Boruto masih merengut. Mukanya tertekuk cemberut karena sedikit tidak setuju dengan keputusan orang tuanya.
"Jadi kau setuju kan, Boruto?" Tanya Naruto dengan nada sedikit membujuk.
"Ayah.. aku masih belum mengerti kenapa kami harus menginap dirumah Shikadai.." gerutu Boruto.
Naruto mendengus. Dia sudah bingung bagaimana membujuk anak sulungnya itu.
"Boruto, ayah dan ibu akan ada misi bersama." Jelas Naruto untuk kesekian kalinya.
"Aku mengerti ayah.. kalau misi aku mengerti. Yang tidak aku mengerti kenapa harus menginap di rumah Shikadai. Biasanya kami akan pergi ke rumah kakek Hiashi bukan ? Kenapa sekarang tidak?."
Naruto kembali mendengus kasar mendengar pernyataan putranya. Hinata menatap lucu kearah kedua laki-lakinya. Sambil menggendong Himawari yang sedang asyik meminum susu dari botolnya, Hinata mendekati keduanya.
"Apa kau sedang ada masalah dengan Shikadai, Boruto?" Tanya Hinata.
Boruto menunduk. Dia sedikit ragu untuk menyampaikan sesuatu.
"Sebenarnya aku dan Shikadai kemarin bertengkar." Lirih Boruto.
"Kau berkelahi?" Tanya Hinata.
"Tidak bu.. aku tidak berkelahi. Hanya saja, aku tidak terima karena Shikadai lebih unggul saat bermain shogi kemarin. Lalu aku bertengkar dengarnya."
Hinata menahan tawa mendengar penuturan Boruto. Anaknya ini memang sangat mirip dengan Naruto. Bahkan sifatnya yang tidak mau kalah pun sama dengan suaminya.
"Kau tidak perlu marah kan? Shikadai memang ahlinya dalam bermain Shogi. Tentunya karena paman Shikamaru dan kakek Shukaku serta guru Asuma juga pemain shogi handal. Tidak heran kalau Shikadai juga pandai bermain shogi." Jelas Hinata
"Tapi kan bu.. aku...."
"Kau bisa berlatih Shogi dengan Shikadai kalau kau menginap dirumahnya. Kau bisa melakukan itu seharian. Iya kan? Dengan begitu kau bisa mengalahkanya nanti." Bujuk Hinata.
Boruto menyerah. Dia tidak bisa menolak perkataan ibu nya. Dengan berat, akhirnya Boruto pun mengangguk. Naruto dan Hinata tersenyum melihat putra nya.
.
.
.
"Hima chaaaan" teriak Temari sambil menerjang dan memeluk Himawari." Halo Bibi Temari .." sapa Himawari.
"Hai Hima, wah bibi sangat senang kau menginap disini. Dan kau Boruto, apa kabar ?"
"Eeemm.. ka..kabarku baik.. bi." Jawab Boruto.
"Kau terlihat gugup Boruto. Sebentar ya, bibi panggilkan Shikadai."
Shikadai berjalan santai dengan kedua tangan di dalam saku celananya. Sungguh, kelakuan bocah Nara ini sangat mirip dengan si malas namun jenius Shikamaru.
"Yoo.. Boruto."
"Yooo Shikadai. Aku kesini bukan untuk minta maaf. " sungut Boruto.
Shikadai mengembuskan nafas kasar.
Lalu berjalan ke arah Boruto dan Himawari."Dasar merepotkan. Ayah sudah menjelaskan padaku. Jadi, nikmatilah waktumu tidur dirumahku, Boruto." Tutur Shikadai.
Mata Boruto membola. Sedikit terkejut dengan sikap Shikadai yang beberapa saat lalu marahan dengan nya. Shikadai selalu nampak tenang. Namun dewasa. Boruto pun tersenyum kikuk.
"Apa kabarmu tuan putri?" Sapa Shikadai pada Himawari.
"Aku sangat senang kak Shikadai..." jawab Himawari jujur.
"Oh ya? Apa yang membuatmu senang?" Goda Shikadai sambil menoel pipi tembam Himawari.
"Karena aku akan tidur dengan kak Shikadai." Jawab Himawari polos. Saking polosnya, jawaban Himawari malah membuat Shikadai membatu. Ujung bibirnya berkedut, 'keeh.. Hinawari polos sekali." Batin Shikadai.
Begitu juga dengan empat orang dewasa yang ada disitu. Terperangah dengan jawaban Hima yang terlalu frontal."Bagus Shikadai.. kau berhasil memikat gadis " batin Shikamaru.
"Aku harus waspada.. Shikadai berani menggoda putri kecil ku untuk tidur denganya." Batin Naruto.
Sementara Hinata dan Temari hanya tersenyum kikuk. Shikadai mengajak Boruto dan Himawari untuk masuk. Dia menawarkan untuk bermain pada kedua tamunya itu. Tapi sebenarnya bukan itu maksudnya. Dia paham bahwa para orang dewasa itu akan membicarakan hal penting. Jadi dia pikir, ini saatnya anak kecil untuk pergi bermain. Meskipun sebenarnya Shikadai bingung, dia hanya punya sedikit mainan. Shikadai bukan tipe anak yang suka bermain. Dia lebih memilih bermain shogi dengan ayahnya jika ada waktu. Huuuuh.. dia merutuki nasibnya yang tidak bisa menikmati masa muda.
.
.
.
"Temari san, aku mohon bantuan mu." Ucap Hinata sambil menggenggam tangan Temari."Kau tidak perlu sungkan Hinata. Aku pasti akan mengurus mereka." Jawab Temari.
"Yah.. Boruto mungkin sudah besar, tapi Himawari pasti akan merepotkanmu. Dia harus digendong dulu kalau mau tidur." Lanjut Hinata.
"Itu tak masalah. Karena aku juga sangat ingin punya bayi lagi." Jawaban Temari sumringah.
Naruto melirik ke arah Shikamaru yang membuang muka. Inner Naruto sungguh ingin tertawa membayangkan Shikamaru yang selalu bilang merepotkan saat menggendong bayi.
Mereka segera beranjak berdiri setelah melakukan obrolan singkat. Shikamaru berkata bahwa, dia sudah bertanya pada Toneri dimana keberadaan tubuh asli Urashiki. Ya, nampaknya kali ini, Naruto dan Hinata harus kembali pergi ke bulan. Sasuke sudah memeriksanya. Dia menggunakan kekuatan mata nya untuk menembus dimensi dan dia memang menemukan chakra aneh di bulan. Jadi sudah jelas, tujuan Naruto dan Hinata adalah bulan.
Naruto dan Hinata pun pergi dari kediaman Shikamaru. Mereka berdua telah siap. Hinata mengaktifkan Byakuganya. . Seluruh desa kini diselubungi oleh kekai hyuga. Hal ini tentunya sangat mebutuhkan banyak anggota klan Hyuga. Ada Neji dan ayahnya yang sedang duduk bersila mempertahankan kekai nya. Beberapa Shinobi dan anbu serta teman seangkatan Naruto sudah berjaga dititik-titik tertentu. Sang Rokudaime Hokage juga sudah sangat waspada ya.. persiapanya sudah sangat matang. Naruto dan Hinata melompati atap menuju atap kantor Hoķage. Dia melihat Sasuke dan Kakashi sudah disana."Kalian sudah siap?" Tanya Kakashi.
Naruto dan Hinata mengangguk mantap . Kemudian Sasuke merapalkan sebuah segel jutsu dan kemudian, mata rinegan nya pun beraksi. Sebuah lubang dimensi hitam muncul dihadapan mereka. Sasuke telah membuka jalan menuju Bulan. Naruto menggenggam erat tangan Hinata. Dan dengan sekali hentakan, mereka melompat masuk kedalam pintu dimensi tersebut.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
PRECIOUS
FantasíaKembalinya Otsusuki ke Konoha membuat Naruto dan Hinata berjuang mati-matian untuk melindungi harta berharga mereka, Boruto dan Himawari. Mereka tak akan membiarkan Otsusuki mencelakai kedua anaknya. Sebenarnya apa yang diinginkan Otsusuki? Bagaiman...