—
Di luar hujan, Vivi menghabiskan waktunya seharian di atas tempat tidur dengan selimut yang menutupi seluruh bagian tubuhnya.
Dia menggigil kedinginan. Kemarin sore dia dijemput oleh Langga dan di antarkan ke rumah dengan keadaan yang mengenaskan. Air dari langit turun tak tau diri. Membasahi keduanya dan menyamarkan air yang turun dari mata gadis itu.
Gadis itu merutuk dan mengucapkan terima kasih secara bersamaan.
Suara ketukan pintu berhasil menggugahnya sebentar. Disibaknya selimut yang menutupi bagian kepalanya dan memunculkan salah satu anggota tubuhnya itu untuk mengintip siapa yang datang.
Ternyata Langga.
"Masih demam?" katanya sambil melangkah masuk, kemudian menutup pintu kamar gadis itu.
Vivi menggeleng. "Enggak."
Tak percaya, laki-laki itu akhirnya memeriksanya sendiri. Diulurkan tangannya yang bebas untuk menyentuh kening gadis itu, memeriksa suhu tubuh.
"Enggak apanya?" katanya mengomeli. "Masih anget gini."
"Udalah biarin aja habis ini juga sembuh." asal Vivi tak menghiraukan kekhawatiran sahabatnya.
Seseorang masuk lagi ke dalam. Keduanya menoleh secara bersama dan mendapati seorang wanita separuh baya memasukkan bagian kepalanya saja berniat menyapa. "Halo, Langga. Tante boleh ngomong sebentar di luar?" tanya nya.
Langga mengangguk. Lelaki itu menaruh bubur yang sebelumnya ia beli di perjalanan tadi di atas meja dekat tempat tidur Vivi. Kemudian, kakinya di bawa melangkah keluar untuk menemui ibu Vivi.
Vivi mencibir. Dia tak habis pikir kenapa harus sampai Langga keluar dari kamarnya. Kenapa tak di sini saja agar ia bisa dengar juga apa pembicaraan mereka.
Akhirnya, gadis itu termenung sendirian.
Tatapannya kosong keluar jendela. Dilihatnya air masih setia turun dari langit. Membasahi bumi dengan kesedihan.
Vivi kembali terbawa suasana.
Saat dirinya ingin memikirkan kejadian kemarin. Tiba-tiba saja pintu kamarnya kembali terbuka. Dilihatnya Langga yang kembali masuk ke dalam diikuti oleh wajahnya yang tampak biasa saja.
Vivi yang penasaran langsung menodongnya dengan pertanyaan. "Ibu tadi ngomong apa?"
"Makan bubur dulu baru dikasih tau." jawabnya sambil mengambil duduk di salah satu kursi dan membawa bungkusan bubur di atas meja.
Laki-laki itu tampak tak keberatan dengan apa yang dia lakukan sekarang. Dengan pelan-pelan ia membuka bungkusan itu dan menuangkan bumbu ke dalam buburnya. "Mau diaduk atau gak bumbunya?"
"Diaduk." jawab Vivi terdengar sebal.
Langga menuruti kemauan gadis itu. Diaduknya bumbu yang sudah ia tuangkan di dalam bungkusan bubur tadi agar merata. Setelah selesai ia pun memberikan bungkusan itu ke Vivi yang berada di atas kasurnya. "Ayo, makan."
KAMU SEDANG MEMBACA
P A N G G U N G
Novela Juvenil[✔️] Telah dibuka perekrutan anggota panitia acara kampus. Pegelaran acara terbesar setiap tahun yang selalu ditunggu-tunggu mahasiswa akan segera hadir ke hadapan kalian. Daftarkan dirimu segera dan ku tunggu kalian di balik panggung. *** Rendra da...