Si Tangan Tuhan

718 133 92
                                    

DISCLAIMER©2019 Copyright Lazy_Monkey96

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DISCLAIMER
©2019 Copyright Lazy_Monkey96

Cerita hanyalah fiktif belaka, latar, tokoh, dan tempat adalah Fiktif.
Cerita murni dari karangan penulis dan beberapa refrensi tentang cerita misteri.
Jika ada kesamaan, tidak ada unsur kesengajaan didalamnya.
Karakter di dalam cerita bukanlah karakter asli para tokoh di kehidupan nyata.

Diharapkan pembaca dapat bijak memilih bacaan, dan berfikir cerita ini bukanlah bentuk kehidupan nyata sang Idol di kehidupan nyata.

Fan Fiction

||

Cari dan Temukan















Mereka semua terduduk lemas di atas sofa, berulangkali Lalisa memijat pelipisnya lelah.
Semenjak tiga orang terbunuh di dalam villa ini, Chanyeol pun tak ingin jauh-jauh dari mereka.
Baginya, setelah apa yang terjadi.
Kemungkinan si pembunuh mengincar mereka yang berjalan seorang diri di dalam villa ini.

Jadi, Pria itu berinisiatif untuk terus mengekori mereka kemanapun, memilih kelompok yang lebih ramai karena jelas saja Ia tidak ingin mati konyol di tempat seperti ini.
Yeri baru berhenti menangis, kedua mata gadis itu sembab dan sedikit membengkak. Rose dengan berbaik hati menenangkan Yeri yang pastinya trauma dengan kejadian yang menimpa mereka hari ini.

Irene pada akhirnya tak bisa berkata-kata, bulu kuduknya terus merinding membayangkan ketiga mayat yang tewas didalam villa ini.
Tidak ada yang berani menyentuh mayat Jinan, Jennie dan Irene tidak bisa berhenti menahan rasa mual yang melanda diri mereka masing-masing saat melihat mayat Pria itu.

Sementara Kang Seulgi yang baru muncul dari arah dapur membawa beberapa minuman kaleng dan menaruhnya diatas meja.
Jennie sempat melirik sejenak, gadis Kang itu berusaha untuk bersikap normal walau tadi Ia menangis seperti anak kecil.
Dan Jennie, jujur saja hampir ingin tertawa walaupun tidak bisa.

Wajah Kang Seulgi yang menangis dengan kedua tangan yang menutup mulutnya itu benar-benar membuat hatinya tergelitik, jika yang dihadapi mereka bukanlah kematian.
Jelas Jennie akan tertawa terpingkal-pingkal sekarang.

"Baiklah, Apa sekarang tidak cukup untuk kita saling terbuka dan menilai?" Jisoo membuka percakapan, cukup menarik antensi mereka yang masih tampak terus berfikir keras.

"Apa maksudmu?" Irene bertanya, kali ini tidak ada nada tidak suka yang biasa Ia suarakan kepada gadis itu.

Bagaimanapun, ini bukan saat yang tepat untuk mereka bertengkar atau saling menyalahkan.
Walaupun satu-persatu dari mereka tidak bisa dipercayai dengan mudah, setidaknya Irene tidak ingin sang pembunuh menargetkan dirinya terlebih dahulu.

• Cari dan Temukan • BlackpinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang