bagaikar hujan.
Rangga memang masih sanggup mempertahankan diri dari serbuan anak panah ini. Tapi jika selamanya seperti ini, rasanya tidak akan mungkin mampu bertahan. Sedangkan panah-panah itu terus berdesingan di sekitar tubuhnya. Maka dengan cepat diputar tubuhnya seraya merapatkan tangan di depan dada. Lalu dengan cepat sekali tangannya merentang ke samping, dan tubuhnya semakin cepat berputar bagai gasing.
"Aji 'Bayu Bajra'. Yeaaah...!" tiba-tiba Rangga berteriak nyaring melengking.
Bersamaan dengan itu, tubuh Pendekar Rajawali Sakfi berhenti berputar. Kini kedua kakinya terpentang lebar dengan telapak tangan menyatu rapat di depan dada
Entah dari mana datangnya, tiba-tiba saja di sekitar danau kecil itu bertiup angin dahsyat, memperdengarkan suara menderu bagai topan. Seketika panah-panah itu berhamburan sebelum mencapai tubuh pemuda berbaju rompi putih itu Tak lama berselang, terdengar teriakan-teriakan melengking tinggi. Sebentar kemudian terlihat tubuh-tubuh berpentalan ke udara, terhempas tiupan angin topan yang diciptakan Pendekar Rajawali Sakti.
Bahkan pohon-pohon dan bebatuan mulai beterbangan ke segala arah. Aji 'Bayu Bajra' yang dikerahkan Pendekar Rajawali Sakti memang sungguh dahsyat. Bahkan bumi bagaikan bergetar seperti terjadi gempa, dan permukaan air danau bergolang menimbulkan deburan keras bagai gelombang samudra.
"Yeaaah...!" kembali Rangga berteriak nyaring.
Seketika dihentakkan tangannya ke samping, lalu dengan keras sekali ditepuk ke atas kepala. Saat itu juga, angin topan yang diciptakannya berhenti. Seluruh daerah di sekitar danau kecil ini porak-poranda, bagaikan baru saja diamuk ribuan gajah. Pohon-pohon bertumbangan, tercabut dari akarnya.
Tampak tubuh-tubuh berseragam prajurit bergelimpangan tak tentu arah. Bahkan beberapa ada yang terhimpit batang pohon, atau kepalanya remuk tertindih batu. Juga tidak sedikit yang bergelimpangan sambil merintih kesakitan. Sekitar tempat itu jadi dipenuhi suara rintihan kesakitan dari para prajurit yang terluka akibat terkena serbuan angin topan yang diciptakan Pendekar Rajawali Sakti.

40. Pendekar Rajawali Sakti : Pemburu KepalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang