6. Sebuah Muara

1.9K 221 28
                                    

Sudah tiga hari Jisung terbaring lemah di rumah sakit. Dia mengalami koma.

Dengan setia Minho menjaga Jisung dan terus berada di sampingnya, sesekali Minho menengok bayi kecilnya.

Hari ini seperti biasa Minho berada di kamar inap Jisung.

"Jisung sayang, bangun. Apa kamu tidak ingin melihat Minsung, putra mungil kita ? dia sangat manis sepertimu bahkan dia lebih manis darimu, kamu harus melihatnya. Tolong bangunlah,"ucap Minho sembari mengelus tangan mungil Jisung.

"Tolong bangunlah, aku belum sempat membuatmu bahagia. Aku hanya menyusahkanmu selama ini-"

"Aku ingin membuatmu tersenyum. To-"

KREK

Suara pintu terbuka membuat Minho menghentikan kata-katanya.

"Hai," Ucap orang yang membuka pintu kamar inap Jisung dan masuklah dua orang yaitu Felix dan Changbin.

"Jisung, belum bangun?" Tanya Felix sambil melihat sekilas Jisung dan beralih ke Minho.

Minho hanya menggeleng, sedih.

"Kamu yang sabar, Ho. Batas sabar adalah sabar, jadi yang perlu kamu lakukan adalah bersabar. Serahkan semua kepada Tuhan. Jisung adalah lelaki yang kuat, sooner or later dia akan bangun," Ucap Changbin.

Kalimat mantra milik Jisungnya sudah sampai ke telinga Changbin. Minho tersenyum, asa yang sempat jatuh kembali bangkit hanya dengan mendengar mantra itu.

"Iya kak."

"Oh iya, Ho. Kami ke mari untuk memberikan ini," Ucap Changbin sambil menyerahkan sebuah undangan berwarna peach kepada Minho.

"Maaf, kami malah membawa kabar itu di saat Jisung seperti ini, tapi tenang saja aku akan mengundur resepsi ini sampai Jisung bangun. Itu hanya sekadar pemberkatan saja," jelas Felix. Minho mengangguk paham.

"Itu saja, Ho. Semoga Jisung cepat sadar," Ucap Changbin. Felix masih diam tak bergerak. "Fel-"

"Iya iya, aku pulang. Jisung? cepat bangun, putramu membutuhkanmu, tenang saja aku akan menyusulmu dan putramu akan punya teman," Ucap Felix dengan sungai kecil di kedua matanya.

Mereka berdua keluar dari ruang inap Jisung.

"Jisung sayang, semua orang menyayangimu, tolong bangun," Minho berdiri dan mengganti bunga yang berada di meja samping ranjang Jisung.

"Ka..k-"

Sebuah suara bukan suara melainkan desisan dari Jisung.

"Jisung, kamu sudah bangun? aku panggilkan dokter," Ucap Minho dengan wajah berseri.

"Jisung, kamu sudah bangun? aku panggilkan dokter," Ucap Minho dengan wajah berseri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah keluarga kecil sedang duduk di belakang rumah mereka.

"Kak, aku tidak menyangka kita bisa bersama seperti ini dengan bayi kecil kita," Ucap Jisung.

Ya keluarga kecil itu adalah Jisung, Minho dan bayi kecil mereka yang tengah digendong oleh Jisung.

"Bukannya ini juga karenamu, karena kamu percaya ini akan terjadi, sooner or later," Ucap Minho.

"Tapi aku tidak menyangka ini semua akan terjadi dan seperti bayanganku ini semua sungguh menyenangkan. Aku tidak tahu berapa persen bahagiaku saat ini karena ini sudah melebihi 100% dan semua angka yang ada di dunia."

Minho tertawa mendengar ungkapan berlebihan dari terkasih.

Mereka melihat bintang yang seperti tengah menyalurkan kebahagiaan mereka.

Semoga cinta mereka akan bertahan selamanya.

Bukan kah Jisung dan Minho sudah mempercayai cinta mereka akan bahagia selamanya ? dengan Lee Minsung dan anak-anak mereka berikutnya, cucu bahkan cicit mereka nanti.

Bukan kah cinta dilandasi sebuah kepercayaaan?

Karena cinta tanpa kepercayaan mungkin tidak akan bertahan lama.


SELESAI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SELESAI.














Tadi boong, kutamatin sekalian hari ini karena aku tayang kaliyaaan~

GUMOH KAN KALIAN WKWKWK cerita ala-ala sinetron buhahahaha~ 😄😄😄

Kalau kalian bisa membaca sampai akhir tulisan ini. Kalian luwaarrr biasaahhh!!!!

Sarangekkkk 💕💕💕

Gincu pamit undur diri~

Sampai jumpa dengan Gincu, Minho, dan Jisung kali lain~~~


Labium | minsung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang