1. Lu Namila

1.1K 226 48
                                    

🌠


Pagi ini Matahari terik sedikit lebih awal. Kala udara sejuk berkabut yang biasanya memenuhi seisi kota tidak hadir. Ramalan cuaca memprediksi bahwa suhu akan naik untuk beberapa hari ke depan.

Mari beralih ke sisi kota, dimana seorang gadis tengah mengayuh sepedanya, Luna. Gadis itu mengayuh dengan perlahan, memposisikan sepedanya dengan aman di jalan raya yang cukup padat.


Luna menikmati angin dan pemandangan kota yang tidak asri ini lagi. Gedung-gedung indah layaknya di kota metropolitan pada umumnya, memenuhi seisi kota. Syukurnya, beberapa gedung masih mempertahankan arsitektur kunonya yang membuat kota ini semakin indah. Sedikit klasik dan menarik.

Stang sebagai pengendali utama sepeda berputar sedikit menyondong. Manik Luna fokus terpaku memperhatikan gedung-gedung besar di sisi kiri jalan. Dan sesaat kemudian, ia menghentikan kayuhannya. Sepeda itu berhenti tepat di depan pos jaga dari salah satu gedung yang ada di sisi kiri jalanan tersebut.

"Permisi, Pak..." sapa Luna dengan sedikit sungkan, sejujurnya ia memang pemalu.

"Ada keperluan apa, ya?"

"Mau mengantar pesanan bunga,"

"Oh... Kamu ke meja resepsionis aja langsung."

Luna mengangguk dan beranjak dengan cepat.
"Terimakasih, Pak!" Tak lupa, ia memberi senyum manis mengiringi ucapan terimakasih nya.

Setelah memastikan sepedanya terpakir dengan aman, Luna mengambil sebuah bucket bunga yang ada di keranjang sepedanya dan berlari kecil masuk ke gedung.

Langkahnya terhenti untuk merogoh saku tas selempang yang tersampir di bahunya. Meraih ponselnya yang tengah berdering di dalam sana.

"Halo?" sapa suara dari seberang sana.

"Halo..?"

"Iya, kamu sudah dimana?"

Luna tidak tahu suara siapa itu dan nomornya juga tidak dikenal. Siapa yang bertanya dia ada dimana ini?

"Saya di lobby!"

Luna belum mengatakan apapun, ia malah memperbaiki posisi berdirinya, memperlakukan interaksi virtual itu seolah-olah sedang terjadi di dekatnya. Gadis itu fokus memikirkan jawaban, ia harus menjawab apa? Bertanya siapa orang di seberang sana? Tidak, mungkin Luna yang lupa. Jika ia bertanya, orang itu pasti tersinggung.

"Halo? Kamu dimana?"

"Di lobby!"

"Ah.. tunggu aja di situ, ya?"

Selepas panggilan terputus, Luna fokus menatapi ponselnya yang menampilkan nomor tak dikenal itu. Ternyata nomor itu sudah pernah menghubunginya 30 menit lalu, ya.. itu adalah pelanggan yang memesan bunga.

"Akh!"

"Sorry!"

Luna menatapi cowok bertopi dengan celana jeans robek dan kaos hitam yang dipadukan dengan kemeja tidak dikancing itu. Pria muda yang baru saja menyenggolnya secara tak sengaja dan menjatuhkan bucket bunga yang ada di tangannya.

Luna dan EmosiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang