BAGIAN 4

747 31 1
                                    

Pertarungan antara Pendekar Rajawali Sakti dengan Dewi Merah Penghisap Darah, tidak bisa dihindarkan lagi. Sementara di sekitar halaman belakang Istana Kedung Antal, berkeliling para prajurit yang semakin banyak jumlahnya. Rupanya suara ribut pertarungan itu membuat seluruh penghuni istana terbangun, dan tumpah di halaman belakang istana. Mengetahui jumlah prajurit yang semakin banyaki Pendekar Rajawali Sakti itu jadi cemas juga. Tapi Rangga tidak mungkin lagi menyelamatkan diri begitu saja. Tak ada yang bisa dilakukan Rangga selain mengalahkan perempuan tua ini secepatnya, lalu meloloskan diri dari kepungan para prajurit itu. Memang akan ada korban dan kerusakan bangunan istana, tapi hanya itu yang bisa dipikirkan Rangga saat ini. Dan rasanya tak ada jalan lain lagi yang harus ditempuh.
"Hiya! Hiya! Hiyaaa!"
Seketika Pendekar Rajawali Sakti itu meningkatkan tempo permainannya. Dikerahkannya Jurus-jurus dari lima rangkaian jurus 'Rajawali Sakti' yang dikombinasikan, sehinga menghasilkan begitu banyak macam jurus yang sangat dahsyat. Perubahan tempo pertarungan yang dilakukan Pendekar Rajawali Sakti yang begitu cepat, membuat Dewi Merah Penghisap Darah itu jadi kelabakan juga. Beberapa kali tubuh tua itu hampir saja terkena kibasan tangan ataupun pukulan yang mengandung pengerahan tenaga dalam tinggi, namun masih bisa dihindari. Hingga suatu ketika....
"Yeaaah...!"
Sambil berteriak menggelegar, Rangga melontarkan satu pukulan keras dari jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' ke arah kepala Dewi Merah Penghisap Darah. Namun perempuan tua berjubah merah itu masih dapat menghindar dengan merundukkan kepalanya sedikit. Dan tanpa diduga sama sekali, tanpa menarik pukulannya, Rangga cepat mengibaskan kakinya seraya merubah jurus menjadi 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa'. Kibasan kaki Pendekar Rajawali Sakti itu diikuti lesatan rubuhnya yang cepat bagai kilat.
"Hiyaaa...!" Deghk!
"Akh...!" Dewi Merah Penghisap Darah terpekik agak tertahan sedikit.
Perempuan tua berjubah merah itu tidak menyangka kalau Pendekar Rajawali Sakti akan melakukan serangan yang begitu cepat dan tidak terduga sama sekali, sehingga tidak sempat lagi untuk menghindarinya.  Tendangan kaki Pendekar Rajawali Sakti begitu keras, dan tepat menghantam punggungnya.
Tak dapat dicegah lagi, tubuh perempuan tua berjubah merah itu terjajar, dan terhuyung-huyung kedepan beberapa langkah. Dan sebelum keseimbangaan tubuhnya sempat dikuasai, Rangga sudah kembali menyerang. Dilontarkannya satu pukulan menggeledek bertenaga dalam sangat tinggi, dan tepat menghantam dada perempuan tua berjubah merah itu.
"Akh...!" sekali lagi Dewi Merah Penghisap Darah memekik keras.
Pada saat perempuan tua berjubah merah itu terbanting ke tanah, secepat kilat Rangga melentingkan tubuhnya ke atas. Manis sekali kakinya hinggap di atasi atap bangunan istana.
"Jangan biarkan dia lolos! Serang...! Bunuh keparat itu...! Kejar...!" teriak Dewi Merah Penghisap Darah sambil menggeliat bangkit berdiri.
Seketika itu juga, puluhan prajurit yang membawa panah, langsung melepaskan panah ke arah Pendekar Rajawali Sakti yang berada di atas atap bangunan istana. Puluhan anak panah berdesingan di sekitar tubuh Rangga sehingga membuatnya harus bergelimpangan di atap, menghindari serangan yang datang bagaikan hujan itu.
Dalam waktu yang bersamaan, beberapa prajurit berpangkat tamtama dan punggawa, serta beberapa panglima sudah berlompatan ke atas atap. Hal ini membuat Rangga jadi menggeram. Cepat Pendekar Rajawali Sakti melompat bangkit berdiri begitu serangan panah tidak terlihat lagi. Lalu dengan segera dihentakkan kedua tangannya seraya mengerahkan aji 'Bayu Bajra'.
"Aji 'Bayu Bajra'...! Hiyaaa...!" teriak Rangga keras menggelegar.
Pekikan-pekikan keras melengking tinggi, seketika terdengar begitu tiba-tiba saja bertiup angin badai yang sangat dahsyat. Mereka yang mencoba berlompatan naik ke atas atap, langsung berpelantingan jatuh ke bawah. Dan mereka yang masih berada di bawah, terpental sambil menjerit keras terhempas hembusan angin topan yang diciptakan Pendekar Rajawali Sakti.
Kesempatan yang baik dan sempit ini, tidak disia-siakan Rangga untuk cepat meninggalkan Istana Kedung Antal. Secepat ajiannya ditarik, secepat itu pula tubuhnya melesat pergi bagai kilat Sekejap saja, tubuh pemuda berbaju rompi putih itu sudah lenyap, menghilang di balik tembok benteng bangunan istana Ini.

***

Rangga menggeliatkan tubuhnya, menggelinjang bangun dari pembaringan. Suara ribut-ribut di luar penginapan, membuatnya terjaga. Seketika Pendekar Rajawali Sakti melompat mendekati jendela, lalu mengintip ke luar. Tampak beberapa prajurit dan dua orang punggawa berkuda berada di depan rumah penginapan ini.
"... Barang siapa yang bisa menyerahkan kepala Pendekar Rajawali Sakti, Gusti Prabu Raketu akan memberi hadiah yang besar dan akan diangkat sebagai panglima perang untuk membawahi seribu angkatan perang prajurit pilihan...!"
"Keparat..!" geram Rangga saat mendengar baris pengumuman yang dibacakan salah seorang punggawa.
Tentu saja, pengumuman yang dibacakan lantang itu, dapat terdengar semua orang. Terlebih lagi, punggawa itu terus membacakan pengumuman sambil gerak mengelilingi seluruh Kota Kerajaan Kedung Antal ini.
Rangga menyandarkan tubuhnya ke dinding samping jendela kamar penginapan. Hatinya benar-benar geram mendengar pengumuman itu. Sudah pasti, pengumuman itu berlaku bagi semua orang. Dan ini berarti akan menarik perhatian kaum rimba persilatan yang gemar memburu kepala untuk mendapatkan hadiah besar serta jabatan tinggi. Para pemburu kepala akan berkeliaran. Dan yang pasti, mereka akan memburu kepala Pendekar Rajawali Sakti!
Rangga meraih pedang yang terletak di atas meja lalu dikenakannya di punggung. Setelah merapikan diri, kakinya melangkah keluar dari kamar penginapannya. Pendekar Rajawali Sakti terus berjalan cepat menemui   pemilik penginapan yang selalu ada di bagian depan rumah penginapan ini. Setelah membayar sewa kamarnya. Pendekar Rajawali Sakti itu berjalan cepat meninggalkan rumah penginapan itu.
Sengaja Rangga memutar, mengambil jalan lewat belakang, kemudian mengerahkan ilmu lari cepat menuju ke dalam hutan yang membatasi Kota Kerajaan Kedung Antal ini dengan Gunung Anjar. Sempurna sekali ilmu lari cepat yang dimiliki Pendekar Rajawali Sakti, sehingga dalam waktu sebentar saja sudah sampai di tepi hutan.
Rangga menghentikan larinya setelah sampai di tepi sungai kecil yang membatasi hutan dengan kotaraja Sebentar diedarkan pandangannya ke sekeliling. Terdengar gumamam kecil disertai dengusan napas berat agak tertahan. Pendengarannya yang tajam, langsung dapat mendengar tarikan beberapa napas di sekitarnya.
"Hiyaaa...! "Yeaaah...!"
Belum juga Pendekar Rajawali Sakti itu sempat berpikir jauh, tiba-tiba saja bermunculan orang-orang bersenjata golok terhunus. Mereka berlompatan sambil berteriak-teriak mengacungkan goloknya. Kembali Rangga mendengus berat, lalu cepat-cepat menggeser kakinya ke kiri seraya memiringkan tubuh, menghindari tebasan sebuah golok.
"Hih...!"
Cepat sekali tangan Rangga mengibas, dan langsung mendarat di perut penyerangnya. Orang itu mengeluh pendek, dan tubuhnya terbungkuk. Dan sebelum disadari apa yang terjadi, kembali satu pukulan keras mendarat di wajahnya.
Des! "Akh...!"
Orang itu terpental jauh ke belakang. Keras sekali tubuhnya menghantam tanah. Seketika darah mengucur deras dari rongga mulutnya. Hanya sebentar orang itu mampu berkutik, kemudian tidak bergerak-gerak lagi. Kali ini Rangga memang benar-benar tidak memberi ampun lagi. Pendekar Rajawali Sakti tahu kalau mereka adalah pemburu kepala yang tentu sudah mendengar pengumuman dari punggawa kerajaan tadi. Herannya, pengumuman itu cepat sekali tersebar. Padahal belum ada satu hari, tapi sekarang sudah ada enam orang bersenjata golok yang berusaha ingin memenggal kepalanya.
"Hiya! Hiyaaa...!"
Sambil berteriak keras menggelegar, Rangga cepat memutar tubuhnya, dan langsung melenting ke angkasa. Kemudian dengan kecepatan kilat, Pendekar Rajawali Sakti meluruk deras sambil menggerakkan kakinya disertai kibasan tangan. Saat itu Rangga mengeluarkan gabungan dari jurus 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa' dan jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega*.
Hebat dan luar biasa sekali gabungan dua jurus yang memang sudah luar biasa dahsyatnya itu. Mereka yang mengeroyok Pendekar Rajawali Sakti, tidak bisa berbuat apa-apa. Jeritan-jeritan melengking tinggi seketika terdengar menyayat saling susul. Kemudian tubuh-tubuh tak beryawa lagi langsung bergelimpangan di tanah. Hanya dalam satu gebrakan saja, Pendekar Rajawali Sakti itu berhasil membuat enam orang pengeroyoknya tak mampu berkutik lagi.
"Hhh...!" Rangga menghembuskan napas panjang
Enam orang itu memang bukan lawan tanding pendekar muda berbaju rompi putih itu. Mereka ternyataa hanyalah para begal jalanan yang mencoba mencari keberuntungan dengan memburu hadiah yang dijanjikan pihak kerajaan. Hal seperti inilah yang sangat disesalkan Rangga. Pengumuman pemburuan kepala ini akan menimbulkan banyak masalah, terutama jatuhnya korban yang sia-sia.
"Aku tidak percaya kalau Prabu Raketu mengeluarkan pengumuman itu...," desah Rangga dalam hati.

40. Pendekar Rajawali Sakti : Pemburu KepalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang