Part 21

2.5K 178 10
                                    

7 bulan kemudian.


Hari ini dimana Prilly dan Ali lulus sekolahnya SMA. Tentu mereka berdua tak pernah berubah, dan statusnya pun juga tak pernah berubah.

Kalian ingin tahu, Rafa dia sudah dekat dengan Prilly lama. Tak ada kata mereka jadian, tapi Rafa pernah menyatakan cinta nya pada Prilly. Namun Gadis itu menolak untuk jadi pacar Rafa. Kemungkinan karena Prilly sudah menanggap Rafa kakaknya sendiri, seperti Dion dulu.

Ah mengingat Dion, Prilly sangat amat merindukan Cowok itu. Yang selalu ada untuk dirinya. Namun sekarang sudah berbeda, Dion mungkin sudah menemukan Gadis lain.

"Heh.. ngelamunin apaan sih kamu Prill" celetuk Ali membuyarkan lamunan Prilly.

Prilly mendengus kesal.

"Kepo banget sih!"

Ali terkekeh kecil. "Ya lagian bukannya ikut gabung mereka. Lah malah kamu disini ngelamun, entar kerasukan lohh"

"Ish. Jahat bener kamu, aku gak mungkin dong kerasukan" ketus Prilly sambil memanyunkan bibirnya.

"Ya kali aja gitu.."

"Aliii.. aku tabok mau!"

Ali menyengir. "Gak deh, udah yok kita gabung kesana"

Prilly mengangguk kepala saja.
Hari ini terakhir mereka berkumpul, jadi harus di puas puasin.

"Gak nyangka gue. Akhirnya kita lulus" pekik Prita dengan heboh nya sendiri. Prilly melihat itu hanya menggelengkan kepala saja.

"Cek. Brisik amat sih lo" celetuk Dodi.

Prita menatap tajam di Dodi itu. Biarin dong mulut-mulut siapa, kok banyak protes. "Bodoamat" pekik Prita berlari menyusul pacarnya yang tengah bersama teman.

Prilly melirik Ali sebentar. "Li, tandai tanganin nih baju aku"

"Kenapa minta tanda tangan aku.."

"Ya karena kita sahabat. Jadi tanda tangan"

"Emang gak bisa lebih ya?" Ucap pelan Ali masih dapat didengar Prilly.

"Hah? Apa?"

"Emm.. gak, ya udah mana baju kamu!"

"Nih.."

***

Ali merebahkan tubuhnya dikasur king size nya. Ia masih terpikirkan, apa ia harus menyatakan perasaannya ke Prilly.

Namun, ia takut. Gadis itu tak mempunyai perasaan padanya dan akan membuat persahabatannya hancur.

Harus bagaimana.

Clek..

"Bang!.."

Ali mendongakkan kepalanya.

"Eh Ma, ada apa?"

Ternyata Mama tasya yang masuk kedalam kamarnya. Mama tasya mengambil alih duduk didekat Ali.

"Bagaimana? Abang mau nerusin kan Kuliahnya di Paris?" Tanya mama tasya sambil memegang bahu anaknya.

Ali berfikir sejenak. "Em. Jadi kok ma, karena Ali akan mewujudkan cita-cita. Jadi harus kejar terus mimpi"

"Anak mama udah dewasa sekarang. Hm, pasti mama nanti bakal rindu kamu" ucap Mama tasya sambil memeluk anaknya itu. Tak terasa air mata mama tasya menetes tiba-tiba.

Sahabat Hidup ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang