🌌
Luna bosan di rumah karena ponselnya hilang. Luna ingat walau tak terlalu jelas, ia memasukkan ponselnya ke dalam tas tadi malam, tapi sungguh tak ada. Ia juga sempat mencari bersama Raisa tadi di sekitar tembok yang Luna panjat tadi malam, sebelum Raisa pergi untuk cuci darah.
Raisa itu punya kelainan jantung sejak lahir. Tidak hanya itu, ia juga mengidap beberapa penyakit lain yang disebabkan oleh jantung dan imunnya yang lemah. Virus apa saja menyebar sangat cepat di dalam tubuhnya. Namun, jika dikatakan lemah, tidak juga. Jantung yang lemah itu bertahan hingga 24 tahun lamanya.
Di akhir pekan, biasanya Luna tak pernah sebosan ini karena biasanya Raisa ada di rumah, tapi hari ini kakaknya itu pergi. Jadi Luna memutuskan untuk ke toko bunga lebih awal.
Sejak pagi hingga kini menjelang siang hari, toko sama sekali tidak ada pelanggan. Karena biasanya Luna menerima beberapa pesanan buket dari telepon. Tapi tak masalah, gadis itu membuka toko bunga bukan karena menggilai pelanggan. Walau tak ada pelanggan Luna tetap senang dan beraktivitas seperti biasa. Menyirami bunga-bunganya, mengganti pot, memeriksa bunga yang sudah layu, membersihkan toko dan menghias beberapa bucket sampel.
"Beli!"
Pukul 13.00 tepat, seseorang masuk ke tokonya. Tapi gadis itu terlalu fokus dengan buketnya hingga tidak menyadari kehadiran pembeli tersebut.
"Permisi.. beli!"
Luna menoleh ke sumber suara. Ia melihat Ax yang tengah berjalan ke arahnya. "Kamu?"
"Ngapain lo?"
"Hias buket ini..." Luna memindahkan satu buket berukuran kecil yang ada di hadapannya itu ke pinggir kanan meja. " Sudah selesai, tapi. Kamu mau beli apa?"
"Bunga,"
"Bunga apa?"
"Terserah lo aja, yang gede pokoknya."
"Tidak bisa terserah aku. Aku tidak tahu."
"Yang cantik dah,"
"Kamu harus kasih tau temanya..."
"Yang cantik aja,"
Luna tampak berpikir sesaat. "Untuk siapa? Pacar kamu?"
Ax menduduki kursi yang ada di sampingnya, di seberang meja tempat Luna berdiri. "Iya,"
Luna mengangguk dan segera mengerjakan buket milik Ax. Ia sangat tenang, hati-hati dan teliti.
"Btw.. hp lo ada?"
"Ada,"
"Hp lo! Ada, gak?"
"Eh! Tidak ada.. hilang." jawab Luna dengan santai.
Ax merogoh saku hoodie nya dan menyodorkan ponsel milik Luna pada gadis itu. "Gak ilang. Sama gua."
Luna sedikit kaget, sedikit saja. Gadis itu menyambut ponsel miliknya yang disodorkan Ax. Ia bersyukur ponselnya tidak hilang, karena Luna itu sangat menghargai hal-hal apapun di dalam hidupnya dan ponsel juga tidak murah.
"Terimakasih, ya..."
Sungguh, ia tak bertanya bagaimana itu bisa ada pada Ax atau apalah, benar-benar tidak ada yang membuatnya penasaran? Ia bahkan tidak meragukan apa itu benar ponselnya dan langsung memasukan ponsel itu ke saku celemek nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna dan Emosi
Lãng mạnSegala hal yang terjadi di dalam hidup Luna tidak begitu istimewa, tapi cukup istimewa, yang maka dari itu, cerita ini ditulis menjadi beberapa bagian. Yang istimewa itu Luna. Kondisinya yang sulit mengekspresikan diri karena ia sulit mengenali emos...